2 | Keep Silent

6.2K 520 11
                                    

Sehari sebelum ketahuan hamil, Jennie masih ke kampus mengurus tugas akhirnya dan bertemu dengan ayah dari bayinya. Ya, Jennie sengaja berbohong agar keluarganya aman dari ancaman laki-laki gila itu.

"Ambil uang ini untuk aborsi" Jennie menatap nanar lembaran kertas tersebut. Ia tidak mau melakukannya walaupun ia belum siap menjadi seorang ibu.

"Enteng banget ya mulut lo ngomong" ucap Jennie dengan wajah penuh luka.

"Gue bilang bunuh bayi itu sebelum dia merusak reputasi keluarga gue" Jennie melongo tak percaya. Jika tidak mau bertanggung jawab setidaknya jangan paksa ia membunuhnya.

"Lo gak mau reputasi lo buruk, terus gimana sama gue yang udah lo rusak?"

"Terus lo mau gue nikahin gitu?" Ia tertawa sumbang menatap Jennie jenuh tanpa rasa bersalah.

"Sorry gue masih muda dan mau bebas. gue masih bisa bikin 10 anak lagi sama wanita yang gue cintai"

"Ok, kalau lo gak mau tanggung jawab tapi jangan paksa gue buat gugurin bayi ini" ucap Jennie penuh penekanan. Bukan tanpa alasan ia mengatakan itu. dia sudah memikirkannya matang-matang sebelum mengambil keputusan.

"Terserah! Yang gue tau jangan pernah temuin gue lagi dan mohon-mohon minta uang buat nafkahin bayi itu"

"Gue bisa besarin anak gue sendiri tanpa lo" jawab Jennie menantang laki-laki sombong itu.

Malas berdebat. Jennie pergi meninggalkan tempat tongkrongan si cowok dengan hati yang hancur.

.

.

.

Joy, sahabat karib Jennie selain Irene menghampirinya yang sedang melamun di kelas sendirian.

"Woi diam diam bae, kantin kuy" kesadaran Jennie kembali tatkala Joy menepuk pundaknya.

"Yaudah yuk"

Selangkah lagi sampai di kantin Jennie tiba-tiba mual oleh aroma masakan yang menyengat. Ia berlari kecil ke toilet diikuti oleh Joy dibelakangnya.

Huwek Huwek

Joy yang berada dibelakang mengusap punggungnya lalu menyodorkan sebotol air mineral.

"Lo sakit Jen?" Sebelum menjawab Jennie membasuh mulutnya dengan air.

"Gak sarapan pagi" jawab Jennie yang tentunya bohong. Walaupun mereka sangat dekat ia tidak mau membicarakan masalah ini pada Joy. Biarkan waktu yang menjawabnya.

"Ck, berapa kali gue bilangin. lo itu harus sarapan sebelum berangkat kampus" omel Joy penuh kekhawatiran.

"Kemaren lo pulang jam berapa?" Jennie tampak berpikir sejenak.

"2 pagi" ucapnya dihadiahi jitakan dari Joy.

"Sakit Joy" rengek Jennie mengusap keningnya.

"Lo sih ngeyel. Tau gitu gue seret aja lo pulang kemaren" gerutunya membuat Jennie terkekeh kecil.

"Jadi ke kantin gak nih?"

"Lo aja Joy, gue mau bimbingan sama pak Soohyun" tolak Jennie agar Joy tidak curiga dengan gelagat anehnya.

"Ok, lo tunggu di kelas dulu biar gue beliin makanan buat lo" belum sempat Jennie protes Joy udah lari ngibrit ke kantin.

"Dia manusia apa hantu sih" heran Jennie kemudian berbalik pergi.

Baru selesai Jennie mengemas barang-barangnya, Joy udah sampai membawa nampan makanan kesukaannya.

"Makan dulu gih mumpung masih panas" Jennie tersenyum hangat menerima makanan itu.

"Gomawo" Joy menunggu Jennie sampai makanan itu habis. Jennie yang di perhatikan seperti itu menjadi risih.

"Biji mata lo bermasalah?"

"Hah?" Bingung Joy gelagapan.

