"Yang tidak berkepentingan dilarang masuk."

"Hah?" sejak kapan rumah Hazel ada penjaga menyeramkan seperti ini?

"Tapi saya orang penting, kalo gak percaya tanya aja Tante Zura!" ucap Aruna seraya tangannya melindungi paperbag berisi bolu coklat keju yang rasanya luar biasa enak.

Mata penjaga tersebut melihat kearah paperbag Aruna. "Berikan untuk diperiksa."

Aruna mundur, mengeratkan pelukannya pada paperbag. "Dih? Bilang aja mau. Gak boleh! Ini buat Tante Zura."

Kedua pria penjaga itu saling bertatapan seolah berbicara menggunakan tatapan seperti, "Apa kita biarin aja bocil begini masuk, ya?"

"Silahkan masuk." dua pria kekar tersebut membiarkan Aruna melanjutkan perjalanan.

Aruna mendengus, menjulurkan lidah meledek lalu melangkah menuju pintu depan.

Tok.. Tok...

Langkah pertama mengunjungi calon mertua yaitu ketuk pintu dengan sopan.

"Iya, tunggu." jawaban dari dalam membuat Aruna bersiap. Selanjutnya terdengar suara kunci dibuka lalu disusul dengan terbukanya pintu.

"Assalamualaikum, Tante Zura."

Langkah kedua, salam dan salim.

Aruna mengambil tangan kanan Fazura kemudian dikecupnya punggung tangan wanita cantik tersebut setelah Fazura menjawab salamnya.

"Eh, Aruna. Ada apa nih malem malem kesini."

Langkah terakhir, menyampaikan maksud bertamu.

"Saya mau jadi pacar Hazelnut, Tante." ucap Aruna santai, namun saat perempuan itu sadar dengan segera Aruna meralat. "M-maksud saya, saya mau main sama Hazelnut, Tante."

Fazura tertawa, tawanya mempercantik wajahnya yang menuju 40 tahun. "Ayo masuk dulu."

Aruna menyengir malu kemudian mengikuti Fazura masuk.

🥜🥜🥜

Setelah berbincang bincang ringan, akhirnya Aruna tahu alasan menghilangnya Hazel dan Jaden.

Membantu Papa Bumi meng-handle perusahaan pusat yang ada di Belgia.

Aruna sedikit tenang mengetahui itu.
Yang penting Hazel akan kembali lagi padanya besok.

"Kamu bikin bolu sendiri? Enak banget ini, loh." ujar Fazura seraya mengambil sepotong bolu yang memiliki taburan keju.

Aruna tersenyum, "Dibantuin Mama. Itu juga aku baru belajar, Tante."

Fazura menganggukkan kepala mendengarnya.

Ceklek.

"Assalamualaikum, Papa and the boys kembali dengan selamat!" suara lelaki dari arah pintu.

Fazura dan Aruna menoleh bersama kearah pintu. Disana, ada Bumi, Jaden dan Hazel yang wajahnya memancarkan kelelahan.

Tatapan Hazel dan Aruna bertemu, Hazel memutuskan tatapan duluan. Lelaki itu melepas dasi dan juga jas, menyisakan kemeja putih yang pas ditubuhnya. Indah, pikir Aruna.

"Wa'alaikumsalam. Welcome home, boys." Fazura berdiri menyambut kepulangan para lelakinya.

Tatapan Bumi terfokus pada Aruna.

"Yang cantik itu siapa, Ay?" tanya Bumi ketika sudah berdiri disamping Fazura.

Fazura mengambil tangan Bumi kemudian ia salami. "Temennya Hazel, si Aruna. Papa tau, 'kan?"

Bumi membulatkan bibirnya.

"Pacarnya Hazel, kan?"

Eh?
Aruna membulatkan mata kemudian menggeleng menyangkalnya. "B-bukan, Om."

Bumi tertawa mendengarnya.
Astaga, cocok dengan anak manjanya itu.

Aruna mendekati kearah Bumi kemudian menyalami punggung tangan Bumi.

Aruna mundur kemudian bertingkah canggung. "Kayaknya saya pulang sekarang, deh. Gak enak pasti pada capek."

Fazura mengernyit, "Nanti aja, temenin Tante disini."

"No. Kamu temenin aku dikamar, Ay." Bumi menengahi. Mata Bumi menatap Hazel yang sudah tidak nyaman dengan pakaian kemeja. "Ajel temenin Aruna disini, kalo pulang anterin."

Hazel melirik Aruna sekilas kemudian tangannya menengadah. "Kunci mobil."

"Heh! Gak sopan."

"Eh, gue bisa pulang sendiri kok. Lo pasti capek, istirahat aja." ucap Aruna tidak enak.

"Gak boleh nolak kebaikan seorang Hazel, Na. Nyesel, loh."

🥜🥜🥜

Akhirnya Hazel benar benar mengantar Aruna sampai rumah dengan selamat.

Aruna berdeham canggung.
"Makasih, kacang. Maaf ngerepotin lo."

"Jauhin gue."

Aruna terdiam menoleh menatap Hazel.
"Kenapa?"

Hazel balik menatap Aruna, tatapannya dingin. Aruna tidak suka itu.

"Gue ngebahayain lo."

Aruna diam sejenak kemudian menggeleng. "Lo ngebahagian gue, Jelnut. Bukan ngebahayain." ujar Aruna lembut, ia tidak ingin menjauhi Hazel.

Hazel miliknya, temannya, cinta pertamanya.

"Keluar."

"Gue gak mau ngejauhin lo."

"Keluar, Aruna. Gue masih menghormati lo sebagai perempuan."

Tatapan Aruna sendu, sedih kelihatan ingin menangis. Aruna membuka pintu mobil kemudian benar benar keluar dari lingkaran Hazel.

Melihat Aruna masuk kedalam rumah, Hazel meninju setir mobil kemudian menundukkan kepala.

Gavero sialan!

• ° • ♡ • ° •

Aku kasih tau lagi kayak yang di BUMI ya guys.
Aku gak bisa bikin konflik karena aku gak suka konflik.
Jadi maaf kalau beberapa part konflik kedepan terasa tidak begitu baik. Terimakasih.

Hello, Hazelnut! [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