THE SULTAN'S - 15

Start from the beginning
                                    

"Jangan berpikir kalau oma ingin kalian nikah muda. Oma hanya ingin mengenalkan kalian dengan anak rekan oma. Seperti perjodohan, namun tidak untuk langsung dinikahkan."

"Apa pun keputusan oma, mungkin itu yang terbaik..." dengan pasrah Jake menjawab. Ia tidak ingin membuat kecewa orang yang sangat dia sayang di dunia ini.

Jay masih diam, dia bukanlah Jake yang dengan mudah mengiyakan segala keinginan oma. Tapi di sisi lain Jay juga tidak bisa menolak. Jujur dia masih tidak ingin jika harus berhubungan dengan perempuan. Terlebih perempuan yang tidak ia kenal, baginya perjodohan-perjodohan seperti ini sangatlah tidak masuk akal.

Ia pun akhirnya memutuskan. "Jay akan coba nerimanya oma."

Senyum oma tampak terukir. Oma sadar dia egois, tapi dia tahu betul rencananya ini sudah benar. Kedua cucunya itu tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan mana pun. Oma takut jika cucunya itu akan dikira gay oleh orang-orang dan sekarang ia bisa tenang setelah bisa memilihkan pendamping cucunya, sendiri.

"Cucu-cucu oma, oma sangat sayang pada kalian!" Oma menarik kedua kepala cucunya itu, menyenderkan pada kedua sisi bahunya. Ia mengelus pipi mereka dengan penuh kasih sayang.

"Jake juga oma."

"Jay juga."

Balas mereka. Jake tidak mampu menolak oma yang amat ia sayangi, Jay pun begitu. Walau berat tapi mereka akan berusaha mencobanya.

"Kalau begitu oma ke kamar dulu ya ada yang harus oma lakukan," kata oma beranjak, keduanya langsung mengangguk dan tersenyum tipis. Oma pun berlalu pergi meninggalkan cucunya berdua.

Jay langsung teringat kejadian tadi siang setelah matanya sempat melirik Jake yang sudah terfokus pada buku. Jake menutupi luka di bibirnya dengan handiplast kecil bewarna putih polos. Kalau tidak ditutupi, sudah bisa dipastikan tadi oma akan mengira ia berkelahi.

"Dasar lo tukang ikut campur," sahut Jay tiba-tiba.

Jake menoleh. "Sehat kan lo?"

"Malah sok kebaikan ga balas nonjok," tambah Jay dengan posisi tubuh dan pandangan yang lurus ke depan.

"Hm." Jake kembali pada bukunya.

"Gue tau lo kayak gitu karena di depan penggemar-penggemar alay lo."

"Are you done? Then go now!" usir Jake dia sedang malas berdebat.

Jay kian mendesis. "Dasar lemah! Ga pande nonjok nih tukang ikut campur."

"If you're the smartest, why don't you do it for me?"

"Gausah ngelunjak lo karena ngerasa uda bantu gue tadi malam."

"Masi untung ngga gue bawa ke kamar oma," balas Jake tak beralih dari bukunya.

Jay lantas menoleh. "Gue basmi lo kalau berani-berani!"

"Go away, i'm bored of hearing you."

Ia mendecih. "Sok Inggris banget fuck!" bukan Jay namanya kalau tidak membalas sampai telak. "Lo kayaknya seneng banget dijodohin ya?"

Jake menghembus nafas panjang. Sepupunya ini tidak kunjung mengangkat kaki dari sana dan malah terus menghunjaminya dengan cercaan.

"Lo kepengen ngobrol sama gue apa gimana?"

"Kepedean lo! Gue cuman gedek lo ga nolak keinginan oma barusan. Ga heran, lo kan bego."

"Iya lo paling pintar." jawab Jake mempersingkat.

THE SULTAN'S Where stories live. Discover now