4 | Good Ol' Days

4.5K 499 3
                                    

Biaya hidup yang mahal di Korea mengharuskan Jennie mencari pekerjaan untuk menyambung hidup. Pendidikannya yang cuman tamat SMA membuat ia kesulitan melamar pekerjaan.

Terhitung sudah hampir 3 jam ia berkeliling. namun belum ada satupun toko yang mau menerimanya hingga ia melihat papan nama sebuah cafe di seberang jalan.

Ceklek

"Annyeonghaseyo" sapa Jennie ramah pada seorang waitress.

"Ah nde annyeonghaseyo, ada yang bisa saya bantu?"

"Apa cafe ini membutuhkan karyawan baru?" Tanya Jennie to the point. Dia bukan orang yang suka basa-basi.

"Kebetulan sekali, kami memang sedang membutuhkan karyawan baru. kalau begitu mari saya antar ke ruangan sajangnim"

Tok Tok

"Maaf menganggu sajangnim. ada yang ingin berbicara denganmu"

Wanita cantik yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu menurunkan kacamata bacanya. menatap gadis tadi lalu bergantian pada Jennie.

"Silahkan duduk" Jennie duduk di kursi depannya sedangkan pelayan yang mengantarnya tadi keluar meninggalkan mereka berdua.

Jennie menjelaskan maksud dan tujuannya ke sini dan tanpa disangka-sangka wanita cantik itu menerima lamarannya dengan gamblang.

"Selamat kamu bisa bekerja mulai hari ini" dengan cepat Jennie membalas jabatan tangannya sambil tersenyum lebar.

"Kamsahamnida sajangnim"

Jennie bertekad untuk tidak membuat masalah lagi di tempat kerja barunya. Cafe ini satu-satunya harapan yang dia punya.

Walau tidak pandai menyapu dan cuci piring tapi Jennie jago memasak. Selama tinggal di mansion gadis itu senang membuat berbagai makanan dari resep masakan yang ia beli.

Baru setengah hari bekerja Jennie sudah lelah. dilihat karyawan lain yang masih mondar-mandir mengantarkan pesanan membuatnya merasa tidak enak.

"Huh, aku lapar tapi belum waktunya istirahat" mau tak mau ia bangkit dan kembali bekerja sebelum dia dipecat lagi.

"Hey, apa aku boleh duduk disini" pelayan wanita tadi meminta izin untuk duduk disebelahnya.

"Silahkan" jawab Jennie tersenyum ramah.

Ia mengelap tangannya yang basah ke bajunya lalu mengulurkan tangannya pada Jennie.

"Kenalin namaku Nayeon"

"Jennie"

"Mau makan bareng?" Ajaknya sudah menata makanannya di meja.

"Boleh" jawab Jennie singkat.

"Ngomong-ngomong aku baru melihat wajahmu. kau bukan orang sini kan?" Tanya Nayeon setelah menghabiskan kotak nasinya.

"Aku pindahan Seoul"

"Apa kau disini kuliah dan mencari pekerjaan paruh waktu" lanjut Nayeon bertanya lagi. Dari penampilan Jennie, gadis itu bisa menyimpulkan kalau ia terlihat lebih muda darinya.

"Aku sudah keluar dari kampus"

"Waeyo?" Jennie menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaannya.

"Karena hamil"

"M-maaf jika aku lancang. aku tidak bermaksud menyinggung perasaan mu" ujar Nayeon merasa tidak enak.

"Gwenchana"

Tanpa dijelaskan secara detail Nayeon sudah paham apa yang terjadi dengan gadis muda disampingnya ini. Namun ia tidak ingin bertanya lebih jauh.

"Jaga kesehatanmu, jangan sampai kelelahan. Jika kau butuh bantuan datangi saja aku"

"Nde, gomawo Unnie" Nayeon tertegun sejenak setelah dipanggil Unnie oleh Jennie.

"Aku tidak ingin cepat tua jadi panggil Nayeon saja" kekeh Nayeon menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Sebuah berita yang ditayangkan televisi menarik atensi Jennie. Pasalnya berita itu membahas tentang keluarganya.