"Gue tau gue cantik tapi jangan kek gitu banget ngeliatnya" pede Jennie membuat Joy mau muntah.

"PD sekali kau Kim Jennie" rengut Joy dengan bibir cemberutnya.

"Tumben gak bareng ayang biasanya kemana-mana selalu berduaan" ejek Jennie mengusili gadis jangkung di depannya itu.

"Dia gak ke kampus" sendu Joy.

"Kecian" ledek Jennie.

"Ngomong lagi gue siram lo sama kuah bakso" ancam Joy membuat Jennie membungkam mulutnya.

"Udah sini mana uangnya gue mau shopping bareng Irene" Jennie melongo melihat tangan Joy terulur ke wajahnya.

"Gue pikir tadi gratis"

"Idih enak aja lo! Cepat bayar" Jennie menggeleng kepala dan mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari dompetnya.

"Gitu kan enak. sering-sering aja ya Jen" senang Joy karena Jennie selalu memberinya uang lebih.

"Lo kan mau bimbingan. gue jalan sama Irene dan Seulgi aja apa gapapa?"

"Iya gapapa, habis ini gue juga langsung pulang" Joy ngangguk lalu pergi duluan meninggalkan Jennie.

Karena sudah mahasiswa tingkat akhir Jennie mengurangi kegiatannya di kampus untuk fokus pada skripsi. Selain itu ia ingin istirahat cukup agar janinnya sehat.

Perubahan tubuhnya selama beberapa Minggu ini belum diketahui oleh keluarganya walau Jennie sesekali mual saat mereka sedang makan bersama.

Sebisa mungkin ia menutupi ini sampai dia wisuda.

"Jen kau baik-baik saja" tanya Jisoo saat melihat wajah lelah dan lemas Jennie di kasur.

"Nde Unnie aku baik" jawabnya. Gadis mandu itu merapatkan tubuhnya lalu menjadikan paha Jisoo sebagai bantal.

"Kau sakit? Apa perlu ku panggil dokter" Jennie sontak menggeleng cepat.

"Anniya, aku cuman kurang istirahat karena begadang ngerjain skripsi" Jisoo mencubit gemas pipi gembul sang adik yang sedang ingin dimanja itu.

"Si paling gak sabaran make toga" Jennie tersenyum tipis dan menelusupkan wajahnya ke perut besar Jisoo yang tengah hamil 5 bulan"

"Kalau kau udah lulus langsung nikah aja, Unnie udah punya calon yang baik untukmu" senyuman Jennie seketika luntur. wajah bahagia kakaknya itu membuat dadanya terasa di himpit batu besar.

"Siapa yang mau dengan gadis kotor seperti ku Unnie"

"Kau tidak bertanyEa tanyEa siapa orangnya?" Jennie menyeka cepat air matanya yang tak sengaja keluar.

"Emang siapa orangnya Unn?"

"Kai anaknya Om Kim Bum" Jennie merasa gak asing lagi dengar nama laki-laki itu.

"Dia sekampus sama kamu" sambung Jisoo saat sadar keterdiaman sang adik.

"Molla" jawab Jennie acuh. Sikapnya yang dingin dan cuek inilah yang tidak Jisoo suka.

"Gak asik kamu ah" ngambek Jisoo menarik pahanya hingga kepala Jennie jatuh ke kasur.

"Ya nggak mungkin juga aku tahu seluruh nama mahasiswa disana Unn" tidak tahukah dirinya bahwa bumil itu kini bersiap untuk menangis.

"Jennie jangan jahilin kakak kamu terus" teriak Yejin.

"Haha mian Unnie" gelak Jennie gak berhenti menambah kekesalan si sulung.

"Iya iya udah ya" bujuk Jennie menghapus air mata Jisoo yang sensitif banget.

Pikiran Jennie kalut. tak lama lagi keluarganya pasti tahu soal kehamilannya. untuk sekarang dia masih bisa menyembunyikan namun lama-kelamaan perutnya pasti akan semakin membesar. Memikirkannya saja membuat kepala Jennie pusing tujuh keliling.


TBC

Btw ada yang bisa tebak siapa cowok brengsek yang bikin Nini hamil?

The Best Mom ✓Where stories live. Discover now