Agen Raesya

3 1 0
                                    

Setelah Raesya terbangun di sebuah kamar, dia menemukan pintu keluar dan berjalan ke pintu keluar kamar itu. Saat Raesya sampai di pintu keluar dan mau membukanya, Raesya melihat pintu lain di dekat pintu keluar. Raesya pun membuka pintu itu dan ternyata di balik pintu itu adalah kamar mandi.

Di dalam kamar mandi itu, ada bak mandi yang kering dan di bak mandi itu, ada Rizky yang masih belum sadar.

"Rizky! Bangun, Rizky! Ki, bangun!" kata Raesya sambil menggoyangkan tubuh Rizky, maksudnya untuk membangunkannya.

Akhirnya, Rizky membuka matanya. Lalu Rizky duduk dan melihat ke sekitarnya.

"Esa, kita dimana? Kenapa aku bisa ada di dalem bak mandi?" tanya Rizky.

"Nggak tau. Malahan aku nggak tau kenapa kamu bisa ada disitu," kata Raesya.

"Bantu aku keluar," kata Rizky.

Raesya pun membantu Rizky berdiri dan keluar dari bak mandi. Setelah itu, mereka keluar dari kamar mandi.

"Ini bukan kamar yang ada di apartemen kota Fernanda," kata Rizky.

"Memang bukan. Tapi rasanya kita pernah kesini," kata Raesya.

Rizky melihat sebuah kartu kunci yang tertempel di tembok. Rizky mengambil kartu kunci itu, lalu menunjukkannya pada Raesya.

"Lihat nih, esa. Kartu kunci, kayak di hotel," kata Rizky.

"Berarti kita lagi di kamar hotel," ujar Raesya. "Ayo kita keluar. Bawa kartu kuncinya! Takutnya kita perlu."

Kemudian, Raesya membuka pintu kamar dan dia pun keluar dari kamar itu bersama Rizky. Setelah keluar dari kamar, Raesya menutup pintunya dan melihat nomor di pintu itu: "355".

"Esa, kamu tau ini maksudnya apa?" tanya Rizky saat melihat nomor di pintu itu.

"Ini nomor kamar kita waktu kita nginep di hotel waktu study tour kelas 10 dulu," kata Raesya.

"Iya, tapi malem nya aku nggak tidur disini. Malahan Ardian yang tidur disini," kata Rizky. "Oh, iya! Ardian sama yang lainnya ada dimana?"

"Eh, bener juga. Mereka kan juga sama kita sebelumnya, tapi di dalem kamar tadi aku cuma lihat kamu," kata Raesya.

"Tunggu disini!" kata Rizky.

Rizky berlari di lorong hotel, sementara Raesya tetap di depan pintu kamar nomor 355. Kemudian, Rizky sampai di depan pintu kamar nomor 367.

Rizky menekan tombol bel di samping pintu kamar nomor 367 berulang kali. Beberapa detik kemudian, pintu kamar itu dibuka oleh Ardian, yang entah bagaimana bisa ada di dalam kamar nomor 367. Ardian membiarkan Rizky masuk ke dalam kamar, namun mereka membiarkan pintunya terbuka.

Selain Ardian, di dalam kamar 367 juga ada Daffa dan Alwan. Yang membuat Rizky terkejut, di dalam kamar itu juga ada Aidil Adha, teman Rizky dan Raesya yang sebelumnya tidak ikut berkumpul di rumah Rizky.

"Aidil, lo nginep disini?" tanya Rizky.

"Hah, nggak. Ini kita semua baru pada sadar. Waktu gue sadar, Iyan, Daffa sama Alwan juga udah ada disini," kata Aidil.

"Rizky, kita dimana nih?" tanya Daffa.

"Di hotel yang waktu kita study tour pas kelas 10 dulu," jawab Rizky.

"Ohh, hotel Grand Serela Bandung," kata Alwan.

"Waduh, kita ada di Bandung," gumam Daffa.

Sementara itu, Raesya yang masih menunggu di depan kamar nomor 355 mendengar sebuah suara dari lorong.

"Halo? Ada orang lain disini?" kata suara itu.

"Iya. Siapa itu ya?" tanya Raesya.

Raesya menghadap ke kanannya dan melihat dua sosok yang berjalan menghampirinya. Kedua sosok itu semakin mendekat. Saat kedua sosok itu lewat di bawah lampu, terungkaplah kalau kedua sosok itu adalah Farrel dan seorang pria yang ganteng.

"Rahman?" kata Raesya pada pria yang ganteng itu.

"Halo, Esa," sapa pria yang ganteng itu yang ternyata bernama Rahman.

"Kok kamu bisa sama Farrel?" tanya Raesya.

"Aku nggak tau kenapa Rahman bisa sama aku, tapi tadi aku bangun di kamar nomor 212 dan ternyata Rahman juga sudah ada disitu," kata Farrel.

"Kita ada di hotel Grand Serela Bandung, tempat kita nginep waktu study tour kelas 10 dulu," kata Rahman.

"Aku sudah tau. Aku sama Rizky bangun di kamar kita yang dulu," kata Raesya.

"Gimana kalian juga bisa ada disini?" tanya Rahman.

"Aku juga nggak tau. Yang aku inget, aku sama Rizky lagi ngumpul di rumah Rizky bareng Ardian, Daffa, Alwan sama Farrel. Terus tiba-tiba ada beberapa orang yang dateng dan bikin kita pingsan. Waktu kita sadar, kita sudah ada di hotel ini," kata Raesya.

"Maaf kita harus pake cara begini, tapi kita bener-bener butuh bantuan kalian." Sebuah suara tiba-tiba terdengar.

Raesya, Rahman, dan Farrel berbalik dan melihat tiga orang pria yang sedang berdiri sambil menatap mereka. Salah satu dari mereka memakai kacamata hitam, sementara yang lainnya tidak memakai kacamata sama sekali.

"Kalian siapa?" tanya Raesya.

"Kita adalah agen P.A.C.," jawab pria yang memakai kacamata hitam. "P.A.C. adalah singkatan dari 'Penangkal Ancaman Canggih'. Kita yang menculik kalian dan membawa kalian kesini, karena kita butuh bantuan kalian, terutama kamu, Raesya."

"Kenapa aku?" tanya Raesya lagi.

"Karena kita melihat kamu melawan robot-robot gila itu di taman kota Fernanda. Untuk sekarang, kalian akan menjadi anggota P.A.C.. Kamu akan memimpin tim kamu sendiri, Agen Raesya," kata pria yang memakai kacamata hitam.

BERSAMBUNG...

Raesya dan Kota FernandaWhere stories live. Discover now