Ten : Hug Him

431 59 2
                                    

Sunyi, sepi dan dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunyi, sepi dan dingin. Itulah yang sedang dirasakan oleh Lleana. Kepalanya ia sandarkan pada lengan seraya menahan mata yang sudah diserbu rasa kantuk agar tetap terbuka, padahal jam kerja masih lumayan lama untuk berakhir. Pada shift Lleana sama sekali tidak ada yang berkunjung ke minimarket belum lagi jalanan di luar sana sama sekali tidak ada orang, mampu menciptakan perasaan gelisah.

Malam ini entah kenapa suasananya terasa berbeda. Mungkin saja hal itu disebabkan oleh keadaan yang terlalu hening tidak seperti biasanya. Lleana hanya bisa mendengar suara pendingin minuman yang menderu. Lalu, kedua mata terangnya tidak sengaja jatuh pada tumpukan makanan ringan yang belum ia susun di rak pajangan.

Ketika hendak berdiri dari duduknya, Lleana segera menangkap bahwa ada segerombolan pria berjalan mendekat ke arah minimarket. Dalam batin Lleana akhirnya ada seorang pelanggan yang datang. Namun, semakin dekat pria-pria itu mendadak perasaan Lleana menjadi tidak enak, lebih tepatnya gelisah. Hingga salah satu pria, membuka pintu diikuti yang lainnya.

Badan besar dan wajah yang garang dipenuhi oleh jenggot membuat gadis bernetra terang itu semakin tidak tenang. Ia memiliki firasat buruk. Tetapi Lleana harus tetap bersikap profesional dan ramah. Normalnya orang akan langsung memilih barang di rak pajangan sebelum dibawa ke meja kasir. Tetapi yang ini berbeda, mereka malah berdiri seraya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.

"Selamat datang di minimarket kami. Ada yang bisa saya bantu?"

Mati-matian Lleana berusaha memberikan senyumannya. Salah satu orang itu yang Lleana asumsikan merupakan ketua geng berjalan mendekati Lleana yang membuat gadis itu semakin gemetaran.

"Aaaaaaa!" Lleana menjerit ketika ketua geng itu mencengkram lengannya keras, bahkan ia bisa merasakan kuku yang menancap di permukaan kulit.

"Cepat ambil semua uangnya! Alkohol juga!"

Tanpa pikir panjang, gerombolan pria itu mulai mengobrak-abrik seluruh minimarket sesuai yang diperintahkan.

"J-Jangan! Lepaskan aku!" teriak Lleana sembari memberontak. Lalu ia tersadar bahwa tingginya jauh lebih pendek dari pria sangar yang sedang mencengkram lengannya. Ia sedikit merendahkan tubuh; memasang posisi kuda-kuda, lalu dengan kekuatan penuh Lleana meloncat hingga kepalanya terbentur dengan dagu pria itu, menciptakan suaran benturan yang lumayan kencang hingga ia tidak merasa cengkraman di lengan atasnya. Pria itu berteriak kesakitan. Lleana merasa sedikit pusing tetapi yang terpenting sekarang ia bisa menyelamatkan diri.

Buru-buru Lleana menjauh dari pria itu, naas belum ada lima langkah anggota berandalan ini mencegat jalan Lleana.

"Berani-beraninya anak kecil seperti kau melukai ketua geng kami," ujarnya seraya menodongkan pistol ke arah Lleana.

"Kalian lanjut saja mengambil seluruh uang dan barang yang kalian inginkan. Biar gadis ini aku urus."

Lleana sontak ingin menangis tatkala tatapannya jatuh pada seringaian pria yang sedang mencegat langkahnya ini. Detik selanjutnya, gadis berambut sepunggung ini melangkah mundur ketika pria itu berjalan maju.

*Brukk*

Punggungnya menabrak sesuatu dan ketika ia menoleh, Lleana sepenuhnya sadar bahwa ia sudah dikepung. Sang ketua geng pun jalan mendekat membuat Lleana ingin menangis di tempatnya.

"Sebenarnya tujuan kami ke sini hanya untuk uang dan alkohol. Tetapi tidak disangka jika kita akan mendapatkan teman bermain untuk malam ini."

Ketua gerombolan berjalan semakin mendekat bahkan ia sudah mengeluarkan sebilah pisau dari saku jaketnya dan langsung menodong leher Lleana dengan besi runcing itu.

"Anak manis, jika kau berteriak atau memberontak sedikit saja maka kau akan tahu akibatnya." Lleana bisa merasakan permukaan dingin nan runcing yang menyentuh lehernya.

Sial! Orang-orang ini memang nekat.

Lleana sudah menangis sesenggukan karena ia merasa yakin bahwa malam ini adalah hari terakhir ia bisa menginjakkan kaki di sini. Gerombolan ini pasti akan membawa Lleana ke sebuah tempat yang sepi dan gelap. Kaki Lleana sudah terasa seperti jelly dan sungguh, ia sudah pasrah. Jika melawan dia akan terluka dan jika tidak ia akan dibawa pergi. Sama sekali tidak ada bedanya.

*BUGHH!*

Lleana terkejut ketika pandangannya jatuh pada ketua geng yang sudah terjerembab di lantai keramik yang dingin dan seketika beralih pada seorang pria yang Lleana tahu tengah menatap ke arah ketua geng dengan pandangan emosi. Lleana bisa melihat rahangnya yang mengeras, tangan yang mengepal dan wajah yang merah.

"T-Tuan!"

Panggilan itu tidak Rhysand gubris; Amarah masih membuncah dalam dada ketika melihat sekumpulan orang yang berani sekali menyentuh Lleana. Ia masih belum selesai dan dengan sekali tarikan nafas Rhysand kembali menghabisi si ketua geng. Anak buah yang lain tidak berkutik kala melihat pemimpin mereka dipukul secara brutal.

Darah sudah mengalir dari mulut dan hidung, bahkan lebam sudah memenuhi wajahnya, namun Rhysand sama sekali tidak ada niatan untuk berhenti.

Lleana tidak mau tempatnya berkerja menjadi TKP pembunuhan. Dengan cepat, Lleana berlari ke arah Rhysand, memeluk tubuh pria berambut sedikit gondrong itu dari belakang seraya berusaha menariknya agar tidak melanjutkan usahanya dalam membunuh sang ketua geng.

"T-Tuan, aku mohon tolong hentikan...Kau bisa membunuh orang ini dan kau akan dalam masalah," lirih Lleana.

Suara Lleana yang selirih hembusan angin tak luput sedikit pun dari pendengaran Rhysand dan detik selanjutnya Lleana bisa merasakan bahwa pria yang sedang ia peluk ini sudah jauh lebih tenang. Dengan segera Lleana lepaskan pelukan itu, kemudian Rhysand memutar tubuhnya.

Udara masih berusaha mendesak keluar dari mulut seiring dengan buliran peluh yang menemani. Tanpa aba-aba, Rhysand menarik Lleana untuk masuk ke dalam dekapannya. Gadis itu masih diliputi rasa shock ditambah dengan pelukan hangat Rhysand yang entah kenapa semakin membuat otak Lleana berjalan dengan lambat. Rasa aman juga mendadak menyelimuti perasaan Lleana membuat ia segan untuk keluar dari pelukan sang pemilik netra bermandikan malam.

T-Tunggu dulu! Tolong katakan padaku...Apa yang terjadi padaku? -Lleana






TBC

Heavenly Adoration [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang