Wardoyo Industries

4 2 0
                                    

"Wah, ini enak banget," kata Budi sambil meminum milkshake oreo.

Raesya, Budi, dan Aldi sedang berada di sebuah kafe di desa Negeri Jauh. Kafe itu bagus dan tempatnya lumayan luas, namun tempatnya lumayan sepi dan pengunjung yang ada di kafe itu hanyalah Raesya, Aldi, Budi, dan tiga bapak-bapak yang sedang mengobrol. Budi memesan milkshake oreo, sedangkan Raesya dan Aldi memesan pisang goreng cokelat keju dan waffle dengan es krim vanila.

"Iya. Tapi kenapa tempat ini nggak rame?" tanya Aldi.

"Mungkin karena lokasinya terpencil, tapi orang-orang Lembang juga suka dateng ke sini," kata Raesya.

"Ayo cepet habisin pesenan kita. Biar nanti kita bisa lihat rumahnya Raesya waktu dia jadi pak RT nanti," kata Budi sambil terus meminum milkshake nya.

Beberapa menit kemudian, Raesya, Aldi, dan Budi sudah selesai menghabisi pesanan mereka. Mereka pun langsung ke rumah pak RT dengan jalan kaki.

"Kita nggak naik mobil atau motor aja buat ke rumah pak RT nya?" tanya Budi.

"Ga usah. Rumahnya nggak jauh kok," kata Raesya.

Setelah mereka berjalan selama beberapa menit, mereka melihat dua truk diparkir di depan sebuah rumah. Rumah itu bergaya minimalis, tidak seperti rumah dan bangunan lainnya di desa Negeri Jauh.

"Kalian lihat rumah yang itu? Itu kelihatan beda," kata Budi.

"Itu rumah pak RT nya," ujar Raesya.

Raesya, Aldi, dan Budi berjalan ke rumah itu. Seseorang sedang duduk di dekat salah satu truk yang diparkir di dekat rumah pak RT. Orang itu melihat Raesya, Aldi, dan Budi berjalan ke arah rumah pak RT.

"Maaf!" kata orang itu. "Kalian siapa?"

"Kita cuma orang yang baru lulus kuliah," jawab Aldi.

"Ada apa, ya?" tanya Raesya.

"Saya karyawan Wardoyo Industries. Kami sedang membantu seorang warga yang namanya Bang Jamal untuk menata rumahnya yang baru, karena dia juga langganan di toko kami di dekat sini. Saya lagi cari pak RT buat membicarakan hal yang penting."

"Oh, iya. Wardoyo Industries. Salah satu temen deket saya berteman sama pendiri perusahaan itu," kata Raesya.

"Temen kita ini mau jadi pak RT yang sementara," seru Budi. "Kalau ada yang mau diomongin, bapak bisa ngomong ke dia aja."

"Sayangnya saya harus ngobrol sama pak RT yang asli. Karena cuma dia yang tau semuanya," kata si karyawan itu.

"Mau ngomong sama pak RT yang asli? Saya punya nomornya," ujar Raesya.

"Hmm, kalau begitu saya minta nomornya. Nanti tolong dikasih ya," kata si karyawan.

"Okey," sahut Raesya.

Karyawan itu pun kembali ke truknya yang dari tadi masih diparkir. Kemudian, Raesya, Aldi, dan Budi menuju ke teras rumah pak RT. Di teras, ada sebuah rak sandal yang kecil. Raesya berpikir kalau kunci rumahnya disimpan oleh pak RT di rak sandal itu agar aman, jadi Raesya pun mencarinya di rak sandal itu. Aldi dan Budi hanya melihatnya tanpa berbicara sedikitpun.

Beberapa saat kemudian, Raesya akhirnya menemukan kunci di bawah sebuah sandal berwarna pink. Kemudian dia berjalan ke pintu masuk di teras itu. Raesya memasang kuncinya di lubang kunci, lalu memutarnya. Setelah itu dia mencoba membuka pintunya, dan berhasil.

Saat Raesya mau masuk ke dalam rumah, Budi menyentuh bahunya. Raesya pun berbalik badan.

"Esa, kayak sudah waktunya aku sama Aldi pulang dulu. Pamanku sebentar lagi dateng," kata Budi.

"Oh, oke. Besok kayaknya aku juga bakal sibuk," kata Raesya.

"Dadah, Esa," kata Aldi.

Aldi mengajak Raesya melakukan tos. Tiba-tiba, Budi memeluk Raesya. Aldi juga mau memeluk Raesya, maka Raesya pun memeluk kedua temannya itu.

"Kapan-kapan kita dateng lagi ke sini, ya. Kamu juga jangan lupa dateng ke rumah kita," kata Budi.

"Lebay! Aku disini nggak nyampe tiga bulan kok," kata Raesya.

Setelah memeluk Aldi dan Budi, Raesya melepaskan mereka berdua. Tepat pada saat itu juga mobil pamannya Budi datang. Aldi dan Budi melambaikan tangan ke Raesya, lalu mereka pun berjalan ke mobil pamannya Budi yang sedang berhenti.

Kemudian, Raesya berjalan masuk ke dalam rumah pak RT. Sebelum menutup pintu rumah, Raesya melihat Aldi dan Budi yang masuk ke mobil pamannya Budi. Setelah melihat mobil pamannya Budi pergi, akhirnya Raesya pun menutup pintu rumah pak RT.

BERSAMBUNG...

Raesya dan Kota FernandaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant