📍 [Nikah?] 📍

14 7 32
                                    

Araya terbangun dari tidurnya tatkala sinar matahari menelusup masuk melalui celah jendela kamarnya. Gadis itu bangun terduduk di atas kasur lalu menyibak selimutnya.

Ia menapakkan kakinya ke atas lantai lalu berjalan keluar kamar mencari keberadaan Gevran.

Ia sudah mencari Gevran ke seluruh penjuru ruangan. Namun, lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Ting

Ceklek

Pintu apartemen terbuka menampakkan wajah tampan Gevran. Lelaki itu tak sendiri, di belakangnya terdapat Vina juga pria yang terlihat masih muda muda, wajahnya mirip dengan Gevran, sangat tampan.

"Bunda!" seru Araya membuat Vina tersenyum merekah lalu mendekap tubuh gadis itu dengan erat, sama halnya dengan Araya yang membalas pelukan Vina tak kalah erat.

Keduanya mengurai pelukannya. Araya beralih menatap pria tampan berkharisma itu dengan bingung. "Om ini ayah Evan?"

Pria bermata elang tajam itu mengangguk dengan tersenyum hangat. Araya sampai terpukau melihatnya. Aura lelaki itu memang nampak mencekam. Namun, ketika pria itu tersenyum, aura menyeramkan menghilang dalam sekejap.

"Kamu Aya, pacar Gevran, ya?"

Araya mengangguk malu. "Iya, Om."

Gevran tersenyum mendengarnya. "Kelamaan ayah," katanya merasa ayahnya terlalu lama untuk menyampaikan tujuan kedatangannya ke mari.

"Duduk dulu napa sih, santai boy," ujar pria yang diketahui bernama Addison.

Mereka memutuskan untuk duduk di atas sofa lalu memulai perbincangan.

"Langsung saja, kedatangan kami ke mari bermaksud untuk melamar kamu, Aya."

"Aya mau di lamar? Sama siapa?" tanya Aya dengan polosnya.

Ketiganya tersenyum miris merasa gemas dengan tingkah kepolosan Araya yang kian menjadi.

"Jadi gini, anak om itu mau ngelamar kamu Aya."

Araya terkejut mendengarnya. Ia menatap Gevran yang juga tengah menatapnya teduh. Terlihat Gevran yang mengalihkan pandangannya pada sang ayah membuat Addison mengkode Gevran.

Gevran yang paham pun mengangguk lalu kembali menatap gadisnya teduh. Tangannya bergerak meraih tangan Araya untuk digenggamnya. "Listen, dari awal pertemuan kita, Evan udah cinta sama Aya. Evan bukan cowok romantis kayak cowok lainnya, Evan gak bisa jamin Aya bahagia sama Evan, tapi Evan bakalan berusaha bikin Aya nyaman dan kita bakalan bahagia sama-sama sampe hari tua itu tiba. Aya mau kan nikah sama Evan?"

Deg

"Nikah?" ulang gadis itu merasa gugup.

Gevran mengangguk pelan dengan tersenyum hangat. "Mau, ya?"

Araya mengangguk. Tentu saja ia mau. Siapa yang tidak mau menikah dengan seorang pria seperti Gevran? Lelaki baik, juga tampan dan rupawan.

Araya meneteskan air matanya terharu dengan niat baik keluarga Gevran saat ini. "Aya mau banget!"

Gevran tersenyum tulus lalu menarik tubuh gadisnya ke dalam dekapannya. "Makasih sayang, makasih."

"Besok kita nikah." Ucapan Gevran membuat Araya tertegun. Gadis itu mengurai pelukannya lalu menatap Gevran dengan tatapan tak percaya.

"Harus banget besok, ya? Gak kecepetan?"

Gevran tersenyum tipis lalu tangannya terangkat untuk menyelipkan helaian rambut gadisnya ke belakang daun telinga. "Lebih cepat lebih baik, sayang."

Kedua sepasang suami istri itu tersenyum haru melihat keduanya. Keduanya bahagia ketika anaknya sudah menemukan cintanya. Semoga saja mereka memang berjodoh. Selamanya akan bersama hingga menua bersama.

TBC

VARIABELWhere stories live. Discover now