Kim Jisoo anak dari Kim Hyunbin si pengusaha konglomerat baru saja melahirkan anak pertamanya hari ini di rumah sakit besar milik ayahnya.

"Chukkaheyo Unnie" ucap Jennie tersenyum simpul melihat wajah bahagia kakak dan keluarganya disana.

"Unnie? Dia kakakmu?" Nayeon menyela dari arah belakang.

"Iya, dia hanya berbeda 2 tahun dariku" Nayeon mengangguk paham.

Sementara itu ditempat lain...

"Jisoo-ya kenapa melamun" lamunan Jisoo dibuyarkan oleh suara berat ayahnya.

"Aku merindukan Jennie"

"Sudah berapa kali Appa bilang berhentilah memikirkannya Jisoo! Dia bukan bagian dari keluarga kita lagi" Jisoo menatap nanar wajah tegas sang ayah. Raut wajahnya begitu sulit diartikan.

"Appa tega" lirihnya lalu dengan cepat memalingkan wajah ketika merasakan buliran air mata itu menetes.

"Pikirkan saja suami dan bayimu. Anak sialan itu tak pantas di ingat"

Hyunbin melenggang pergi dengan emosi tertahan. Ia tidak suka jika Jennie dibicarakan.

Selama 4 bulan ini ia mencari keberadaan Jennie namun hasilnya nihil. Jennie mengganti nomornya sehingga ia sulit melacak jejak sang adik.

"Apa kau baik-baik saja disana Jendeuk?" Monolog Jisoo menatap langit-langit rumah sakit.

"Adikku yang malang" gumam Jisoo memejamkan matanya pedih.

Semenjak mereka tahu Jennie hamil, Jessica si pemilik cafe memperlakukannya dengan baik. Wanita itu sering menyuruh Jennie istirahat lebih cepat dari karyawan lain.

"Udah Jen, ayo duduk dulu" suruh Jessica membuat Jennie menurut.

"Bagaimana kandunganmu apa kau sudah memeriksanya ke dokter"

"Sudah Bu dan dia sehat" Jessica mengangguk lalu tersenyum lembut.

"Kau mengingatkanku pada almarhum adikku" ucap Jessica tiba-tiba mengundang suasana haru. Jennie diam. menunggu Jessica melanjutkan kalimatnya.

"Adikku juga korban pemerkosaan dan dia bunuh diri karena tak sanggup menanggung malu"

Sekarang Jennie paham mengapa Jessica selalu perhatian padanya dan menurut pengakuan karyawan lainnya mereka tidak pernah melihat sisi Jessica yang hangat seperti ini.

"Aku senang kau masih mau bertahan hidup. Ketahuilah akan selalu ada pelangi setelah hujan. Tidak apa-apa jika dunia membencimu namun setidaknya masih ada satu orang yang menyayangimu" nasehat Jessica Jennie aminkan di dalam hati.

"Aku yakin adikmu pasti sudah bahagia bersama Tuhan di atas sana sajangnim" Jennie memeluk tubuh ringkih Jessica yang bergetar dalam pelukannya.

Tanpa mereka sadari jika para karyawan menguping pembicaraan mereka dari awal.

Selepas kepergian Jessica. Jennie melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak boleh bermalas-malasan walau seluruh badannya meronta untuk diistirahatkan.

"Kepalaku pusing sekali" gumam Jennie memijit pelipisnya.

"Makanlah ini Jen biar ada tenagamu" Nayeon datang membawa sepiring nasi goreng dengan daging ayam sebagai topingnya dilengkapi jus buah.

"Tapi Nay"

"Gak ada tapi-tapian" sergah Nayeon cepat. Sifat sungkan Jennie selalu membuatnya jengkel.

"Jika kau sakit kau tidak bisa bekerja"

"Mau ku antar pulang, biar aku bilangin dulu ke Bu Jessica"

"Engga Nay, nanti juga baikan" ucap Jennie meyakinkan Nayeon.

"Yaudah habisin makanannya" Nayeon berbalik ke dapur untuk melayani pelanggan yang kian ramai.


TBC

The Best Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang