4. TAMU

1.5K 159 4
                                    

Selamat membaca

Disty melangkah pelan menuju jendela kamar. Dilihatnya tanaman ibu disamping itu, bunga-bunga tersusun rapi memanjakan penglihatan Disty.

Disty kembali melangkah keluar kamar. Dilihatnya ibu sedang mengupas mangga. Melihat Disty keluar dari kamar, ibu sedikit terkejut, tapi ia senang. Ia menyunggingkan senyuman merekah dan berkata.

"Apa ada yang Disty mau?"

Disty menggelengkan kepala. "Disty mau kedepan kok bu." Disty segera melangkah ke halaman samping rumah. Ia mengambil selang air dan menyirami tanaman disekitarnya.

Moodnya ternyata membaik setelah mendengarkan nasehat sang Abang. Disty mendekatkan Indera penciumannya pada sebuah mawar. Dihirupnya aroma bunga mawar yang menenangkan itu.

"Ehh Disty! Udah lama pulangnya?" Seorang wanita mengapa Disty dengan hangat, namun Disty malah kaget dan jadi gugup.

Disty terdiam, ia melirik perutnya yang masih tak terlihat kehamilannya. Ia mengangkat dagu dan tersenyum lagi.

"I-iya.."

"Emangnya bisa cuti kerja gitu?"

"Bi-bisa, soalnya-"

"Disty, bicara dengan siapa?" Ibu datang menghampiri Disty dan tetangga yang berdiri diluar pagar rumah, bu Rida. Ibu kini melihat tetangga mereka dibalik pagar dan tersenyum menyapa. "Ehh bu Rida, mau kemana bu?"

"Mau ke warung di depan." Sahut sang tetangga. "Ini si Disty udah lama pulang bu?"

"Ahh, enggak. Baru beberapa hari aja kok bu."

"Oalah, masih kerja di kota?"

Pertanyaan bu Rida membuat Disty dan ibu saling tatap. "Masih bu."

"Hmm Disty, kalo kenalan sama anak ibu mau nggak? Masih lajang lho. Dia sering nanyain kamu, cuma ibu bilang kamu di kota, kerja."

Jantung Disty seketika berdetak cepat. Pandangannya mengedar kesepenjuru arah. Wajah ibu juga terlihat gugup, ia tersenyum menanggapi. "Bo-boleh aja bu. Gimana baiknya, kalo jodoh juga nggak akan kemana."

"Bu, Disty masuk duluan ya." Disty langsung masuk ke dalam rumah.

Ibu hanya menatap punggung Disty yang sudah masuk ke dalam rumah. Bu Rida pun berpamitan untuk segera ke warung depan. Setelahnya ibu menyusul Disty masuk. Dilihatnya sang putri sedang duduk di pintu belakang rumah dengan tatapan kosong.

"Disty.."

"Kenapa ibu bilang boleh sih bu? Nanti kalo ketahuan aku hamil gimana?" Disty menyala air matanya kasar.

"Disty, Ini cuma iya-iyain aja supaya beliau nggak curiga."

"Kenapa nggak bilang aja Disty udah punya pacar?!" Disty langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia mengunci pintu, tak membiarkan siapapun masuk. Ia butuh waktu seorang diri untuk menangis dan merenungi nasib buruk ini.

*****

Setelah malam tiba, ibu menghampiri bapak yang sedang duduk berdiskusi dengan bang Tio. Bang Tio berkata ingin mengenalkan Disty dengan anak bu Rida yang ternyata sudah lama minta dikenalkan dengan Disty melalui bang Tio. Tapi ayah terlihat ragu.

Suara pintu membuat seisi ruang tamu hening. Ibu yang sejak tadi menguping di balik dinding langsung membuka pintu dengan cepat. Ibu tertegun melihat sepasang suami istri dengan pakaian rapih berdiri di ambang pintu kayu rumah mereka.

"Selamat malam."

"Ma-malam, bapak ibu." Ibu masih berdiri kaku dengan bingung di pintu. Buah tangan yang dibawa membuat ibu jauh lebih bingung. Kedatangan bang Tio yang menghampiri ibu membuat ibu tersentak dari lamunannya. "Ibu? Siapa?"

Disty and The BabyWhere stories live. Discover now