boyong

137 7 0
                                    

Di dalam mobil,aku hanya bermain main ponsel sambil melihat beberapa sosial media.
Aku pun membuka Instagram, sebagai obat gabutku.
Saat menyecrol ke bawah,tak sengaja aku melihat seseakun yang memperlihatkan sebuah surat undangan yang sangat indah,memiliki kesan menawan dan keistimewaan.

Itu adalah surat undangan Gus Ikrom dan Ning famira.pernikahan mereka akan di gelar 1 Minggu lagi, mereka akan mengadakan ijab di rumah Ning famira,dan resepsi di rumah bunyai.

***
Pukul 23:00 aku sampai di rumah,aku langsung menuju kamar dan mandi.

Setelah mandi aku pun melanjutkan untuk tidur,untuk sekedar melupakan masalah yang siap datang esok hari.

***
Aku terbangun pukul 03:00 dini hari.
Aku pun bangun dan bersiap menunaikan sholat tahajjud,meskipun hanya sekedar curhat pada Rabb ku.

Setelah sholat aku melanjutkan murojaah sekalian ziyadah hafalanku yang hanya tinggal 1 juz lagi.

Baris demi baris ku baca Al Quran ku,untuk menambah hafalanku.

Tak terasa,adzan shubuh telah berkumandang.
Aku pun menutup Al Qur'an dan kembali berdiri untuk menunaikan sholat subuh.
Namu,kali ini ada yang berbeda,yaitu tak ada suara merdu Gus Ikrom,tak ada gedor gedor pintu santriwati,tak ada lagi makmum terlambat.
Aku pun segera melaksanakan sholat shubuh setelah Iqamah di kumandangkan.

Setelah selesai sholat,tak lupa ku sematkan sedikit doa,untuk dia orang yang pernah menempati relung hatiku,untuk dia yang pernah menjadi penyemangat hidupku,untuk dia yang pernah memberikan harapan manis namun berakhir tragis.
Semoga dia bahagia dengan pilihan orang tuanya.
Semoga dia bisa menerima jodohnya dengan ikhlas,
Dan semoga diriku mendapatkan jodoh yang lebih baik darinya
Aamin......

***
Pagi menyapa,aku pun turun ke bawah untuk sarapan pagi.
Di meja makan sudah ada ayah dan bunda.
Entah kapan ayah pulang,karena semalam ayah tak ada di rumah, saat aku sampai rumah.

Aku pun menghampiri ayah dan bunda,untuk sarapan.
Setelah aku sampai di meja makan,ayah menyuruhku duduk,dan kami pun makan bersama dengan khidmat.
Tidak ada pembicaraan di antara kami,hanya sendok dan garpu yang terdengar saling beradu.

***
Setelah sarapan,kami berkumpul di ruang tamu,mungkin ayah tak bekerja hari ini, sehingga masih menemaniku di ruang tamu ini.

Kami memulai dengan obrolan ringan,dan berbagai candaan.

Tiba tiba ayah bertanya,
"Nia,....apakah kamu masih ingin mondok,atau ayah sekolahkan umum?,....." Tanyanya.

"Nia maunya sih mondok lagi ayah,untuk menuntaskan hafalan Nia,......" Jawabku

"Bagaimana kalau kamu mondok di Dzulhijah saja,....." Tanyanya.

Apa,di Dzulhijjah bukankah itu adalah pondok pesantren milik orang tua Gus faiz.
Apakah aku masih mampu berpapasan dengannya,apakah aku tak malu,jika mondok ke tempatnya.

Apakah aku mampu untuk move on,jika aku mondok di tempatnya,apakah rasa yang sudah sedikit demi sedikit terkikis ini akan kembali lagi.
Kurun waktu 2 bulan ini sia sia,jika aku mondok di pondoknya.

Tapi,apakah ayah tak akan kecewa jika aku menolaknya,ayah pasti akan kembali kecewa.
Ayah pasti akan kembali menganggapku membangkang. Pikirku

"Bagaimana Nia?,...." Tanyanya kepadaku.

"Emmmm,.... itu yah,beri Nia waktu berfikir ya,nia akan mempertimbangkannya,......" Jawabku.

"Baiklah ayah akan memberimu waktu,semua itu juga tergantung dirimu bukan?,..." Tanyanya.

"Iya ayah,....." Jawabku lagi
Aku pun kembali ke kamarku,untuk mengambil handphone.

Ustadzku cinta pertama ku Where stories live. Discover now