Chapter 25 - Elegi

7.4K 470 37
                                    

Elegi pagi ini menamparku teramat keras.
Dia membuat pangeran berkuda putih ku lemah tak berdaya..
Dia menumbangkan nya ..
Apa yang bisa ku perbuat? Aku hanya mampu berdoa

Senja kelabu sore ini seolah merasakan apa yang sedang ku alami..
Mereka merasakan goresan luka yang sama seperti ku..
Burung camar tak lagi menampakkan diri, semua menggelap bersamaan dengan nya yang terkulai lemas di atas ranjang ..
Dentingan jam yang melambat seolah bom waktu yang siap meledak jika Malaikat pencabut nyawa berkunjung di ruangan serba putih ini..

Jika aku masih bisa memohon Tuhan, Aku hanya inginkan dia sehat seperti semula meski nyawa ku adalah ganti nya..

Prilly membenamkan wajahnya di lipatan lutut. Dia terduduk lemas di lantai. Sudah dua hari dia seperti ini. Ia sedang menunggu Ali yang kesehatan ginjal nya menurun. Ali mengalami nyeri hebat ketika menenangkan Prilly di rumah. Ia menahan mati-matian rasa sakit itu tapi penyakit itu jauh lebih kuat. Ali akhirnya jatuh pingsan di ruang tamu rumah Prilly. Dan disini lah dia sekarang-- di ruang ICU.

Prilly menahan isakan nya, liquid-liquid berlomba untuk meluncur bebas di pipi Prilly. Pertahanan nya sudah runtuh sekarang. Bagaimana tidak, tiga hari yang lalu Ali baru berkata semua akan baik baik saja namun pada kenyataan nya semua tidak dalam keadaan baik. Penyakit itu kian menggerogoti tubuh Ali.

"Prill.. makan dulu sayang"

Prilly mendongakkan kepala nya, menatap nanar perempuan paruh baya di depan nya. Ia merengkuh Perempuan itu dengan erat.

"Oma.. Ali oma"

Isakan nya kian terdengar jelas.

"Tenangkan diri mu sayang. Dia akan bertahan"

"Alii" lirihnya

Tangisan Prilly kian pecah, dia belum bisa menerima hal ini. Malaikat hati yang menemani nya setiap hari sekarang sedang sekarat di ranjang Rumah Sakit. Selang-selang medis melilit tubuh nya. Senyumannya menghilang dan terganti dengan wajah pucat pasi.

"Tenangkan diri mu sayang."

Prilly menggenggam erat jemari Oma nya, sementara Mama Ali tak kalah kacau dengan Prilly. Putra satu satu nya sedang berjuang di dalam sana.

Sore ini hanya sebuah kesunyian yang menemani mereka. Hanya nyanyian surga yang mengalunkan harmoni keabadian. Peri peri tak lagi menari di senja jingga, Semua seakan mati bersama seseorang yang sedang berjuang di dalam ruangan besar dan putih itu.

*

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Prilly melipat mukena yang baru selesai ia pakai. Ia memohon pada Tuhan agar memberikan waktu jauh lebih lama untuk Malaikat Hati nya. Hanya itu, tidak lebih.

Ia memakai cardigan untuk membungkus tubuh nya. Ia berjalan ke depan dan memakai flat shoes yang secara asal dia ambil di rumah. Dengan langkah gontai ia berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit. Hawa dingin merasuk ke palung hati nya. Ia seperti hidup tapi tak bernyawa.

"Dok.. pasien di kamar ICU sudah siuman"

"Mari kita kesana"

Prilly menoleh ke arah suara itu, Mereka bilang bahwa pasien di kamar ICU sudah siuman. Dengan berlari ia menuju ruangan itu. Buliran krystal sudah mendesak untuk meluncur bebas ke wajah cantik nya.

"Oma. Ali oma"

"Dokter sedang memeriksa nya"

"Apa Ali akan baik baik saja oma?"

"Dia akan baik- baik saja. Kuatkan diri mu. Jika kamu lemah , Ali akan mengalami hal yang sama seperti mu bahkan akan berakibat fatal. Kuat kan hati mu sayang"

PromiseWhere stories live. Discover now