🍼 [Aya nyasar] 🍼

15 10 34
                                    

Sedari tadi bel pulang sudah berbunyi menandakan para murid berhamburan menuju keluar gerbang untuk pulang ke rumahnya masing-masing, sama halnya dengan Araya. Namun, bedanya Araya memilih berdiri di depan gerbang sekolah menunggu Gevran karena barusan Gevran bilang akan latihan basket dahulu, alhasil ia memilih menunggu di luar gerbang.

"Hai, Ay."

Seorang gadis tiba-tiba datang menyapa Araya membuat Araya menoleh menatap sang empu.

Araya menatap gadis itu bingung, sedangkan gadis itu menatap Araya dari bawah ke atas seraya memandang remeh, tidak sopan bukan?

"Kamu? Salsa, bukan?"

Gadis itu tersenyum tipis. "Hm, gue Salsa, temen deketnya Gevran."

"Oh ya, kata Gevran lo pulang duluan aja, dia gak tega kalo lo nunggu terlalu lama," ujar Salsa membuat Araya mengernyitkan dahinya bingung. Apakah Gevran benar-benar menyuruhnya pulang sendiri? Mustahil, bukan? Terlebih lagi Gevran sudah tahu bahwa dirinya lupa akan jalanan menuju apartemen Gevran.

"Gevran beneran ngomong gitu sama kamu?"

Salsa mengangguk meyakinkan Araya. "Iya udah sana gih, nanti bunda lo nungguin."

"Tap—" Araya sengaja tak melanjutkan kalimatnya karena tidak mungkin juga jika harus memberitahu Salsa bahwa dirinya tinggal di apartemen bersama Gevran.

"Ya udah kalo gitu Aya duluan ya, kamu gak pulang?"

"Gue di jemput sama supir," alibinya membuat Araya mengangguk saja dan setelahnya gadis itu berlalu dari sana meninggalkan Salsa yang tersenyum miring.

"Mampus lo," gumam Salsa melihat punggung Araya yang mulai menjauh.

"Bego juga tu orang, kenapa kagak naik taksi aja coba? Dasar bocil setan!" sarkastiknya memilih berlalu dari sana untuk pergi menuju lapangan basket.

***

Usai latihan basket, Gevran bergegas mengganti bajunya di ruang ganti setelahnya ia keluar dari ruangan ganti baju seragam yang sudah melekat di tubuhnya.

Gevran berlalu dari sana tak lupa untuk pamit terlebih dahulu pada rekan se tim-nya.

"Gevran!"

Langkah Gevran terhenti saat seseorang memanggilnya. Lelaki itu menoleh menatap seorang gadis yang kini berlari kecil ke arahnya.

"Lo belum balik?" tanya Gevran menatap gadis itu heran.

Gadis itu menggeleng tak lupa dengan tersenyum. "Gue nunggu lo, kita udah jarang banget pulang bareng, Gev."

"Sebelumnya gue minta maaf, tapi gue gak bisa. Aya udah nungguin gue dari tadi," ujar Gevran tak enak hati untuk menolak ajakan gadis itu.

"Gue suruh pulang kok, tapi dia malah jalan kaki, kan bisa aja naik taksi, ya gak sih?"

Gevran tertegun. Lelaki itu menatap Salsa penuh selidik. "Siapa yang nyuruh lo? Gue gak ada nyuruh lo buat nyuruh Aya balik sendiri!" sentaknya membuat gadis itu memejamkan matanya merasa kaget.

Ini diluar dugaan. Ia kira Gevran tak akan marah dan membentaknya jika dirinya menyuruh Araya pulang, ia pikir Gevran akan berterimakasih karena sudah menyuruh Araya pulang lebih awal agar gadis itu tak menunggu terlalu lama.

"Gue nyuruh dia nunggu, ngapain Lo nyuruh dia balik bangsat!" umpatnya menatap tajam sahabatnya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Salsa yang menyuruh Araya pulang tanpa persetujuan darinya.

"Dia belum tau jalanan sini anjing, Lo mau tanggung jawab kalo cewek gue kenapa-napa, heh?"

"T-tapi Gev—"

VARIABELDonde viven las historias. Descúbrelo ahora