Serangan di Hari Pernikahan

5 1 0
                                    

Sebuah mobil sedang menunggu di depan rumah pak RT pada sore hari. Kemudian, Raesya keluar dari rumah pak RT dan mengunci pintunya, lalu dia menghampiri mobil yang sedang menunggu di depan rumah pak RT. Raesya memakai baju batik khusus untuk acara pernikahan sambil membawa sebuah tas selempang.

"Ke perumahan Richardson, ya?" tanya si pengemudi mobil.

"Iya. Agak cepet ya," kata Raesya.

Si pengemudi mobil pun mulai mengemudikan mobilnya untuk mengantar Raesya. Setelah mereka melewati gerbang desa Negeri Jauh, Raesya melihat jam di HP nya yang menunjukkan pukul 17.14.

Setengah jam kemudian, mereka sampai di perumahan Richardson dan berhenti di depan restoran Richard's Family.

"Makasih ya. Hati-hati di jalan," kata Raesya sambil turun dari mobil.

"Sama-sama. Nanti mau saya jemput juga, ga?" tanya si pengemudi mobil.

"Ga usah. Kali ini bapak istirahat aja. Nanti aku pulang naik bus aja," kata Raesya.

"Okey. Dadah," kata si pengemudi mobil sebelum pergi.

Setelah si pengemudi mobil yang ternyata adalah sopirnya pergi, Raesya berbalik dan melihat di samping restoran Richard's Family ramai sekali. Banyak orang-orang di tempat itu yang memakai baju-baju untuk acara pernikahan.

Saat Raesya berjalan ke keramaian itu, Bang Jamal datang dan menghampirinya.

"Bang Esa, akhirnya ente dateng juga," kata Bang Jamal. "Ayo silahkan kalau mau makan. Disini banyak makanan. Ente terserah boleh makan yang ada disini."

"Okey, nanti saya makan. Omong-omong, mana pengantinnya?" tanya Raesya.

"Oh, mereka ada kok. Cari aja," ujar Bang Jamal.

"Okey, makasih," kata Raesya sebelum dia meninggalkan Bang Jamal.

Raesya menghampiri sebuah meja dengan rice cooker dan beberapa lauk makanan di atas meja terbesar. Raesya mengambil nasi, lalu dia mengambil beberapa lauk, termasuk ayam, orek tempe, sayur, dan bihun.

Raesya mau makan sambil duduk di salah satu kursi tunggu, namun dia melihat anaknya Bang Jamal sedang makan di salah satu meja makan bersama istrinya dan beberapa orang lainnya, salah satunya adalah teman lama Raesya, Rizky Fernanda. Raesya pun memutuskan untuk ikut makan bersama mereka karena masih ada kursi kosong di meja makan itu. Saat Raesya duduk, beberapa orang di meja itu langsung melihatnya.

"Raesya, itu kamu? Kamu nggak bilang-bilang kalau kamu juga dateng," kata istri anaknya Bang Jamal.

"Kalian semua temenku, mana mungkin nggak dateng. Omong-omong, selamat ya Siti, atas pernikahanmu dengan anaknya Bang Jamal," kata Raesya.

"Sama-sama, Raesya," sahut istri anaknya Bang Jamal.

"Esa, akhirnya kita duduk sebelahan lagi," kata Rizky yang berada di samping Raesya.

"Iya, ya. Terakhir kali kita duduk bareng waktu SMA dulu," kata Raesya.

"Raesya, kita denger kamu jadi pak RT untuk sementara waktu di desa Negeri Jauh. Jadi gimana rasanya?" tanya istri anaknya Bang Jamal.

"Yah, rasanya... Lumayan. Agak capek sih, tapi aku suka kok jadi pak RT," kata Raesya.

"Oh iya, Raesya. Kamu tau ga, Rizky juga lagi bangun kota di Papua. Bahkan dia namain kotanya kota Fernanda lho. Dia namain kota itu pake nama belakangnya," kata istri anaknya Bang Jamal.

Raesya pun menoleh ke Rizky. "Apa itu bener?" tanya Raesya.

"Sebenarnya ayahku yang bangun kota itu setelah perusahaannya kerja sama bareng beberapa perusahaan dan yayasan di Papua," kata Rizky.

"Omong-omong, siapa nanti yang jadi walikota nya?" tanya istri anaknya Bang Jamal.

"Belum tau," jawab Rizky.

"Eh, aku kebelet nih. Toiletnya dimana ya?" tanya Raesya.

"Kebanyakan toiletnya ada di dalem rumah-rumah di sekitar kita. Tapi kita ga boleh masuk ke rumah-rumah itu, tapi kita boleh ke toilet yang ada di belakang bangunan itu," kata istri anaknya Bang Jamal sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan kantor pos.

"Okey, makasih," kata Raesya sambil berdiri dari kursinya. Lalu dia berjalan ke arah kantor pos itu.

Raesya sampai di depan kantor pos. Lalu dia ke bagian samping kantor pos itu untuk pergi bagian belakang kantor pos itu. Raesya menghadap ke belakang sebentar dan melihat orang-orang di acara pernikahan yang masih sibuk mengobrol dan menikmati acara itu, lalu Raesya pun berjalan lagi ke bagian belakang kantor pos.

Setelah sampai di bagian belakang kantor pos, Raesya melihat sebuah bangunan kecil yang memiliki empat pintu dengan tulisan "Toilet". Raesya pun langsung masuk ke salah satu toilet itu dan kemudian dia menutup pintu toiletnya.

                                           ***

Setelah selesai di toilet, Raesya keluar dari toilet dan pergi ke wastafel untuk cuci tangan. Sambil cuci tangan, Raesya melihat ke sekelilingnya. Suasana di tempat itu sangat sepi dan menyeramkan. Suara jangkrik terdengar dari area pepohonan di dekat tempat itu. Ada dua lampu di dekat toilet yang membuat tempat itu tidak terlalu gelap. Beberapa tanaman dan ranting pohon bergerak karena ditiup angin.

Setelah cuci tangan, Raesya memutuskan untuk langsung kembali ke tempat acara karena dia merasa tidak nyaman di tempat yang sepi dan seram seperti itu. Raesya mau melewati bagian samping kantor pos ketika seseorang tiba-tiba mendorongnya dari belakang. Raesya pun jatuh namun dia tidak apa-apa.

Raesya berdiri lagi dan kemudian dia berbalik. Raesya melihat seseorang yang memakai jaket hitam, celana jeans, sarung tangan hitam, dan topeng helm las. Orang itu juga membawa tongkat besi di punggungnya.

Raesya mencoba berbicara dengan orang bertopeng helm las itu, namun orang itu langsung mencoba menyerang Raesya menggunakan tongkat besinya. Raesya berhasil menghindari serangan orang itu.

"Woi, kenapa ini? Siapa kamu?" tanya Raesya dengan bingung.

Orang bertopeng helm las tidak menjawab dan mencoba menyerang Raesya lagi, namun Raesya berhasil menghindar lagi. Raesya menemukan sepotong ranting pohon dan mengambilnya. Kemudian Raesya mencoba memukul orang bertopeng helm las itu dengan ranting, namun orang itu menggunakan tongkat besinya untuk menahan pukulan dari Raesya.

"Kamu anggota geng motor ya? Aku nggak tau kenapa kamu bisa ada disini," kata Raesya.

"Oh, kamu salah. Saya bukan orang yang bergabung sama geng motor. Saya itu orang yang suka sama ilmu pengetahuan," kata orang bertopeng helm las dengan suaranya yang berat.

Raesya mencoba untuk memukul orang bertopeng helm las itu lagi dengan ranting yang dia pegang, namun orang bertopeng helm las itu menghindar. Tiba-tiba, orang bertopeng helm las itu menendang tangan Raesya yang memegang ranting sehingga ranting yang dipegang Raesya pun jatuh ke tanah.

Sebelum Raesya dapat melarikan diri, orang bertopeng helm las menangkapnya dan menahannya. Sambil menahan Raesya, orang bertopeng helm las mengambil sebuah HP lalu dia merekam mereka berdua.

"Ada kata-kata terakhir?" tanya orang bertopeng helm las.

"Nggak. Belum ada sama sekali," kata Raesya.

Tiba-tiba, Raesya menginjak kaki orang bertopeng helm las sehingga orang itu pun berteriak kesakitan dan secara tidak sengaja melepaskan Raesya. Setelah bebas, Raesya langsung meninju orang bertopeng helm las itu dan kemudian melarikan diri, sementara orang bertopeng helm las itu masih merasa kesakitan.

BERSAMBUNG...

Raesya dan Kota FernandaWhere stories live. Discover now