Telungpuluh

146 20 4
                                    

Deandra mengerang pelan sesaat setelah ia membuka matanya. Hawa pagi yang dingin membuat kamar rawat inapnya ikut menjadi dingin. Ia mengingat ingat kejadian kemarin hingga bisa berakhir di dalam ruangan ini. Ruangan VIP yang berisi dua ranjang pasien yang kebetulan kosong di samping nya. Namun sudah di penuhi manusia laki-laki yang menungguinya. Ada Awan keponakannya, Faishal, Paklik Agung----bapak dari Cahyo kebetulan dokter juga di sini yang sedang tidur di ranjang pasien yang kosong serta Arya yang duduk tertidur di samping ranjangnya.

Yah menyusahkan banyak orang ternyata. Untung saja hari ini ia akan pulang, jika sampai beberapa hari ke depan sudah dipastikan ruangan ini akan menjadi ajang kumpul keluarga.

"Sudah bangun?" Tanya Arya yang di balas anggukan oleh Deandra. Gadis itu segera bangkit untuk duduk di bantu Arya yang sigap memapah punggungnya lalu menaikkan sandaan ranjang dengan memutar tuas di bawah.

"Kamu sudah ingat aku kan?" Tanya Arya pada akhirnya dan kini duduk di ranjang yang sama dengan Deandra.

"Iya,"

"Kamu jangan membahayakan dirimu sendiri Ren. Kalau sudah begini siapa yang susah,"

Deandra menunduk dan menatap selimut yang menutupi kaki sampai pahanya, "Mas Arya selama ini kemana aja? Setelah Mama sama papa mu di mutasi kamu hilang nggak ada kabar lagi,"

"Kamu juga kan? Kita sama-sama hilang dan muncul tiba-tiba," jawab Deandra yang membuat mereka terdiam.

"Aku nggak hilang, tapi setelah aku tahu kamu juga ikut mengasingkan diri aku ikut kamu."

"Ikut aku?" Tanya Deandra heran,

"Aku juga ikut pergi, tapi lebih duluan aku. SMA di Solo sendiri sambil kost. Dan aku nggak pernah bener-bener ilang," lalu menghela napas dan mencari sesuatu di tangan kiri Deandra dan mengeluarkan kalung dongtag nya yang berisi identitas serta sebuah cincin menunjukkannya pada Deandra, "maafin aku ya,"

"Jadi kamu ya pelakunya?"

Arya mengangguk dan tersenyum,

"Kenapa harus aku? Memang orang tua mu mau punya anak yang sakit kaya aku ya Mas?"

"Mereka malah seneng kalau aku sama kamu. Lagipula ini kemauan ku sendiri,"

"Apa yang kamu suka dari aku yang serba kurang ini?"

"Kenapa lagi? Jangan merasa insecure Ren, kamu punya kelebihan."

Deandra menunduk lagi dan menatap tangannya di atas paha, "semenjak kejadian itu aku selalu pingin tahu apa alasan orang orang bisa suka bahkan sayang sama aku. Padahal mereka bisa kok ninggalin aku kaya biasanya,"

Tangan kanan Arya terulur, "lihat aku yuk, jangan nunduk. Jadi begitu tanggapan mu sama orang-orang?"

Deandra mengangguk.

"Nggak salah, semua orang pasti punya alasan kenapa suka sama kamu. Tapi khusus aku, aku sendiri nggak tahu kenapa. Semenjak aku pindah rasanya duniaku kosong banget, ada yang hilang. Aku lihat kamu terus waktu mobil kami ninggalin satuan, sampai kamu tambah kecil dan hilang gitu aja. Ren, maaf kalau aku nggak sopan. Tapi setelah aku dan abangmu punya ponsel aku selalu tanya kamu terus. Dan kamu tahu apa? Mama papa ku malah nawari aku lebih dekat sama kamu suatu saat nanti, sudah lama aku nunggu kita bisa ketemu lagi. Sebenarnya bisa saja aku langsung ketemu kamu tanpa titip barang ini ke orang tua kamu." Menggenggam tangan Deandra yang dingin dan melihat cincin mereka di sana,

"Tapi waktunya nggak tepat, kamu saja masih SMA waktu aku lulus Akademi. Jadi aku pikir sambil nunggu kamu siap aku harus buat prestasi sebanyak mungkin supaya kamu bangga punya aku. Dan seharusnya juga ini bukan waktu yang di tentukan untuk kita ketemu tapi keadaan dan waktu yang buat kita bisa ketemu seperti ini."

GambuhWhere stories live. Discover now