2. FLASHBACK

1K 63 0
                                    

Selamat membaca

Gadis itu pulang terlambat dari kantor karena lembur. Ia benar-benar kelelahan, berjalan dengan lemas menyusuri jalan. Lelahnya bekerja semakin berlipat karena insiden kemarin. Disty tersandung batu dan tangan kirinya tidak sengaja terkena bagian batu yang tajam sehingga jadi memar dan sakit sejak kemarin.

Mengenai pekerjaan, jujur sejak lama sekali ia berniat ingin mencari pekerjaan baru. Selain karena gaji di kantor jasa pengiriman barang ini cenderung pas-pasan, Disty juga ingin memiliki penghasilan lebih untuk dikirim ke kampung.

Saat melewati sebuah hotel berbintang lima, tidak sengaja pandangan Disty melihat banner hotel yang sedang mengadakan recruitment untuk pegawai baru. Tanpa berpikir dua kali, Disty langsung melangkah masuk ke area hotel untuk melihat lebih detail kriteria dan persayaratan untuk para pelamar.

Disty mengambil ponsel dari dalam tas untuk memfoto banner. Namun saat hendak memfoto, tak sengaja seseorang menyengol siku Disty hingga ia terhuyung pelan.

"Ehh maaf mbak." Ucap seorang pria yang baru saja keluar dari mobil Taxi. Disty hanya tersenyum pelan. Tak lama dari itu, bau alkohol menyeruak dipenciuman Disty. Ternyata supir Taxi itu kini membopong keluar seorang pria bertubuh tinggi yang terlihat mabuk, wajahnya terus menunduk dan meracau tidak jelas. Disty hanya mengamati punggungnya.

Selesai memotret banner, tak sengaja Disty melihat pria mabuk yang dibopong supir barusan tak sengaja menjatuhkan dompetnya di pintu masuk hotel. Dengan segala niat baik, Disty hendak mengikuti supir itu. Namun niatnya urung saat ibu menelpon.

"Wah ibu!" Disty langsung mengangkat telepon dengan antusias. "Bu! Maaf Disty dari pagi nggak sempat kabarin ibu. Banyak banget kerjaan bu, habis promo tanggal bulan kembar."

"Ya ampun, nggak papa nak. Kamu dimana sekarang? Apa udah makan?"

"Ini Disty mau pulang ke kos bu, Disty mau panasin sisa makanan tadi pagi."

"Jangan capek-capek ya Dist, kamu udah kurus, badan kecil. Tenaga seuprit pula."

"Ohya, gimana sama tangan kiri kamu Dist, apa udah enakan?"

Disty melirik tangan kanannya yang sudah baikan meski sesekali masih nyut-nyutan. "Udah baikan kok bu."

"Hati-hati kerjanya."

"Iya bu. Bu, Disty harus buru-buru nih. Nanti Disty kabarin lagi ya bu."

Disty segera memastikan ponsel. Ia tak lagi melihat supir tadi. Jelas saja karena ia sudah mengangkat telepon dengan ibunya. Disty melangkah ke reseprionist.

"Maaf, untuk bapak taxi yang tadi sama mas-mas mabuk... Ohh, maksudnya lagi mabuk. Itu ke kamar mana ya?" Tanya Disty.

"Maaf kalo boleh tau, mbak siapa ya? Kami tidak bisa sembarangan memberikan infomasi tamu hotel pada orang yang tidak berkepentingan. Apalagi mas yang tadi itu adalah tamu VIP kami." Sahut resepsionis dengan sopan.

Disty mengangkat dompet di tangan kanannya. "Dompet mas tadi jatuh. Saya Cuma mau balikin ini kok."

"Untuk tamu yang tadi di kamar nomor 509 di lantai 5. Apa mbak mau rekan saya antar?"

Disty terdiam. Ia merasa tidak perlu karena ada supir yang tadi disana. "Nggak papa, saya Cuma ngasih ini aja. Dan disana juga ada supir kan tadi."

"Baik, silahkan."

Disty masuk ke dalam lift yang berhenti di lantai 5 hotel. Ia segera keluar dan mencari pintu dengan angka 509. Saat hendak mengetuk pintu, Disty kaget karena supir Taxi tadi baru saja keluar dari kamar.

"Lho? Ini mbak yang tadi di depan ya?" Tanya supir Taxi itu dengan wajah bingung.

"Pak, ini dompet mas-nya jatuh!" Ucap Disty, memperlihatkan dompet kulit berwarna hitam itu.

Disty and The BabyUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum