[VARIABEL]

16 13 22
                                    

Don't skip naration

Kini Gevran tengah berbaring di brankar ruangan UKS ditemani oleh gadisnya juga para temannya bobroknya, terkecuali Steven, karena memang Steven 11-12 dengannya.

Tentu ia tahu jika para temannya tak berniat menjenguk, hanya saja mereka ingin berbaring di atas brankar sekaligus membolos pelajaran.

"Aya," panggil Gevran membuat Araya yang tengah memainkan jari-jemari besar milik Gevan pun berdehem tanpa menoleh.

"Aya," panggilnya lagi membuat Araya mendongak menatap Gevran.

"Kenapa?"

"Naik sini, pengen hug," kata lelaki itu membuat Araya menurut saja.

"Dingin, Ay."

"Kalo peluk kamu pasti anget," gumamnya membuat gadis itu terkekeh.

Setelah Araya membaringkan tubuhnya tepat disampingnya, dengan segera Gevran mendekap tubuh gadisnya lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan ceruk leher Araya.

Gadis itu mengulas senyuman hangat saat melihat sikap Gevran yang terkesan manja dari sebelumnya. Ia membalas pelukan lelaki itu dengan tangan yang sesekali mengelus rambut lebat milik lelaki itu. Jari-jemarinya menyisir rambut Gevran yang terasa lembut.

Aroma maskulin menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Araya sangat menyukai wangi tubuh Gevran, rasanya menyejukkan. Ia benar-benar sudah nyaman berada di dekat lelaki itu.

Entahlah, ia pun tak tahu apa hubungan dirinya dengan Gevran, yang pasti Gevran mengklaimnya sebagai miliknya. Namun, ia dan Gevran sama sekali tak saling menyatakan perasaan suka atau cinta satu sama lain. Apakah ini pantas disebut sebagai pasangan kekasih? Ya, meskipun segala perlakuan hangat yang diberikan Gevran padanya itu bagaikan pasangan kekasih pada umumnya. Namun, salah satu dari kita tak ada yang berniat menyatakan perasaan yang sebenarnya. Ia sudah jelas mencintai Gevran. Namun, entah bagaimana dengan Gevran. hanya author dan Gevran yang tahu.

Gevran menghirup dalam aroma vanila dalam tubuh gadisnya. Ia sangat menyukai aroma vanila di tubuh gadisnya. Aromanya sangat candu membuatnya ingin terus menghirupnya.

Gevran melenguh kecil ketika mendusel di lipatan ceruk leher gadisnya.

Araya sedikit mendorong bahu Gevran lantaran merasa geli. "Geli, Evan."

Gevran terkekeh mendengarnya. "Gue udah jatuh cinta sama lo, Ay."

Araya tetgun. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum mengembang. akhirnya Gevran menyatakan perasaannya juga. "Aya juga cinta sama Evan."

Tanpa sadar senyuman hangat terbit dari bibir Gevran. Lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya lalu memilih untuk memejamkan matanya saat kantuk mulai menyerangnya.

Berawal dari sini kehidupan seorang Araya Cessa Zumaira berubah. Kehancuran telah lenyap dalam sekejap, karena saat ini Araya sudah menjadi tokoh utama wanita di dalam novel yang berjudul XY. ya, bagiku jawabannya adalah dunia nyata tetaplah lebih kejam dari pada dunia fiksi. Jadi menurut kalian bagaimana? Sampai sini, apakah kalian sudah terkecoh?

Ketika Araya berubah menjadi tokoh utama wanita, maka semuanya akan berubah menjadi seperti semula.

Kini hanya ada sepasang variabel yang saling berhubungan, akan percuma jika saling menjauh, akan percuma juga jika ada yang memisahkan keduanya. Mau bagaimanapun mereka saling menjauh, mau bagaimana pun mereka dipisahkan secara paksa, tetap saja semua upayanya akan terasa sia-sia, karena kedua insan berbeda jenis itu ibaratkan sepasang variabel yang akan tetap berdampingan di dalam rumus kehidupan.

TBC

[NOTE]

Jika kalian orang teliti, maka kalian akan menemukan sebab akibat dimana Araya dapat berubah menjadi karakter utama wanita di novel tersebut.

VARIABELWhere stories live. Discover now