22

5.5K 354 4
                                    

Kebetulan pada dasarnya terjadi karena semua kondisi tanpa disengaja ternyata tepat pada sebuah kemungkinan tertentu terjadinya sesuatu. Seperti yang Savanna alami sekarang. Ia kebetulan duduk berhadapan dengan seorang lelaki bernama Kaffa. Dari banyak-banyak orang bernama Kaffa dalam dunia ini, namun orang di depannya adalah Kaffa Bramantio, sepupu dari atasannya.

Savanna ingin tidak percaya dengan kebetulan ini, namun seakan semesta telah mengatur semuanya.

Perawakannya tidak jauh berbeda dari atasannya, Pak Galih. Keduanya memiliki fitur wajah yang menonjol, pastinya tampan. Namun Kaffa memiliki warna kulit yang lebih terang dengan pola mata monolid khas orang Asia Timur. Ciri khas yang Savanna hafal dari fitur alami di depannya ini adalah lingkaran hitam mata panda yang terpatri jelas dibawah sepasang mata itu, tampak seperti orang yang memiliki banyak beban pekerjaan dan juga insomnia parah, namun itu semua tak mengurangi tampan wajahnya. Pakaiannya rapi bagai eksekutif muda dan sangat wangi. Kesan yang cukup bagus di mata Savanna.

"Saya tidak percaya ternyata nona di depan saya adalah sekretarisnya Galih, sebuah kebetulan kita bertemu disini." Savanna tersenyum manis mendengar cetusan lelaki pemilik suara sopran itu padanya. Dengan Bahasa Indonesia yang terdengar payah, Kaffa memiliki pesonanya sendiri yang entah kenapa membuat perasaan Savanna menjadi lebih baik. Seakan separuh beban yang diangkutnya tadi sudah menyusut.

"Senang bertemu dengan anda , Pak Kaffa." kata Savanna ramah. Ia sudah lama penasaran dengan sosok saingan dari bosnya dan kini mereka bertemu. Savanna tak peduli bagaimana Kaffa tampak di mata Galih, namun di matanya kini, lelaki itu tampan, maskulin dan wangi. Bicara sopan dan menggetarkan jiwa.

Kaffa mengibaskan kecil tangannya di udara. "Jangan panggil saya Pak Kaffa!" tegahnya, "Kita kan bukan rekan kerja," sambungnya santai. "Cukup dengan Kaffa saja."

Savanna tak langsung setuju. Bagaimanapun Kaffa tampak lebih tua darinya.

"Mas Kaffa, gimana?" tanya Savanna setelah berpikir sejenak panggilan yang tepat untuk orang di depannya.

Kaffa mengangguk kecil tanda puas dan menyetujuinya. Walau sebenarnya di benak Kaffa agak terasa geli saat seseorang memanggilnya dengan 'Mas'. Sungguh Ia tak terbiasa. Namun, tinggal di Indonesia mau tak mau dia harus beradaptasi. Lagi pula, siapa yang bisa menolak panggilan yang menurut Kaffa sendiri sedikit intim itu dari wanita cantik dan manis di depannya. Tidak peduli siapa dia, Savanna menurutnya sangat ramah. Apalagi dengan berani membiarkan orang asing untuk berbagi meja.

Dari banyak-banyak wanita yang ditemui, Savanna adalah perempuan yang memiliki senyum manis dan memancarkan aura ceria. Walau sepertinya suasana hatinya kurang baik hari ini, namun Kaffa masih bisa melihat tingkah periangnya. Yah, kedai mie pedas ini memang lebih cocok untuk melepaskan stress. Sajian makanan yang berapi-api akan membuat perasaan membaik.

Saat mie kuah pedas yang mereka pesan tiba, Ia dengan girang gembira menyambutnya, bak anak kecil yang baru menerima kado mainan yang paling diincarnya. Cara menghidu aroma yang dramatis seakan-akan itu adalah makanan ternikmat di dunia membuat Kaffa tergelitik. Rasanya, setelah beberapa saat berada di Indonesia, ini kali pertama dia bisa merasa sedikit bahagia dan waras. Tidak ada tekanan dan beban apapun, hanya fokus dengan mie kuah pedas di depannya dan juga Savanna yang bak bunga matahari itu saat ini.

"Wait!!" Savanna menghentikan Kaffa yang ingin menyantap makanannya, Ia bahkan telah mengambil sumpit siap mengaduk mienya. "Kita harus ambil foto dulu."

"Ambil foto?"

Savanna mengangguk dan langsung membenarkan posisi mangkuk mie di atas meja, kemudian menjepretnya beberapa kali. Kaffa menggeleng kecil melihat tingkah Savanna.

Istri Untuk Pak Bos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang