Masih bisa Aesa dengar tawa renyah khas dari Chandra walau pelan. Gadis itu menyinggung senyum tipis namun segera merubah kembali ekspresi wajahnya menjadi datar.

"Chandra" panggil Aesa.

"Iya?".

"Gue boleh minta tolong gak?" tanya Aesa, "Ambilin HP gue dong" pinta gadis itu.

Chandra terlihat berpikir mencari alasan, "Saya kan gak bisa nyentuh-".

"Kalau lo gak bisa nyentuh barang, kenapa selalu nyenggol kotak pensil gue?" potong Aesa dengan nada halus.

"Saya kan mau nemenin kamu" rengek Chandra lirih seolah memohon.

"Iya nanti ke sini lagi" balas Aesa.

Baru saja Aesa selesai bicara, Chandra sudah menghilang. Gadis itu kembali menyandarkan tubuhnya dan langsung mendapati sebuah tangan mengulurkan ponsel kepadanya.

Aesa sedikit kebingungan namun ini sama seperti yang dia bayangkan, "Terima kasih" ucapnya.

Chandra mengangguk kemudian berlutut di samping Aesa untuk melihat apa yang dilakukan gadis itu pada benda pipih canggih yang dipegangnya.

Bunda Es

/Maaf ya, Bunda baru bisa bales
/Aesa baik-baik aja kan?

Es baik, Bunda\

Aesa meletakkan ponselnya di meja kecil samping tempat yang dia duduki, gadis itu menunduk menutup wajahnya membuat surai hitam itu mengayun jatuh.

Chandra tidak berani bersuara walaupun banyak pertanyaan yang ingin dia utarakan, "Saya pergi dulu ya" pamitnya yang hanya diangguki oleh Aesa.

Kepala Aesa kembali berdenyut nyeri, gadis itu duduk dengan nyaman sambil beberapa kali menghela nafas menenangkan diri.

Ia ingin meminta Indah untuk menghampiri nya namun hari sudah sore dan sebentar lagi gelap, Aesa masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu.

***

"Indah!".

"Dalem, Bu!" sahut gadis yang sedang sibuk membaca buku di ruang tamu.

Asih datang ponsel yang diserahkan pada anaknya, "Tolong tanya ke Nduk Es, udah makan belum?".

Indah menerima ponselnya lalu mengirim pesan pada Aesa, gadis itu kemudian tertawa melihat isi balasan.

"Gimana?" tanya Asih.

"Katanya, belum tapi jangan ke sini" ucap Indah membacakan ulang, "Gak enak sama Budhe Asih" lanjutnya.

Asih ikut tertawa ringan, "Kamu ke sana ya, Ibu siapin dulu makanannya".

Perempuan paruh baya itu lalu kembali ke dapur, Indah melanjutkan berbalas pesan lagi dengan Aesa sambil menunggu sang Ibu.

"Jangan bilang-bilang, anterin aja" Asih datang membawa piring dengan makanan yang ditutup daun pisang.

Indah menerima piring itu, sebelum beranjak gadis itu memberanikan diri untuk meminta ijin.

"Bu, kalau malam ini Indah tidur sama Aesa boleh?" Indah bicara dengan sangat hati-hati.

"Nanti Ibu tidur sama siapa?" balas Asih bertanya.

"Bapak habis Isya pulang kok, Bu" sahut Indah meyakinkan.

Asih tersenyum lalu mengusap singkat kepala anaknya, "Boleh" ucapnya membuat Indah tersenyum lebar.

My Lovely Ghost | SELESAIWhere stories live. Discover now