26 || Gay-ilan

Beginne am Anfang
                                    

Qilla tidak ada alasan untuk memikirkan semua ini. Hanya untuk kesenangan dan kegelisahan yang Qilla sebabkan sendiri, sebisa mungkin Qilla tidak terlalu kentara untuk terlihat sedang banyak pikiran-tepatnya hanya memikirkan si sialan, Dylan.

Ingatan nya terlempar saat percakapan nya dengan Leo seminggu yang lalu. 'Melan ngadain party dance di rumah nya.' Sudah pasti pesta itu telah berakhir, dan sayangnya Qilla tidak tau info terbaru dari sana, lagipula pasti orang-orang telah lupa bagaimana hari mereka malam itu.

Selama Qilla berkomunikasi dengan kedua sahabatnya, tidak satupun ingatan Qilla untuk membahas hal ini. Qilla hampir melupakan hal itu!!

"Kira-kira, Dylan bagaimana di pesta malam itu? Apa dia melakukan hal yang sama kembali?" Berbagai pertanyaan aneh menghantui Qilla, dan sungguh, itu merepotkan.

Berulang kali Qilla menggeleng kan kepala, kenapa harus Dylan yang terlintas di pikiran selama beberapa menit ini? Ck, sialan sekali memang.

Matanya melirik kearah brangkar, dimana Jasmine tertidur pulas, ya anggap saja begitu, nyatanya kakaknya itu memang tertidur akibat kecelakaan itu.

Dokter bilang, Jasmine sudah sadar dari koma, hanya saja dia belum sadar saat ini, kontraksi antara tulang di bagian hidung, dan tabrakan pada dahinya cukup parah. Qilla tidak menyangka kecelakaan Jasmine akan seperti ini.

Disaat keadaan Jasmine yang seperti ini, Qilla justru memikirkan Dylan dan segala hal tentang cowok itu. Agak menyebalkan.

"Apa gue jahat?" Qilla bertanya-tanya. Disisi lain, Jasmine sedang mengalami kecelakaan, dan harusnya Qilla memikirkan hal itu, ikut mengeluarkan sampah serapah nya pada remaja yang membuat Jasmine seperti ini.

"Gue benar-benar bukan adik yang baik." Lagi dan lagi Qilla masih bergumam, bergulat dengan semua pikiran yang sekarang memenuhi pikirannya.

Menghembuskan nafas kasar, selain berfikir yang tidak berfungsi untuk sekarang, lebih baik dia ikut bergabung akan percakapan panas yang Nadine buat, Qilla perhatikan, bunda dan kakaknya itu cukup asik membincangkan sesuatu.

"Apa ada gosip panas, malam ini?" tanya Qilla.

Di ambilnya satu roti yang lumayan besar dari plastik putih yang tadi bunda bawa dari luar, Qilla terlalu sibuk dengan ponsel dan lamunan hingga lupa akan makan malam, seingatnya, Qilla hanya meminum beberapa teguk kopi dan juga memakan omlete.

"Sebenarnya tidak ada perbincangan khusus, Sayang. Hanya membahas tentang pergaulan remaja sekarang."

OWW!!

❦︎

Melempar paksa papan skateboard pada jalanan beraspal, debu-debu menguar keatas dan berterbangan akibat angin sepoi-sepoi yang membuat jalanan sekitar tampak sedikit berdebu. Dylan tak puas saat papan skateboard yang ia lemparkan masih utuh, papan itu harusnya hancur, atau tidak, terbelah dua.

"Goblok! Lo mau ngerusak papan skate dengan cara kayak gitu? Gak guna!" tukas Aldi, mengambil kasar skateboard Dylan. "Harus nya kayak gini." Aldi melempar kan beberapa kali papan skate jalanan dengan kasar, setelahnya mematahkan papan itu dengan mudah, karena sebelumnya papan skateboard itu sedikit retak di bagian tengah nya.

Gay-ilan [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt