53. Gamatara?

6.6K 436 26
                                    

Gamatara putraku, bukan sosok yang lain.

Larasati.

Chapter Fifty-three - title - Gamatara?

Chapter Fifty-three - title - Gamatara?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

3 tahun kemudian.

Sosok pria tampan blasteran bule ini menatap kosong arah ayam yang tengah makan. Pandangan yang kosong itu seperti memikirkan sesuatu.

“Nak, jangan melamun pagi-pagi.” Ucap seorang wanita paruh baya sekitar 67tahun.

“Maaf Ambu, kelapa Gama sakit tadi.” Ujar pria bernama Gama.

Ambu Laras mengangguk lalu duduk disampingnya. “Kamu mengingat sesuatu Gama?”

Gama mengelengkan kepalanya. “Gama gak ingat apa-apa, memang kenapa Ambu?”

“Gak papa nak, tolong bantu Ambu ke hutan ya? Stok kayu bakar dirumah habis, kaki Abah kamu masih sakit.” Ujar Laras mengambil bakul dan kain untuk mengendongnya.

“Ayo ke hutan, keburu siang juga kan? Nanti Ambu pusing lagi.” Ucap Gama semangat.

Laras tersenyum pada anaknya, beruntung sekali dirinya bisa memiliki anak seperti Gama. Gamatara Sulaiman Handoko, nama panjang yang ia berikan pada anaknya.

Sejujurnya, Laras adalah seorang wanita tua yang tidak pernah di berikan keturunan sejak dulu, hingga suatu saat tuhan memberikan Gama lewat doanya.

Suaminya, Satria Handoko. Umurnya dengan Laras berbeda 7 tahun, jadi satria lebih tua dan sering sakit-sakitan terus.

Hidup di dalam perkampungan pelosok dan sedikit warga kota yang tau. Jadi kampung ini masih terlihat asri dan bersih jika ada yang berkunjung ke sungai mereka.

Dalam hutan yang tidak terlalu besar, Gama mengendong kayu bakar yang sudah selesai ia kumpulkan, sedangkan Laras juga menemukan sayuran dan buah yang biasa mereka makan nanti.

Keduanya pulang dengan hasil yang banyak, rasanya belum banyak penduduk yang mencari kayu dan sayuran hari ini, jadi Gama dan Laras lah yang mendapatkan duluan.

Sesampainya di rumah, Gama menaruh kayu bakar samping tumbu api. Pria ini langsung ke kamar mandi untuk mencuci kaki dan tangan lalu menghampiri Abah.

“Bah, masih sakit kakinya?” tanya Gama yang baru saja masuk.

“Sudah lumayan enak, kamu bantu Ambu tadi ke hutan Gam?” tanya Abah Gama anggukan.

Geofrey Where stories live. Discover now