12 • Sabar

167 117 13
                                    

Bukankah Allah swt selalu bersama dengan orang-orang yang sabar? Maka aku akan membuktikannya.













Setelah kejadian itu, aku membersihkan sisa-sisa mie yang berceceran di lantai. Aku tidak ingin ibu marah lagi, atau lebih parahnya ketika ayah pulang dan ia melihat kekacauan ini.

Aku masih bisa menahan rasa panas di sekujur tubuh ini, tapi untuk menahan rasa lapar aku tidak kuat lagi.

Aku memisahkan mie yang berserakan di lantai yang masih layak untuk dimakan, sebab aku bingung mau makan apalagi untuk mengganjal perut malam ini.

Tidak ada sisa makanan, ataupun bahan makanan yang mau diolah. Terpaksa aku memakan mie yang disiramkan ibu kepada ku tadi.

Sepertinya ini belum kotor juga, karena masih lima menitan berada di lantai.

"Bismillah, semoga mie ini masih bisa dimakan ya Allah."

"Untuk mengganjal sementara lapar hamba malam ini," ucap ku pelan menahan tangis.

Setelah selesai makan aku beranjak ke kamar untuk mengobati tubuh ku yang sepertinya sudah menimbulkan ruam-ruam merah.

Di dalam kamar aku mencari salep sisa yang telah ku beli tiga bulan lalu, aku selalu menyediakan obat-obatan seperti itu untuk jaga-jaga apabila menghadapi situasi seperti saat ini. Mungkin obat-obatan itu akan aku butuhkan hingga beberapa tahun ke depan.

Saat mengobati tubuh ku di bagian tangan terlihat luka bakarnya cukup serius hingga melepuh, untungnya aku menggunakan pakaian yang tebal tadi sehingga hanya bagian tangan dan punggung kaki yang terluka parah.

Sepertinya aku harus izin masuk sekolah besok, tidak mungkin aku ke sekolah dengan keadaan tubuh yang seperti ini. Bagaimana tanggapan teman-teman dan para guru nantinya, aku tidak ingin membuat kesalahan lagi.

Aku mengambil handphone jadul ku untuk mengabari Dina bahwa besok aku tidak sekolah dan meminta tolong kepadanya untuk dibuatkan surat.

Handphone ku terbilang ketinggalan zaman, karena anak-anak remaja seusia ku saat ini telah banyak menggunakan handphone android canggih. Sedangkan milik ku hanya handphone Nokia lama yang hanya dapat digunakan untuk menelpon, SMS, dan mencari artikel di google.

Tapi aku tidak mempermasalahkannya, aku cukup bersyukur memiliki itu dari hasil jerih payah ku dengan bekerja mengumpulkan uang saat kelas 11.

Ku cari kontak Dina, semoga saja ia belum tidur malam ini aku takut mengganggu waktu istirahatnya.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya panggilan ku dijawab juga,

"Halo Na," ucap Dina dari seberang sana.

"Assalamu'alaikum Din."

"Eh iya, hehehe lupa salam gue. Wa'alaikumsallam Na."

"Ada apa nih nelpon malem-malem gini Na?" tanya Dina penasaran dari intonasi bicaranya.

"Emm....., sebelumnya maaf ya Din kalau ganggu istirahat kamu."

"Ya elah seriously gue tidur jam segini? Gue masih mabar Na sans ae deh."

Luka Tersembunyi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang