13] Perjalanan satu minggu

2.2K 202 1
                                    

Hai bestottt akuuu, huhuuuu aku block writer lagiii, tapi tetep doain aku supaya ga ngalamin block writer lagi yaaaa.

Maafin aku lama banget upnya, tapi votmen dari kalian juga penting buat aku semangat hehhee.

***

Tentu saja anindya mencak-mencak dulu kepada keluarganya, dia bingung kenapa semua orang tidak memberi tahunya sama sekali sih. Dia kan juga sebenarnya harus tahu tentang semua hal ini.

"Kenapa engga ada yang kasih tahu aku?"

"Kalian kira aku ini boneka? yang bisa diatur-atur sesuka hati?! Aku ini masih muda. Ini hal yang serius, menyangkut masa depan ku. Gak semua harus dipaksa." teriaknya kesal.

"Kalian ngga ngerti. Kalian engga akan pernah ngerti tentang aku, kalian cuma tau ini yang terbaik buat aku, dan itu engga pasti. Cukup paksa aku pondok aja, jangan paksa aku buat nikah, aku punya pilihan sendiri"

"Oke, aku bakal coba buat sholat istiqarah dulu. Aku bakal kasih tahu jawaban aku satu minggu lagi, dan aku engga akan kesini juga satu minggu" tegasnya lalu berjalan keluar dari ndalem.

"Astagfirullah" papa rio mengusap wajahnya gusar.

Abi izan menepuk punggung adiknya. "Namanya juga pasti dia kaget, kasih waktu dulu lah" ujar abi izan.

Abah abdullah juga tersenyum. "Iya, sabar dulu. Abah juga sudah prediksi ini pasti terjadi"

Diluar, anindya memanggil teman-temannya yang duduk digazebo untuk kembali ke asrama. Wajah anindya masih merah karena marah.

Sampai di asrama, anindya duduk di kasurnya dengan wajah kesal. "Gue engga ngerti dengan jalan pikir keluarga gue" kesalnya.

Eyra, rere dan aisyah menggaruk tengkuknya canggung. "Nin, udah dong. Mungkin mereka punya alasan kali"

Anindya langsung saja mewek. "Huaaa gue kesel bangettt"

"Mbak anin gimana sih, mending terima aja. Yang lamar itu gus abyan loh, udah ganteng, mapan, baik lagi"

"Lo aja sana yang nikah sama dia"

"Eh eh ngga bisa, rere udah punya kang santri ganteng. Hehhe"

"Ey, mau engga nikah sama gus abyan?"

"Sinting otak lo nin, terus farel di jakarta mau gue apain?!"

"Ai lo pasti ma—"

"Engga mbak, aisyah maunya nikah sama ustadz zayn hehhe"

Anindya mengusap wajahnya kasar. Engga engga, dia engga boleh gini. Saran yang diberi mas azam tadi harus dia lakukan dalam satu minggu ini, dia tidak boleh menyerah begitu saja.

***

Sudah tiga hari dia melakukan sholat tahajud dan istiqarah, dan belum ada tanda apapun. Namun keraguan-keraguan yang dia tanamkan pada diri gus abyan kian melebur dari hari kehari. Malah dia tiba-tiba terpesona dengan apapun yang gus abyan lakukan.

Anindya dapat katakan, bahwa memang dirinya menyukai laki-laki itu. Jatuh cinta? Mungkin iya tetapi dia tidak ada bayangan untuk cepat-cepat menikah dalam waktu dekat seperti ini.

SAJADAH CINTAWhere stories live. Discover now