Part Nineteen

171 49 7
                                    

Sunwoo pulang ke rumah sedikit malam. Sekaligus antar Eunha, Sunwoo juga mencari kesempatan untuk keluar malam mumpung dia besok tidak ada kegiatan. Bisa bangun siang.

Di rumah gelap sekali. Sunwoo rasa mamanya sudah pulang karena ada mobilnya di depan. Sunwoo kemudian gantungin kunci mobil di tempat yang disediakan jalan ke atas menuju kamarnya.

Tapi bukan Sunwoo namanya kalau dia tidak lapar di tengah malam. Sunwoo pun memutuskan untuk membuka kulkas. Waktu mau berjalan ke arah kulkas mama yang lumayan besar itu, Sunwoo terpeleset.

Sunwoo kaget sampai dia tidak teriak. Biasanya dia akan teriak, tapi ini tidak. Tengah malam masih ada saja kecap tumpah.

Sunwoo kemudian coba berdiri dan ingin mengelap kecap tumpah itu.

Dia mencari pel dengan tangan yang masih basah. Untungnya dia dapat menemukan pel di dapur.

Walaupun gelap, pelnya lumayan terang. Jadi dia genggam langsung gagang pel itu dan membawanya ke tempat kecap tumpah.

Tapi, Sunwoo melihat print telapak tangannya di gagang pel itu. Kecap tidak meninggalkan jejak yang bewarna merah. Sunwoo kemudian melepaskan gagang pel tadi dan melihat lebih jelas print telapak tangannya.

Setelah sadar, Sunwoo melihat ke telapak tangannya dan melihat ke genangan yang membuatnya terpeleset.

Darah.

Seharusnya Sunwoo sadar itu bukan kecap tumpah.

Sunwoo dengan cepat berlari ke stop kontak dan menghidupkan lampu rumah. Tapi lampu rumah tidak kunjung hidup. Padahal sudah berkali-kali Sunwoo membolak-balikkan stop kontaknya.

"MAMA!" Teriak Sunwoo. Dia juga menggunakan senter di Hp-nya untuk menerangi genangan darah yang ada di dapur.

Sial! Pikirnya. Ulah siapa ini! Apakah ulah Beomgyu?

"MAMA!" Teriak Sunwoo sekali lagi.

Karena tidak kunjung dijawab, Sunwoo berinisiatif untuk pergi ke kamar mamanya yang berada di lantai satu.

Sebelum membuka pintu kamar orangtuanya, Sunwoo mendengar suara pintu terbuka. Hari ini sudah menunjukkan pukul dua pagi. Sunwoo mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar mamanya dan berjalan pelan menuju kamar yang terbuka.

Dia naik ke atas dan tau kamar siapa yang terbuka.

Tapi Sunwoo merasa tidak enak. Jadi di tengah jalannya ke kamar Beomgyu, dia mengambil telefon rumah yang berat untuk dijadikan senjata. Entahlah, semoga efektif.

Dengan telefon rumah di tangannya, Sunwoo memberanikan diri untuk membuka kamar Beomgyu lebar-lebar. Sama saja, kamar Beomgyu gelap. Bahkan lebih gelap dari dapur. Kalau begini, Sunwoo bisa protes sama tukang listrik, karena mereka udah bayar mahal buat listrik aja, tapi pas mereka lagi crucial listrik, listriknya padam.

"Beom!" Panggil Sunwoo pelan.

Beomgyu tidak menjawab.

Dreamcatcher yang tergantung di jendela Beomgyu mulai berisik karena hembusan angin. Beomgyu membiarkan jendelanya terbuka.

Inisiatif Sunwoo adalah menutup jendela itu dan itulah yang hendak Sunwoo lakukan. Dia meletakkan telefon rumah ke kasur Beomgyu dan menutup jendela kamar Beomgyu.

"Woo" suara pelan Beomgyu memanggil Sunwoo dari belakang.

Karena di depan jendela, cahaya dari luar membantu Sunwoo melihat pantulan Beomgyu walaupun tidak begitu jelas. Tapi setidaknya Sunwoo dapat melihat Beomgyu.

"Beom" panggil Sunwoo pelan juga.

Seharusnya jam segini Beomgyu sudah jadi Beomgyu bukan? Orang yang di belakangnya itu bukan orang yang berbahaya bukan? Dia adalah adik kandung Sunwoo yang dia benci tapi sayang juga. Orang yang selalu diirikan oleh Sunwoo tapi Sunwoo mengerti mengapa Beomgyu selalu diperhatikan. Orang yang selalu membuat Sunwoo khawatir walaupun kelihatannya Sunwoo bodo amat. Dia adalah saudara Sunwoo bukan?

The Gimmick | BeomgyuWhere stories live. Discover now