15 | Wedding Invitation

4.4K 466 12
                                    

Keputusan Jennie pada akhirnya adalah tetap di Seoul karena ia tidak bisa jauh dari Jisoo. Sejauh apapun ia lari rasa sakit itu masih menggerogotinya. Jennie memilih menantang daripada menyerah.

Untungnya beberapa bulan kejadian itu berlalu Jennie tidak pernah lagi diteror Taehyung ataupun melihatnya dan itu membuatnya lega.

Selama itu juga baby Lisa tumbuh menjadi bayi sehat dan ceria. Ia mulai bisa duduk sendiri, merangkak ke sana ke sini dan mengoceh tanpa henti.

"Mommy tinggal sebentar ya bikin cake" bujuk Jennie.

"Tatah eng" geleng Lisa cepat. Tubuh gempal nan mungilnya beringsut ke sisi kasur tempat sang ibu berdiri.

"Wum wum" ocehnya menarik celana Jennie sebagai tumpuan untuk mengangkat dirinya menjadi berdiri.

"Woah baby sudah bisa berdiri" Takjub Jennie melihat tumbuh kembang sang anak dihadapannya adalah salah satu kebahagian seorang ibu.

"Tatata yiyi" Lisa ikut bahagia. menepuk-nepuk paha Jennie sambil tersenyum memperlihatkan gusi merahnya yang belum ditumbuhi gigi.

"Kiyowo" pekik Jennie menahan gemas oleh kelakuan si bayi.

Detik berikutnya ia mengangkat tangan pertanda ingin di gendong membuat Jennie membuang napas.

"Maunya digendong terus. Nakal ya" telunjuk Jennie menusuk pipi gembulnya sementara sang empu bersandar mesra di dada sang ibu dengan nyamannya.

Karena repot harus menggendong Lisa sambil bekerja. Jennie meletakkannya di baby chair tapi bayi itu menangis kencang.

Alhasil Jennie tetap bekerja dengan Lisa ia letakkan dalam baby wrap nya. Satu jam berkutat di dapur. Semua kue siap dikemas dan diantarkan.

Pendapatan dari menjual kue tak seberapa. Hanya sebatas membeli beras dan lauk saja. Uang yang dikirim Jisoo bulan lalu telah habis dan Jennie tak mau terus bergantung pada sang kakak.

Di dalam kesenyapan malam, Jennie melamun di atas kasur. memutar otak bagaimana caranya memanajemen uang dengan baik. Pengeluaran selalu lebih besar daripada pemasukan. Satu-satunya cara adalah mencari kerja tambahan. Tapi apa?

"Aish Molla! Kepalaku rasanya mau pecah" gerutu Jennie menghempaskan tubuh lelahnya diatas kasur kemudian tertidur.

Paginya, kue yang telah dikemas. Jennie antarkan ke toko-toko dan rumah tetangga yang memesan.

Ia mempercepat langkahnya kala tak sadar melewati Universitas tempat ia dulunya menuntut ilmu. Namun Dewi Fortuna tak berpihak padanya. Rombongan sahabat karibnya dulu berdiri saling berlawanan di depan mata.

"Oh, seleb kampus kita disini" para gadis itu mengambil jarak dekat hingga keduanya hanya berjarak beberapa senti.

"Cie baby nya udah launching nih"

"Jangan menyentuhnya!" Jennie memundurkan langkah. Menutup kepala Lisa dengan tudung Hoodie nya agar mereka tidak melihat wajah anaknya.

"Ck, pelit amat. Kita kan cuma mau lihat hasil menjalangmu" ledeknya tanpa memikirkan perasaan Jennie.

"Mom na na" Lisa bersuara lucu membuat mereka seketika mematung. Jennie melirik Lisa di dadanya lalu memberikan kecupan ringan.

"Baby gak nyaman ya. Kajja kita pulang" senyum Jennie dibalas senyuman lebar nan hangat dari si bayi bahkan melebihi hangatnya sinar mentari.

Jennie melewati tubuh mereka sambil mendekap erat tubuh mungil anaknya.

"Tunggu dulu Jen" tangannya ditahan oleh seorang gadis cantik. Sebut saja namanya Bae Irene.

The Best Mom ✓Where stories live. Discover now