He said; "Drive. Don't fly."

2K 546 106
                                    

katanya, coba apdet rutin tiap hari lagi kek dulu. 

mari kita cobaaa!

telima kaseehh yang udah bertahan bareng aku dari jaman batu ya gais, muach

---


Aku mengucapkan terima kasih pada Ko Bryan—pelatih golf-ku, oh sebenarnya pelatih Mama—untuk menyudahi sesi pagi kali ini. Karena aku masih mengingat janjiku dengan Mama di telepon tadi saat aku di perjalanan menuju Golf Course.

"Papa pasti bangga nih lihat progress Kakak." Ko Bryan tersenyum lebar, aku bisa melihat rasa bangga di wajahnya. Kalimat positifnya sejak tadi—sejak awal—yang juga berhasil membuatku berprogres.

"Siapa dulu coach-nya dong!" jawabku sambil tertawa juga. "Kasih tau aku kalau ada orang yang nggak happy dan progresnya nggak oke kalau dilatih sama Ko Bryan."

Ia tergelak, mulai menyerahkan perlengkapan golf ke para Caddy.

Aku sudah bilang, beri aku Caddy secukupnya seperti para Golfer pada umumnya—sebagai catatan, aku memang pemula yang masih sangat pemula, if you know what I mean.

Papa is being Papa, yang selalu extra dalam hal apa pun.

Pelatih pribadi, Caddy yang rasanya seolah aku siap mau ikut Masters Tournament, US Open, atau US PGA Champions.

Ada yang mengabadikan momen aku bermain hanya untuk bukti ke Papa atau Mama. Memang masuk akal, karena kalau dipikir-pikir, aku mau di sini juga setelah ribuan rayuan Papa yang bilang bahwa bermain golf itu bukan hanya tentang nilai atau status 'keren' seperti yang orang-orang bilang.

Ada banyak kebaikan di sana.

Katanya, ritme dan ketenangan yang kamu dapatkan saat bermain golf di lapangan akan membuat kamu melupakan kepenatan—well, mungkin sesaat. Kamu juga bisa lebih rileks dan mengurangi stres soal pekerjaan atau kehidupan.

Bagaimana dengan testimoni pribadiku?

Mungkin benar bisa melupakan masalah sejenak, karena kamu akan dipaksa untuk tenang dan fokus pada apa yang kamu lakukan. Oh, satu-satunya yang paling aku suka adalah fakta bahwa sinar matahari baik untuk kesehatan tulang. Di jam tertentu sudah pasti, seperti pagi ini.

Kalau siang, jangan harap, yang ada kamu akan bermusuhan dengan matahari.

Sebetulnya, alasan yang bikin aku malas menuruti olahraga favorit Papa adalah rumor yang beredar. Aku mungkin bisa tidak mempercayai hal-hal semacam itu, tetapi entah kenapa, perasaan itu kadang tetap muncul.

Soal hubungan gelap antara Golfer dengan Caddy, tahu, kan?

Ini memang tidak ada bedanya dengan rumor jelek soal hubungan pramugari dengan pilot, dokter dengan perawat, ya semacam itu. Para Caddy di sini sebetulnya begitu helpful. Mudahnya, mereka kita sebut sebagai asisten yang akan membantu selama kita di lapangan. Mulai dari mempersiapkan alat, mengambilkan bola, mengukur lapangan, beragam.

Yang tidak mungkin kamu sendiri yang melakukannya.

Dan aku tentu paham, perasaan atau pemikiran tidak masuk akalku hanya hasil dari bacaan atau kisah buruk yang kudengar. Banyak orang yang bekerja memang untuk mencari uang dengan tulus. Soal perselingkuhan, seharusnya bisa dilakukan di mana pun.

Aku tahu Papa dan Mama saling mencintai dan menjaga komitmen mereka. Pemikiran itu yang kucoba untuk tanamkan pada diriku sendiri dan akhirnya membuatku memutuskan untuk ikut terjun ke lapangan. Supaya aku bisa merasakan sendiri dunia Papa yang satu ini. Supaya tidak ada lagi kecurigaanku pada ayah kandungku sendiri.

cinta bukan karena privilegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang