Twenty One : Blind Spot

275 38 2
                                    

"Jadi, dikasus ini ada dua anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, dikasus ini ada dua anak...satu hilang dan satu kematian tidak disengaja? Hmm..." Polisi dengan perawakan yang kecil bernama River itu bergumam sendiri seraya membaca lembaran berkas yang terhampar di meja kerja yang luas. Malam yang sangat dingin memaksa River untuk bertugas alih-alih berbaring di kasur sembari menikmati susu cokelat hangat.

"Entahlah, kasus kematian Ian terlalu janggal untuk dikatakan sebagai 'kematian tidak disengaja..."River berjingkat kaget ketika pandangannya menangkap Nash yang sudah berada di hadapan dengan kepulan hangat yang keluar dari celah bibir itu. Cuaca malam ini sangat dingin hingga menusuk tulang. Nash meletakkan secangkir kopi di atas nakas agar River bisa meminum itu nanti.

"Apa kau punya pendapat lain?" sambung Nash dengan tidak melepaskan paku pandang pada berkas di atas meja.

"Menurutku, ini adalah masalah cinta. Entah mengapa instingku mengatakan bahwa mereka berdua ini memiliki hubungan dan mungkin terjadi suatu masalah besar hingga Lleana ini membunuh Ian dan gadis itu kabur begitu saja tanpa meninggalkan jejak, agar tidak tertangkap. Kau tahu kan anak zaman sekarang itu bertindak irasional?" Penjelasan River membuat dahi Nash berkerut. Bukankah ini terlalu cepat untuk menyimpulkan sesuatu.

"Hasil olah TKP bahkan belum muncul dan kau sudah membuat kesimpulan seperti itu."

"Tidak. Aku hanya mengatakan dugaan sementara, karena cara berpikir anak remaja itu benar-benar tidak dapat ditebak."

River tidak sadar bahwa semua orang terutama rekan kerja selalu menganggap dirinya sebagai anak remaja karena ia berpenampilan dan bertingkah seperti anak baru puber. Apakah River sedang memmbicarakan dirinya sendiri?

"Apakah kalian sedang sibuk?" Vivian, seorang polisi wanita senior tiba-tiba menginterupsi obrolan serius dua rekan kerjanya, wanita itu sedang berdiri menyandar tembok dengan segelas kopi dingin di tangan kanan.

"Tidak, apa ada perkembangan kasus? Masuklah."

"Aku tidak tahu ini termasuk perkembangan atau tidak. Tetapi salah satu teman sekelas Lleana baru saja datang dan memberikan keterangan secara sukarela. Nama anak itu Charlotte." Vivian mendudukan dirinya di kursi yang tidak jauh dari meja kerja River.

"Apa yang dia katakan?"

Vivian menyeruput kopi dingin di tangan sebelum menjelaskan. "Well, menurut pernyataan Charlotte, Lleana ini anak yang sangat baik, juga suka menolong orang. Namun, bisa dibilang ia agak dikucilkan di kelas. Dia jadi sangat pendiam selain bersama dua temannya yang bernama Sophia dan Claire. Bahkan kadang pembulinya tidak ragu untuk melukai fisik Lleana. Jadi jika River mengatakan bahwa Lleana adalah pembunuh Ian, jangan kau dengarkan, Nash." Vivian menghujami River dengan tatapan yang menusuk, karena bocah itu selalu berbicara sembarangan. Maklum saja ia baru menjadi polisi beberapa bulan lalu.

"Apa ada keterangan lain?"

"Ada. Dari sahabatnya yang bernama Claire, mereka berada di kelas berbeda tapi selalu makan siang bersama. Claire mengatakan bahwa sebelum menghilang Lleana menemukan banyak hal janggal mulai dari sticknotes yang bertebaran, sticknotes itu sudah menjamah rumah Lleana dan tempat ia bekerja, jadi tidak hanya di sekolah. Lalu, ada telepon yang berdering di tengah malam, dan yang terakhir ini adalah Lleana yang menemukan perhiasan mahal di dalam loker beserta dengan surat cinta. Dugaan saat ini semua hal itu dari orang yang sama."

Heavenly Adoration [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang