Chapter 8

529 112 30
                                    

Annyeong. Jumpa lagi.
Cphtr ini alurnya maju mudur tanpa kata 'Flash Back' jdi jangan sampai bingung.
Terima kasih untuk kalian yg selalu vote dan komen. *Borahae.
Untuk Silent reader Jangan sampai terlena dan lupa untuk vote, komen.
❄❄❄❄
Untuk chpr ini coba sambil dengar lagu Taehyung, Tear: Singularity atau Stigma. Mudah-mudahan dapat Feel nya.
❄❄❄❄
Sorry for Typo.
Selamat membaca.

Ost: Singularity atau Stigma by Taehyung.

(Thanks for Dynaa_ifa, pembatas bagian ini bagus)

Jimin terus mempercepat langkah meninggalkan Hutan Larangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jimin terus mempercepat langkah meninggalkan Hutan Larangan. Walau hatinya begitu berat meninggalkan tempat itu --Hatinya terus saja pedih setiap kali melihat keadaan Phoenix dan Cyber sekarang, Ia sangat tahu jika Phoenix dan Cyber sangat menderita setelah Taehyung  pergi untuk selamanya. Sesuatu yang sampai sekarang tak ingin ia yakini!

Namun, Ia juga tak mau berlama-lama di suatu tempat dengan orang yang sangat dibenci. Apalagi setelah Hyung nya –Kuraichi—terang-terangan menyuruhnya menghilangkan kebencian pada orang itu. Bukan hilang, kebencian itu semakin bertambah besar. Orang itu berhasil membuat Kuraichi berpihak padanya! Hyung nya tak lagi membelanya!

“Jimin Tunggu.”

Bahkan panggilan Jungkook barusan tak menghentikan langkah Jimin. Ia tak tahan lagi, Jika semakin lama berada di sana --Ia mungkin tak akan mampu lagi mengendalikan diri dan berakhir membunuh orang itu.  Bahkan Saking inginnya membunuh orang itu, tiga ekor burung mati sia-sia di tangannya.

Jimin menembak burung itu dengan sedikit Energi yang meluncur dari tangannya.

Sedangkan Jungkook terus mengejar Jimin –semakin ia memanggil sahabatnya itu semakin dia mempercepat langkah. Jungkook sangat tau jika Jimin tengah di kendalikan amarah kini. Orang yang tak berani menyakiti serangga kecil sekali pun, kini dengan tega dan mudahnya membunuh tiga burung. Ini tak bisa di biarkan terlalu lama,  bisa-bisa langit di hiasi Halilintar yang terus menyambar bumi –bisa mati sia-sia dirinya yang tampan ini seperti tiga burung tadi.

Jungkook melesat mendekati Jimin, mencengkeram kuat bahu pemuda bermata sipit itu. Percuma jika terus mengejar secara manual, tak akan terkejar sahabatnya itu. Saat bahunya di cengkeram seseorang dengan cepat Jimin menggenggam tangan orang itu dan memelintirnya.   

“Aw! Sakit bodoh!” bentak Jungkook memberikan tatapan tajam.

Jimin kembali menghempaskan tangan itu “Kenapa kau menyusul ku? Terus saja disana! Terus saja bela dia! Kalian tak pernah tau dan tak mau tahu apa yang aku rasakan?! “ mata pemuda itu mulai berkaca-kaca. Tenggorokannya mulai terasa bengkak. 

“Seolah-olah aku yang jahat di sini dan dia orang baik!” lanjutnya. Cairan bening sedari tadi coba di tahan lolos sudah dari sudut mata sipit itu.

The Tower Magic Of Shadow (Sequel) Where stories live. Discover now