"Bang Ajel marah, ya?" tanya Mella mendongak menatap abang pertamanya.
Jaden menunduk, tangannya bergerak mengusap kepala Mella sayang. "Gak usah dipikirin. Beli rok di koperasi sana," titah Jaden membuat Mella menunduk sedih.
•••
Suara hembusan nafas keras terdengar berkali kali dari atap sekolah. Disana terdapat satu laki laki yang sedang mencoba meredakan emosinya yang meletup letup.
Matanya terpejam dengan kepala mendongak kearah langit.
"Hazelnut,"
Begitu membuka mata, Hazel langsung disuguhi wajah Aruna yang sangat dekat dengan wajahnya. Tangan Hazel mendorong kepala Aruna mundur kemudian baru ia mengangkat kepala.
Sebuah botol air mineral dingin diberikan Aruna kepada Hazel. Hazel menatapnya terlebih dahulu lalu menerimanya, ia lumayan haus sampai kepalanya panas.
Setengah botol berhasil ditenggak Hazel saat Aruna pergi mengambil kursi lain.
Aruna dengan kursi yang ia angkat tak jauh dari mereka kini telah duduk didepan Hazel.
Diambilnya botol ditangan Hazel lalu ia ikut meminumnya. Tidak tahu saja Aruna kalau Hazel minum dengan bibir yang tidak menyentuh ujung botol.
"Kebiasaan." cibir Hazel melihat kelakuan Aruna.
Aruna menyengir seraya menutup botol yang masih ada sisa air. "Kan biar satu bibir seperti teman sejati."
Hazel hanya merotasikan matanya.
Tak ada percakapan diantara keduanya.
Sama sama menikmati angin yang berhembus tak terlalu kencang serta matahari yang tidak terlalu terik.
"Lo suka banget ke rooftop, ya?" Aruna memulai percakapan.
"Menurut lo?"
Aruna mengulum bibirnya. "Kayaknya lo sering banget berantem, luka lo aja belom kering yang dimuka." ucap Aruna seraya matanya menatap intens wajah Hazel yang sedang tampan tampannya dengan ditambah luka luka kecil.
Hazel tak ada keinginan menggubris ucapan Aruna sebab tidak berbobot.
"Oh iya. Mama gue ulang tahun hari ini, lo mau-"
"Gue sibuk. Duluan," Hazel bangkit kemudian melangkah menuju pintu.
Aruna hanya bisa menghela nafas.
Terlalu sulit untuknya meluluhkan Hazel.
•••
"Titip salam buat nyokap lo. Gue cabut."
Aruna mengangguk. "Makasih udah mau nganterin."
Tanpa menjawab, Hazel melajukan motornya pergi dari sana.
Ya, lelaki itu memutuskan untuk mengantar Aruna membeli kue serta hadiah untuk mama Aruna yang sedang berulang tahun. Hazel itu masih memiliki sifat kemanusiaan asal kalian tahu.
Ditengah perjalanan yang ia ambil pintas tanpa macet, dirinya dikejutkan oleh seekor kucing yang berlari menyebrang hingga ia mengerem mendadak.
Jantungnya berpacu cepat karena terkejut. Hazel turun dari motor untuk melihat keadaan kucing yang hampir ditabraknya. Terlihat kucing tersebut sudah kembali bangkit namun kaki belakangnya terangkat dan ketika berjalan kucing tersebut kelihatan kesulitan.
Tangan Hazel gemetar, bingung harus melakukan apa. Ia sangat sangat ingin membantu namun ketakutannya sangat besar.
Hazel berjongkok untuk melihat kondisi kucing tersebut dari dekat. Menyedihkan sekali, sepertinya kucing itu tak sengaja terserempet olehnya.
"Ada apa ya, Bang?" tepukan pelan di bahu Hazel berhasil mengejutkan Hazel sekali lagi.
Hazel berdiri menatap seorang perempuan yang tadi menepuk bahunya.
Mata Hazel kembali menatap kucing yang terduduk dengan kaki kiri belakang yang diangkat.
Arah pandangan perempuan itu mengikuti tatapan Hazel tertuju.
"Eh, ini kenapa?" tanya si perempuan yang berjongkok langsung menggendong kucing yang belum bisa dikatakan dewasa itu.
"Gak sengaja keserempet." jawab Hazel pelan didengar perempuan yang menggendong kucing itu.
Perempuan tadi berdeham lama, "Hm.. Kucingnya biar gue aja yang ngobatin, gak apa apa."
Hazel mendongak menatap perempuan pendek yang ada didepannya. Kepalanya menggeleng, "Gue yang nyerempet."
"Bang Hazel, kan? Atau Bang Jaden? Eh, pasti Bang Hazel, sih."
Hazel tak menjawab, lelaki itu menjulurkan kedua tangannya. "Kucing,"
Perempuan itu menahan senyum, "Bokap gue dokter hewan, santai aja nanti dia yang urus." ujarnya sembari mengusap kepala kucing.
Kepalanya terangkat menatap Hazel yang terlihat sedang menatap kearah kucing.
"Gue Kaynara kelas sebelas MIPA dua, besok gue kabarin ke lo, kok." Ujarnya begitu melihat tatapan khawatir Hazel. Sisi kakak kelas kerennya ini yang baru terungkap diluar sekolah. Begitu menggemaskan.
•••
Karena cerita baru jadinya masih sepi, tapi rada ga yakin aja gitu. Hazel bisa rame gak yaaa
Pokoknya vote deh, komen juga gapapa, komenmu semangatku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Hazelnut! [END]
Fiksi Remaja[Follow sebelum membaca] [Status: Tamat | Part lengkap] Sequel BUMI. Bisa dibaca secara terpisah. --- Ketika dia terlalu ramai untuk seseorang yang menyukai kesendirian. "Nama lo aneh tapi gue tetep bakal jadi temen lo, kok." "Kita temen 'kan, Haz...
◄• 5 •►
Mulai dari awal
![Hello, Hazelnut! [END]](https://img.wattpad.com/cover/328412586-64-k216301.jpg)