Kekacauan

5 1 0
                                    

Raesya melakukan berbagai kegiatan di ruangan gym apartemennya pada jam 05.36 pagi. Sebelumnya dia sudah sholat subuh dan melakukan beberapa aktivitas lainnya, termasuk bikin teh dan mengobrol dengan teman-temannya melalui Whatsapp. Raesya berada di ruangan gym sampai jam 06.28 pagi. Setelah itu, Raesya ingin mencari sarapan di luar apartemen.

Raesya menelepon Rizky untuk menanyakan tempat makan yang bagus untuk sarapan di kota Fernanda. Rizky pun memberitahu Raesya bahwa ada restoran mie di dekat jembatan cokelat kota Fernanda. Raesya berterimakasih pada Rizky, lalu menutup teleponnya dan dia pun pergi ke restoran mie itu.

Raesya pergi dengan berjalan kaki. Di perjalanan, Raesya bertemu dengan seorang petugas polisi di pinggir jalan raya di dekat jembatan cokelat kota Fernanda.

"Permisi, pak. Bapak tau dimana restoran mie yang terkenal di kota ini? Kata temen saya restorannya di deket jembatan ini tapi saya nggak lihat ada restoran mie," kata Raesya.

"Oh, bukan disini, mas. Restorannya ada di seberang sana," kata petugas polisi sambil menunjuk ke seberang sungai.

Di seberang sungai, ada sebuah gedung dengan lambang mangkuk mie di atasnya. Satu-satunya cara untuk pergi kesana adalah dengan melewati jembatan cokelat.

"Oh, makasih ya pak," kata Raesya.

"Sama-sama mas," sahut si petugas polisi.

Raesya pun melewati jembatan cokelat untuk ke seberang sungai. Jembatan cokelat adalah jembatan yang sangat besar. Ukurannya hampir sama seperti beberapa jembatan yang ada di London. Setelah melewati jembatan, Raesya berjalan ke gedung restoran mie.

Saat sampai di gedungnya, Raesya masuk ke dalam dan mencari meja makan yang cocok untuknya. Raesya pun memilih meja nomor 14 yang berada di dekat jendela restoran. Setelah duduk, Raesya dihampiri oleh seorang koki yang memegang menu restoran.

"Halo, Mas Raesya. Temanmu, Rizky Fernanda, sudah kasih tahu aku kalau kamu akan datang," kata koki itu.

Enak banget Rizky dikenal sama hampir semua orang di kota ini, pikir Raesya.

"Namaku Papa Leo." Koki itu memperkenalkan dirinya. "Kadang-kadang beberapa orang memanggilku Chef Leo."

"Halo, Papa Leo. Boleh aku pesen makanan?" tanya Raesya.

"Oh, boleh. Kamu mau pesan apa?" Kata Papa Leo sambil menunjukkan menunya. "Disini ada mie ramen, mie goreng, soto betawi, mie pedas, nasi goreng biasa, nasi goreng asin...."

"Kayaknya nasi goreng biasa, pake ayam kalau ada," kata Raesya.

"Oh, oke. Makananmu akan disiapkan," kata Papa Leo.

Kemudian, Papa Leo berlari ke dapur dengan gembira. Raesya berpikir kalau Papa Leo lucu dan selalu ceria. Raesya memutuskan untuk melihat HP sambil menunggu makanannya.

Saat mau membuka HP nya, Raesya mendengar keributan di luar restoran. Raesya pun menatap ke jendela restoran. Dia melihat beberapa orang keluar dari taman kota di dekat restoran sambil berlari.

Tanpa berpikir panjang, Raesya langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke pintu restoran. Dia berpapasan dengan seorang pelayan restoran.

"Hei, kamu mau kemana? Bukannya makananmu lagi dibuat?" tanya pelayan itu.

"Bilang ke Papa Leo kalau nanti aku balik lagi," kata Raesya.

Kemudian, Raesya keluar dari restoran dan berlari ke taman kota. Sesampainya di taman kota, Raesya terkejut saat melihat sekumpulan robot dan mesin membuat kekacauan di taman dan membuat orang-orang ketakutan. Seorang remaja sedang berlari melewati Raesya untuk menghindari robot-robot itu dan tersandung. Untungnya Raesya langsung menolong remaja itu agar tidak jatuh.

"Hei, kenapa ini?" tanya Raesya.

"Aku lagi jalan-jalan di taman ini sama temen-temen aku, terus robot-robot ini dateng dan nyerang kita," kata remaja yang ditolong oleh Raesya.

Sebelum Raesya bisa bertanya lagi, remaja itu berlari lagi sambil berteriak.

"Hei, tunggu!" teriak Raesya. Namun remaja itu sudah berlari terlalu jauh.

Raesya pun terpaksa harus mencari cara untuk menghentikan kekacauan di taman kota itu. Saat sedang berpikir, Raesya melihat sebuah kotak yang menempel di tembok bangunan kecil di pinggir taman. Raesya menghampiri kotak yang menempel di tembok itu dan memperhatikannya. Raesya melihat sebuah tulisan di kotak itu yang bertuliskan "Hanya boleh digunakan saat keadaan yang sangat sangat sangat sangat darurat".

Raesya pun membuka kotak itu. Dia terkejut saat melihat benda yang ada di dalam kotak itu. Sebuah pistol. Ada sebuah pistol di dalam kotak itu yang membuat Raesya kebingungan. Raesya tidak mau terlalu memikirkannya dan dia pun langsung saja mengambil pistol itu.

Sebuah robot berbentuk mesin pemotong rumput mendekati Raesya. Raesya berbalik dan dengan refleks dia menembak robot itu menggunakan pistol. Tembakan Raesya mengenai robot mesin pemotong rumput itu dan membuatnya rusak sampai mengeluarkan asap. Raesya pun mulai menggunakan pistol yang dia pegang untuk menghabisi para robot yang mengamuk di taman.

Semantara itu, Papa Leo tiba di taman sambil membawa beberapa petugas polisi. Papa Leo melihat Raesya yang sedang melawan beberapa robot menggunakan pistol.

"Wah, wah. Lihat itu! Temennya Rizky ternyata bisa menjadi agen rahasia yang hebat," kata Papa Leo.

"Ayo bantu dia," kata salah satu petugas polisi.

"Baik pak," sahut polisi lainnya.

Para polisi memegang senjata mereka dan ikut melawan para robot yang mengamuk di taman itu. Sementara itu, Raesya melawan sebuah robot berbentuk kloset yang bisa melompat-lompat. Raesya menembak robot itu, namun robot itu masih bisa bertahan dan terus melompat-lompat.

Raesya terus menembak sampai pelurunya habis. Dia mencoba untuk mengambil peluru lagi di kotak penyimpan pistol tadi. Namun, kotaknya terlalu jauh dan Raesya tidak bisa ke kotak itu karena jalannya dihalangi oleh beberapa robot yang sedang melawan para polisi.

Saat si robot kloset hampir mendekati Raesya, seorang petugas polisi mendorong robot kloset itu secara tiba-tiba dan membuatnya jatuh ke samping. Robot kloset itu mencoba untuk bangun namun tidak bisa. Petugas polisi yang mendorong robot kloset itu memeriksa bagian bawah robot kloset itu dan melihat beberapa alat per yang membuat robot kloset itu bisa melompat-lompat. Si petugas polisi pun menembak semua alat per itu sampai rusak agar si robot kloset tidak bisa melompat-lompat.

"Makasih," kata Raesya.

"Sama-sama," sahut si petugas polisi. "Sekarang pergi dari sini. Biar kami yang mengurus robot-robot ini."

Kemudian, si petugas polisi meninggalkan Raesya dan terus melawan robot-robot yang tersisa. Raesya melihat para polisi yang sedang melawan robot-robot dan Raesya pun memutuskan untuk pergi. Tiba-tiba, sebuah robot baju zirah muncul dari belakang dan meninju Raesya.

"Aduuhhh!" teriak Raesya.

Raesya jatuh ke tanah dan si robot baju zirah pun menyiapkan pedangnya, tanpa menyadari kalau pedangnya hanyalah pedang yang terbuat dari styrofom. Kemudian, si robot baju zirah mencoba untuk menusuk Raesya dengan pedangnya, namun tentu saja tidak berhasil karena pedangnya terbuat dari styrofom. Saat si robot baju kebingungan, tiba-tiba sebuah pedang menembus tubuh si robot baju zirah.

Raesya kebingungan dan dia pun memutuskan untuk melihat ke belakang robot baju zirah itu. Raesya melihat Rizky yang sedang berdiri. Rizky mengambil pedang yang tertancap di tubuh si robot baju zirah dan kemudian Rizky menendang robot itu sampai robot itu jatuh telungkup ke tanah. Setelah itu, Rizky menggunakan pedang yang dia pegang untuk memotong kaki dan tangan robot baju zirah itu.

"Makasih, Rizky," kata Raesya.

"Lain kali kamu harus lebih hati-hati lagi, esa. Untung aja robot ini pake pedang styrofom. Kalo dia pake pedang beneran gimana?" kata Rizky.

"He he." Raesya hanya bisa tertawa sedikit.

"Sekarang balik ke restoran dan mulai sarapan. Aku mau cari tau dulu tentang robot-robot ini dan dari mana mereka dateng," ujar Rizky.

Tak lama kemudian, Papa Leo datang menghampiri Raesya dan Rizky sambil membawa piring nasi goreng.

"Mas Raesya, tadi kamu keren sekali. Omong-omong, ini nasi goreng pesenanmu," kata Papa Leo.

BERSAMBUNG...

Raesya dan Kota FernandaWhere stories live. Discover now