Nemlikur

125 17 2
                                    

Flashback

Radipta memasang wajah datarnya saat memasuki rumah sang bapak. Jiwa dan raganya masih belum menyatu sekarang, karena pikirannya masih melenggang buana di rumah sakit dimana Deandra di rawat dan ia di usir Faishal.

Dan memasuki rumah yang lumayan ramai, ia sampai lupa jika sebenarnya rumah ini bisa ramai jika lengkap penghuninya. Kakak pertamanya yang berumur sembilan tahun lebih tua darinya sudah memilki seorang anak dan kakak kedua nya juga sudah bertunangan.

"Oom," panggil gadis perempuan yang kini berlari dan memeluk kakinya. Dipta yang merasakan hal itu lantas mengangkat gadis berusia tiga tahun tadi dan menggendongnya,

"Azza kangen ama Oom," di tangkupnya wajah Dipta dan mencium hidung bangir laki-laki itu sampai berbunyi, "mwuaa,"

Sementara Dipta hanya terkikik geli mendengarnya. Suasana hatinya masih runyam sekarang dan ia bingung bagaimana mengekspresikan perasaan itu.

"Oom di cari Opa,"

"Iya, kok tahu?" Tanyanya lalu kembali melangkah ke dalam rumah dan menemukan keluarganya lengkap dengan sang Mama yang beberapa tahun ini sedang berpikir untuk cerai.

Nampak papanya kini dengan wajah yang bisa di katakan berantakan dan menatap dirinya yang baru saja datang dengan sumringah. Ada kelegaan yang muncul setelahnya.

Ponakan kecilnya itu merosot dari gendongan saat ia di panggil papanya. Dipta hanya menatap sengit Hilary----kakaknya saat Azza menyuruh turun.

"Duduk Dip,"

Dipta duduk di samping mamanya, sementara itu kedua kakaknya yang tadi duduk di sana pun melangkah pergi ke kamarnya masing-masing. Dan tinggallah dirinya bersama kedua orangtuanya.

"Papa minta maaf,"

Dahi Dipta mengernyit tanda tak paham,

"Papa minta maaf karena selama ini papa meremehkan kamu Dip. Apalagi banyak hal yang papa nggak tahu tentang kamu."

Dipta diam karena merasa ada yang aneh dengan papa nya. Ia tahu walaupun jarang bertemu, papanya ini sangat jarang bahkan tidak pernah mau mengalah dan memuji. Tapi yang satu ini? Mengakui kesalahan dan merendah di hadapannya?

"Setelah ini ada acara dinner keluarga, kamu ikut ya. Kamu nggak pernah ikut kalau ada acara keluarga kan?"

"Kan memang nggak pernah di ajak, malu-maluin katanya. Nggak ada yang bisa di pamerin ke orang kalau bawa aku. Daripada malu mending di sembunyikan," sindir nya dan membuat sang papa hanya membuang muka.

"Dipta ikut ya, mama ada di deket kamu nanti." Bisik sang Mama di sampingnya.

"Ikut ya Dip,"

Dan akhirnya setelah ia pikirkan baik-baik tak ada salahnya juga dia ikut. Ia hanya perlu diam dan diam nanti, karena dia tahu banyak orang di keluarga papa nya yang tidak suka pada dirinya dulu dan sampai sekarangpun. Mereka hanya menilai Dipta bisa masuk Akmil karena bantuan Mama dan papa nya, kata mereka uang dan privileged bisa memperlancar semua hal.

Sebuah hotel berbintang yang merupakan bangunan tertinggi di Solo menjadi tempat di adakannya pertemuan keluarga Hasan. Di tempatnya Dipta sudah duduk di meja bundar paling ujung agar tidak terlihat. Pakaian pesiar malam menempel gagah di badannya. Serta talikor putih yang menunjukkan bahwa dia seorang polisi Taruna. Ia membuka ponsel dan menghubungi Deandra kembali, namun belum juga di angkat atau membalas pesannya. Dengan kacau ia menghempaskan ponsel nya di meja dan menatap sekeliling. Ini acara yang di maksud acara dinner seperti apa? Jika hanya bertemu, bertukar kabar, pamer dan menyudutkan lebih baik ia pulang saja. Ia sudah tahu acara keluarganya pasti di isi dengan ajang pamer dan menyombongkan diri.

GambuhWo Geschichten leben. Entdecke jetzt