"Sudah kamu siap-siap dulu sana." Kata Karima.

"Iya, Ma." Jawab Arimbi sambil berjalan menuju kamarnya.

"Gimana keadaan orang tuamu? Sehat?" Tanya Karima.

"Alhamdulillah sehat, Tante." Balas Haikal.

"Alhamdulillah." Balas Karima. "Kalian mau pergi nonton?" Tanya Karima.

"Aku mau ajak Arimbi makan malam terus jalan-jalan sebentar, Tante." Kata Haikal.

Karima mengangguk, "tolong dijaga Arimbinya ya." Kata Karima.

"Iya, Tante. Pasti." Kata Haikal.

"Maaf menunggu lama." Kata Arimbi. "Kami berangkat dulu, Ma." Pamit Arimbi.

"Selamat bersenang-senang." Seeu Karima.

"Silahkan masuk, Tuan putri." Kata Haikalbsembari membuka pintu mobil.

Arimbi membeku, ingatannya kembali saat Bagas melakukan hal yang sama dengannya.

"Ayo masuk." Kata Haikal setelah ia melihat Arimbi masih berdiri di luar.

Arimbi segera masuk lalu menutup pintu mobil. "Kita mau kemana?" Tanya Arimbi.

"Kamu lihat saja nanti." Kata Haikal.

"Bukannya kamu baru pulang kerja? Nggak capek?"

Haikal tersenyum, "aku capeknya tadi di rumah sakit. Setelah ketemu kamu langsung seger lagi."

"Halah gombalnya kumat nih. Jangan-jangan kamu pakai gombalan yang sama ya di rumah sakit? Ke dokter-dokter sama perawat-perawat yang cantik dan muda tentunya." Kata Arimbi.

"Aduh, jangan cemburu begitu dong sayang, hati Raden mas Haikal iki cuma untuk kamu. Ndhak ada gadis-gadis yang lainnya."

Arimbi tertawa mendengar ucapan Haikal. Ia merasa lucu mendengar Haikal menyebut dirinya Raden mas dengan bahasa yang medok, selama ini dia tidak pernah bersikap seperti seorang bangsawan asli ketika bersama teman-temannya. Dia sangat low profile sekali, tidak pernah membeda-bedakan dirinya dengan yang lain.

"Aku sampai lupa kalau kamu ini seorang bangsawan." Kata Arimbi.

Haikal cemberut, "kamu jangan lupa dong, paling ndhak itu nanti jadi nilai plusku di hadapanmu dan keluargamu." Kata Haikal.

"Memangnya kamu ujian?" Seloroh Arimbi.

"Ujian kehidupan, aku harus lolos jadi calon menantu idaman mamamu dan keluargamu." Balas Haikal.

Arimbi tertawa, ia menggelengkan kepala. Haikal benar-benar menghiburnya. Arimbi melihat ke sekeliling dan mulai mengenali arah jalan yang dilaluinya.

"Eh, ini jalan menuju sekolah kita kan?" Tanya Arimbi antusias.

"SD Harapan Satu." Kata Haikal bangga.

"Wah, sudah lama sekali aku nggak pernah lewat sini." Kata Arimbi.

Sekolah bertingkat itu berdiri kokoh di hadapan Arimbi dan Haikal, bangunannya semakin bagus dan terawat. Mereka turun dari mobil dan Haikal buru-buru menahan Arimbi.

"Ada apa?" Tanya Arimbi heran.

"Sebentar." Kata Haikal, ia mengeluarkan sebuah penutup mata berwarna hitam lalu menutup mata Arimbi.

"Apa ini?"

"Kejutan, jadi diamlah sebentar oke. Ke arah sini." Haikal membimbing Arimbi jalan. Tak lama Haikal berhenti lalu membuka penutup mata Arimbi.

"Surprise."

Arimbi benar-benar terkejut, didepannya berdiri teman-temannya waktu duduk di sekolah dasar. Walau hanya sekitar sepuluh orang tapi ini benar-benar luar biasa, ini reuni yanh sangat berharga.

"Arimbi, gimana kabarmu? Masya Allah kamu tambah cantik aja." Seorang wanita manis berhijab memeluk Arimbi.

"Dina? Kamu Dina kan?" Seru Arimbi memeluk teman semasa sekolahnya dulu.

"Iya, kamu masih ingat aku rupanya." Kata Dina senang.

"Woy, giliran kita dong dipeluk." Seorang laki-laki bertubuh agak berisi nyeletuk.

"Enak aja." Kata Haikal memukul lengannya, membuat yang lain tertawa.

Mereka berbincang dengan seru, bergantian menceritakan pengalaman hidup mereka hingga saat ini. Cerita sedih, lucu dan hal membahagiakan lainnya. Walau nggak semua bisa hadir, pertemuan ini memberi warna di hati Arimbi. Ia tenggelam dalam suasana hangat itu, sejenak ia melupakan semua kesedihannya, dan berharap untuk waktu yang akan datang ia bisa berbahagia.

***

Next?

Blind DateTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon