Chapter 21: Saudara Satu Klan

278 48 22
                                    

Sorry For Typo

.
.
Selamat membaca.
.
.

Mari tinggalkan Menara Bayangan dengan semua masalah pelik menyelimuti tempat itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mari tinggalkan Menara Bayangan dengan semua masalah pelik menyelimuti tempat itu. Biasakan dengan kesibukan, kebisingan, hiruk pikuk yang menjadi wajah kota Seoul setiap hari. 

Di salah satu sudut kota, berdiri di tempat strategis, sebuah kafe selalu terlihat penuh dengan pengunjung, selain interior, nama kafe itu juga menjadi daya tarik ‘Magic Coffee’.

Tidak! Kita tidak akan bisa melakukan sihir jika memakan atau meminum menu yang tersedia, tempat ini tak ada bedanya dengan kafe-kafe lain.

Ada dua alasan membicarakan tempat ini,  Pertama, nama tempat ini yang menggunakan kata ‘Magic’ berhasil menarik pelanggan untuk terus datang.

Sudah menjadi rahasia umun, apa pun merek produk, nama tempat, judul film, judul lagu dan sebagainya, jika menggunakan kata ‘Magic’ atau yang berhubungan dengan dunia supranatural selalu berhasil menarik konsumen dan mendapat respon positif.

Sangat berbanding terbalik dengan mereka yang bisa melakukan ‘Magic’ itu sendiri, mereka tidak mendapatkan respon positif dari masyarakat. Di perparah oleh isu-isu menyebar di tengah masyarakat, isu yang belum tentu kebenarannya, membuat orang-orang yang bisa melakukan sihir itu tersisihkan, tidak bisa hidup dengan tenang, mereka selalu di hantui rasa waswas setiap harinya.

Kedua, kita membicarakan tempat ini karena salah satu pengunjung. Duduk di sudut ruangan dekat dinding kaca yang membingkai tempat ini . Terlihat perbedaan ditampilkan, di sisi luar terlihat sibuk lalu lalang kendaraan mengaspal dan pejalan kaki. Di sisi dalam cenderung tenang, hanya menampilkan kesibukan kafe biasanya. 

Sudah terhitung 20 menit Jaeha duduk di sini menerima ajakan seseorang minum kopi. Bukan teman dekat,  bukan juga kenalan apalagi klien, mereka baru bertemu dua kali dengan ini. Setelah perkenalan nama secara resmi satu sama lain tidak ada lagi pembicaraan yang tercipta. Sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Jaeha sebenarnya sudah tahu tujuan orang ini mengajaknya minum kopi, namun Jaeha lebih memilih diam, berpura-pura tidak tahu. Bukan hal sulit untuk seorang Lee Jaeha membaca pikiran orang di hadapannya, bahkan ia juga mampu membaca pikiran semua pengunjung di sini, hanya saja tidak lakukannya. 

Satu persatu pengunjung mulai meninggalkan kafe seiring jam makan siang akan segera usai.  Jaeha kembali menyesap Cappuccino  yang panasnya sudah berkurang, di tengah keheningan melanda notifikasi  ponsel Jaeha berbunyi, pada layar ponsel tertera berita terbaru kini. Jaeha mulai tenggelam dalam berita yang dibaca, sesekali hela nafas berat terdengar, berita yang di tampilkan sungguh tidak memiliki bukti kuat, hanya menampilkan opini dari segelintir orang.

The Tower Magic Of Shadow (Sequel) Where stories live. Discover now