8. BELENGGU MASA LALU

1.5K 111 12
                                    


Selamat membaca


Devan Hardjoatria, duda mapan berusia 31 tahun. Hari-hari hanya menyibukkan diri di kantor. Ia merasa jiwanya masih lajang seperti dulu. Masih muda bahkan tak memiliki anak, padahal anaknya sudah bersuai 4 tahun lebih.

Saat umurnya 27 tahun. Devan menikahi kekasihnya, seorang perempuan cantik bernama Clarita Dyatami. Gadis ambisius dalam mengejar mimpi dan rela melakukan apapun demi mimpinya.

Devan jatuh hati pada cara Clarita fokus pada keinginannya untuk menggapai satu mimpi. Ketika mimpi itu ia raih, ia akan beralih pada mimpi lain. Sehingga perlahan-lahan mimpi-mimpinya menjadi kenyataan.

Clarita mendorong Devan secara penuh dalam berbisnis. Hingga waktu demi waktu, Devan mulai mengenal bagaimana Clarita dibalik mimpinya yang sebenarnya.

Cara Clarita menyikapi kehamilan yang baru pertama kali ia rasakan. Bukan bahagia, ia malah menangis.

Devan ingat, karena kehamilan Farel waktu itu, mereka bertengkar sangat hebat.

"Clarita! Kamu istri aku! Seharusnya kamu patuhi peraturan yang aku buat dirumah ini. Patuh sama aku!" Tegas Devan, tak habis pikir dengan jalan pikir sang istri.

"Devan! Aku punya karir, aku belum mau hamil!"

"Kenapa? Bukannya wajar kalo kamu hamil setelah nikah?" Suara Devan meninggi. "Lagian salah kamu kenapa nggak KB atau minum pil."

"Aku belum mau hamil! Aku belum siap ngurus bayi. Ngurus tubuhku yang bakal melebar kaya drom minyak pasca persalinan!"

"Apa?! Kok bisa-bisanya kamu berpikir kalo kehamilan anak kita ini malah menghambat mimpi kamu? Selama ini aku nggak pernah larang apa yang kamu mau. Tapi kali ini kamu keterlaluan!"

"Kamu nyalahin aku?! Devan ini tubuh aku! Hak aku nentuin mau ada atau tidak bayi dalam kandunganku ya!" Clarita menunjuki Devan. "Kamu nggak berhak ngatur aku!"

Devan terperangah menghadapi Clarita. "Kamu masih berencana buat bunuh bayi dalam kandunganmu? Kamu gila, dia anak kita, Clarita!"

Clarita pergi dari dalam kamar. Devan terdiam, ia tahu jika Clarita sedang stress dan tertekan akhir-akhir ini karena bisnisnya sedang bermasalah. Devan mengejar sang istri.

"Clarita!"

"Lahirkan bayi dalam kandunganmu, aku akan kabulin apapun yang kamu mau setelah bayi itu lahir."

*****

Bagi Devandra, waktunya bersama mobil yang ia kendarai adalah hal berharga. Devan rela bekerja keras banting tulang demi untuk membeli mobil yang bagus selain daripada aset yang banyak. Sehingga setelah mobil impiannya berhasil ia beli, Devan selalu menyetir sendiri mobilnya. Bukannya tak memiliki supir. Ia punya, hanya saja tidak setiap hari ia menggunakan jasa supir pribadi. Biasanya, Devan akan menghubungi supirnya untuk mengantar ataupun menjemput, bisa juga terkadang sudah diantar, Devan menyuruh kembali supirnya pulang dengan taxi karena kemungkinan ia ingin pulang dengan mengendarai mobilnya kembali. Semuanya tergantung mood.

Begitupun setiap pagi berangkat bekerja.

Diperjalanan menuju kantor, sesekali Devan melirik punggung tangannya. Punggung tangan yang tadi sempat Disty kecup dengan singkat.

Devan menggosok punggung tangannya ke paha berbalutkan celana bahan kantornya. "Ihhh.." seolah jijik, ia menggosoknya lagi hingga punggung tangannya memerah.

"Ngapain sih, sok iya banget nyium-nyium tangan orang tanpa izin." Gerutunya.

Belum apa-apa moodnya sudah buruk akibat perbuatan istrinya sendiri pagi ini.

Disty and The BabyWhere stories live. Discover now