Awal Mula Bencana

1.7K 107 6
                                    

Jika sekarang belum bisa membalas, bakal gue pastikan suatu saat akan membalas mereka dengan beribu-ribu rasa sakit yang tidak akan pernah bisa mereka lupakan!!!

"Alleska Reinsyan."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.
.
.

Jakarta, 2021

''Enggak! Sampai mati pun kami tidak akan pernah menerima sepeser pun harta yang kamu berikan!'' Wanita paruh baya dengan rambut yang diikat asal itu, terlihat sangat marah. Mata hitamnya berubah menjadi semburat merah, bahkan untuk menatap orang yang ada di depannya saja ia tidak sudi.

''Aku mohon kamu jangan egois, Ra! Karena biar bagaimana pun saya adalah ayahnya,'' jelas seorang pria baruh baya yang mengenakan piyama tidur.

Saat ini rumah mewah yang memiliki lantai dua itu, terlihat sangat sepi. Hanya mereka berdua yang ada. Pria tersebut sudah mencoba mengatakan keinginannya baik-baik, tetapi wanita yang menjadi lawan bicaranya ini sama sekali tidak ingin mengerti.

''Egois anda bilang? Lebih egois mana dengan kamu yang telah merebut mahkota saya beberapa tahun Erlano!!''

Dam!

Ucapan wanita itu bagaikan belatih yang menancap tepat di relung hatinya yang paling dalam, seakan membuka kembali luka lama yang sudah terkubur selama puluhan tahun.

Laki-laki yang sudah menginjak usia kepala empat itu, terdiam kaku dan tidak bias berkata-kata apa pun lagi. Dirinya sangat mengerti apa yang Rani rasakan sekarang, meski hal ini bukan murni kesalahannya.

Erlano dijebak dan Rani sangat tahu itu.

''Kamu tau kan kejadian yang sebenarnya? Aku sama sekali enggak berniat melakukan hal itu. Aku dijebak, Ran!''

Senyum miring terukir jelas di bibir Rani yang telah menunjukkan sikap angkuh. ''Ya! Dan aku sangat menyesal karena sudah menolong kamu malam itu!''

''Dan semenjak saat itu, hidup saya seperti di neraka, kamu tau itu!!!'' Seperti kerasukan setan. Rani tidak segan membanting sebuaha vas bunga yang ada di atas meja kaca.

''Tidak ada gunanya lagi saya di sini. Saya pergi!''

Erlano tidak tinggal diam, ia pun mencekal tangan Rani begitu kasar sampai sang pemiliknya pun merasa sedikit kesakitan.

''Lepaskan saya! Mau apa, Anda!'' Rani berusaha melepaskan diri, tetapi tenaganya tidak cukup kuat.

''Mau ke mana, Kamu? Sudah cukup selama ini kamu berbuat seeanaknya dan memisahkan saya dari darah daging saya!'' kesabahan Erlano habis. Sejak tadi dirinya sudah mencoba menahan. Erlano hanyalah manusia yang juga memiliki batas kesabaran.

''Dia harus tau siapa ayah kandungnya. Jangan berpikir dengan kamu mengganti identitas, saya tidak akan menemukan kalian,'' ujar Er seperti seorang pshycopat yang siap menerkam mangsanya.

Alleska Biskuit and Lolipop-S2Where stories live. Discover now