03 - Variabel X

10 4 0
                                    


BAZAR makanan yang digelar bersamaan dengan adanya lomba futsal, selesai lebih awal bahkan sebelum pertandingan berakhir. Tidak mengherankan, berkenaan dengan adanya kebijakan akibat pandemi, kantin sekolah tidak diperkenankan untuk buka. Oleh karena itu dengan cepat dagangan setiap kelas ludes terjual.

Hari ini kelasku mendapat bagian untuk menjual dua jenis makanan dan minuman sesuai petunjuk teknis yang disampaikan ketua organisasi siswa minggu lalu saat technical meeting.

Meja dan kursi yang tadinya tertata rapi lengkap dengan produk dagangan beserta pernak-pernik hiasan di lapangan tengah sekolah sudah tidak berbekas. Bahkan Raisa dan Renata—teman sekelasku yang  bertugas menjaga stand bazar—sudah duduk tenang di kelas.

Aku meletakkan lukisan dan topeng di lemari pojok kelas dengan hati-hati bersamaan dengan teman-temanku yang mengambil tas sekolah.

Pengumuman yang menggema dari pengeras suara membuat kami harus meninggalkan sekolah. Aku mengambil tas sekolah—satu-satunya di ruangan ini—sebelum mengenakan sepatu bertali di luar kelas.

10001-11-10110

Aku dan Nada beranjak ke ruang tata usaha untuk mengambil daftar hadir dan soal. Meski sempat kebingungan, kami memberanikan diri masuk ke ruangan yang kala ini dipenuhi staf tata usaha.

Kudapati Pak Arka tengah sibuk memandangi layar monitor yang menyala. Menyadari keberadaan kami, ia bangkit; meraih beberapa lembar kertas, memberikannya pada kami. Binar-binar kelesah menghiasi netranya.

“Kalian diskusi terlebih dahulu, saya akan menyusul ketika urusan ini selesai,” ujarnya.

Aku dan Nada mengangguk. Sebelum benar-benar pergi, kudapati Pak Arka kembali disibukkan oleh alat pengolah data dengan berbagai unit yang memiliki begitu banyak tombol dan beberapa kertas di tangannya.

Kuberikan satu per satu soal pada dua temanku yang rupanya telah berada di ruang kelas. Sembari menunggu kedatangan Pak Arka, kami duduk melingkar mengelilingi sebuah meja untuk berdiskusi. Kondisi sekolah yang cukup ramai karena ujian praktik bazar makanan kelas dua belas tidak memengaruhi semangat kami untuk berkutat dengan soal.

“Al, kamu tau cara pengerjaan nomor tujuh belas?” Adena menunjukkan lembar soal dari Pak Arka di hari pertama bimbingan.

Aku tersenyum. Sebenarnya, latihan soal ini sudah diberikan Pak Arka di bimbingan KSN tahun lalu. Beberapa hari sebelum seleksi, aku sempat menanyakan metode pengerjaan soal pada salah satu temanku yang andal Matematika.

“Ide pengerjaan soal ini kita jadikan koefisien variabel m menjadi 2019 biar bisa dikeluarkan. Nah, supaya jadi 2019, 2018m kita tambah dengan m, sehingga ruas kiri juga kita tambah dengan m. Dengan begitu, ruas kiri berubah menjadi m kuadrat n tambah mn kuadrat tambah m kuadrat tambah dua mn tambah m dan ruas kanan menjadi 2019m tambah 2019n tambah 2019.”

Aku menuliskan metode pengerjaan di secarik kertas seraya memberi penjelasan. “Setelahnya, kita keluarkan variabel m di ruas kiri sehingga berubah menjadi m kali dalam kurung mn tambah n kuadrat tambah m tambah dua n tambah satu. Sementara kita keluarkan 2019 di ruas kanan sehingga menjadi 2019 kali dalam kurung m tambah n tambah satu.”

“Kita faktorkan mn tambah m tambah n kuadrat tambah dua n tambah satu menjadi m kali dalam kurung n tambah satu, lalu ditambah dalam kurung n tambah satu kali dalam kurung n tambah satu. Kita faktorkan lagi menjadi m dikali dalam kurung m tambah n tambah satu dikali dalam kurung n tambah satu. Sekarang kedua ruas sama-sama punya suku m tambah n tambah satu sehingga bisa dicoret atau dibagi habis. Oleh karena itu, persamaannya menjadi m kali n tambah satu sama dengan 2019.”

NEGASI ( SELESAI )जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें