🍼 [Mustahil tapi nyata] 🍼

17 13 29
                                    

Gevran terbangun dari tidurnya lalu meraba di sebelah tempat tidurnya. Sedetik kemudian matanya terbuka sempurna lalu segera menyibak tirai gorden yang ada di UKS. Namun, ia tak mendapati siapapun di sana, gadisnya pun tak ada di sampingnya, bahkan para temannya pun tidak ada di sana.

"Aya," panggilnya dengan suara paraunya.

Kakinya bergerak untuk menyentuh lantai yang dingin.

"Aya," panggilnya lagi, kini suaranya mulai merendah.

Wajah Gevran layaknya bayi yang baru saja terbangun dari tidurnya. Lelaki itu seakan sedih tatkala tak melihat keberadaan gadisnya di sampingnya ketika dirinya terbangun.

Air mukanya sudah memerah, serta matanya mulai berair. Kini rahangnya pun mengeras menahan kuat isak tangisnya agar tidak pecah saat itu juga. Apakah gadisnya meninggalkannya? Meninggalkan dirinya seorang diri di UKS?

"Aya hiks ..." Tangisnya mulai pecah. Kini yang ada dalam benaknya hanyalah Aya, gadisnya. Namun, gadis yang ia tunggu kehadirannya, tak kunjung datang.

"Hiks .. hiks ... Aya tinggalin Evan hiks ..."racaunya kemudian berjongkok di sudut ruangan UKS.

Tangisan Gevran semakin pecah. Gadisnya tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Padahal saat ini ia hanya menginginkannya gadisnya berada di sisinya.

Ceklek

Gevran masih terisak sampai tak menyadari jika Araya baru saja masuk ke dalam UKS.

Araya tertegun saat melihat Gevran yang sudah berjongkok di sudut ruangan UKS, yang membuatnya lebih terkejut yaitu ketika menyadari Gevran yang kini tengah terisak.

"Evan?" panggilnya seraya bergegas menghampiri Gevran.

"Kamu kenapa? Kok nangis? Mana yang sakit?"

Gevran sempat tertegun ketika menyadari kehadiran Aya, dengan segera lelaki itu mendekap tubuh gadisnya begitu erat membuat Araya kembali dibuat tertegun.

"Hati Evan yang sakit, Aya hiks ... hiks ..."

"Aya ninggalin Evan hiks ..."

Araya menghela nafas lega. Ia pikir Gevran sakit. Namun, ternyata karena itu.

Dengan segera tangannya bergerak membalas pelukan Gevran. "Maaf ya, Aya tadi abis beli roti buat Evan."

Gevran tak menggubris hal itu. Ia masih terisak hebat di dalam dekapan gadisnya.

"Aya gak bangunin Evan dulu hiks ... Evan takut Aya ninggalin Evan hiks ... hiks ..."

"Nanti Steven godain Aya hiks ... Evan gak suka hiks ... hiks ... Aya cuma milik Evan," lirihnya dengan sesegukan.

Araya menahan tawanya saat mendengar nada lirih dari lelaki itu. Ia mengurai pelukannya lalu menangkup wajah lelaki itu dengan kedua tangannya.

Dapat ia lihat bahwa kini wajah Gevran terlihat memerah, matanya pun memerah dengan wajah yang berderai air mata. Terlihat begitu menggemaskan di matanya.

"Evan jangan nangis, nanti Aya sedih."

Sedetik kemudian tangisan Gevran terhenti. Dengan cepat lelaki itu menepis air matanya kasar lalu menatap gadisnya sendu. "Evan gak nangis lagi, Aya jangan sedih."

Araya gemas sendiri dengan Gevran. Bagaimana tidak, baru kali ini ia melihat sosok Gevran yang terkenal akan sikapnya yang dingin menangis sesegukan di dalam pelukannya.

Seorang most wanted boy SMA Underline menangis hanya karena takut ditinggal oleh seorang gadis, dan gadis itu adalah Araya. Gadis nyata yang kini menjadi tokoh utama wanita di dalam cerita novel yang berjudul XY.

Di lain tempat tepatnya di dunia lain, seorang lelaki tengah berlarian menuju ruang kerjanya lalu mengambil buku novel yang berjudul XY. Ya, buku novel itu adalah salah satu karyanya yang baru saja diterbitkan dua hari yang lalu.

Deg

"Aya? Dia Araya?" monolognya sedikit tercengang ketika membaca novelnya yang alurnya telah berubah, bahkan ia sama sekali tak mengubahnya saat merevisinya.

Bagaimana dirinya sampai tahu? Tentu karena seorang editor yang mengurus naskahnya barusan menghubunginya, dan memberitahunya jikalau alur ceritanya berubah.

Lelaki itu menggeleng keras seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Gak mungkin! Araya gak mungkin masuk ke dunia novel," katanya seakan masih tak percaya.

Ini benar-benar di luar dugaannya, ia kira ini tidak akan berhasil. Namun kini, kenyataannya memang seperti itu, Araya sudah dua hari yang lalu menghilang entah kemana, bahkan kucing gadis itu sampai sakit karena tak diberi makanan. Padahal Araya sangat cepat jika sudah menyangkut kucingnya yang bernama miyoo.

Benarkah jika Araya masuk ke dalam dunia fiksi, dan masuk ke dalam cerita novelnya? Ah rasanya sangat mustahil. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sifat Aya sangat mirip dengan sifat Araya yang polos. Namun, sangat menggemaskan. Tentu saja ia sangat tahu Araya bagaimana, karena ia sudah mengenal jauh sosok Araya.

Saat dirinya masih berhubungan dengan Araya, gadis itu memang sangatlah polos. Namun, sangat menggemaskan di matanya. Ah sial! Rasanya ia semakin merindukan gadisnya. Ralat, mantan kekasihnya.

Lelaki itu kembali membuka halaman berikutnya hingga tersisa banyaknya halaman kosong di sana. Apa ini? Apa yang terjadi? pikirnya. Banyak sekali pertanyaan dalam benaknya yang belum terjawabkan.

"Lah?" beonya semakin dibuat bingung ketika melihat halaman terakhir yang terdapat fotonya, juga foto visual tambahan. Ia terkejut mendapati foto Araya yang kini sudah menjadi tokoh utama wanita di dalam ceritanya. Ia rasa dirinya menambahkan Araya sebagai karakter tambahan. Namun, mengapa kini gadis itu berubah menjadi karakter utama wanita? Apa yang terjadi?

TBC

[NOTE]

Jika kalian orang teliti, maka kalian akan menemukan sebab akibat dimana Araya dapat berubah menjadi karakter utama wanita di novel tersebut.

VARIABELWhere stories live. Discover now