3. KABAR UNTUK PAPA DAN MAMA

2.3K 202 9
                                    




Selamat membaca

Seperti biasa, pagi-pagi sekali Devan sudah kabur dari rumah hanya untuk menghindari Farel yang sudah pasti akan merengek padanya minta diantar ke sekolah, atau jika tidak bisa diantar maka Farel akan memohon-mohon untuk minta di jemput. Selalu saja seperti itu, Farel manja.

Setelah pagi tadi menghabiskan waktu diruangnya, berlanjut meeting dadakan di perusahaan kolega, lalu kembali ke perusahaannya untuk menghabiskan waktu istirahat makan siang seorang diri di ruangannya.

Devan megambil telepon yang terhubung dengan sekertarisnya di depan.
"Ya pak, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya sudah memesan makan siang. Nanti tolong diambil dibawah dan bawa keruangan saya."

"Baik pak."

Devan melirik jam ditangannya. Waktu istirahat makan siang. Farel pulang sekolah sudah dari setengah jam yang lalu.

Sembari menunggu pesanan makan siangnya sampai. Devan saat ini sudah pasti sedang menyibukkan diri dengan dokumen-dokumen perusahaan yang ada diatas meja miliknya. Berkali-kali Devan berusaha fokus dalam mengamati isi dokumen dengan teliti, tapi tetap saja pikirannya bercabang tak tentu arah dan tidak tenang.

Devan mengambil gelas kaca panjang didalam lemari kaca, lalu mengambil sebuah anggur dan menuangnya ke dalam gelas. Perlahan-lahan kepalanya terus berpikir. Karena kebodohan semalamnya, ia jadi berada dalam masalah besar dan fatal ini.

Ponsel devan diatas meja bordering. Menggeram pelan, devan mengambil ponselnya. pak Guntur, supir pribadi putranya ada di layar ponselnya. pasti ada masalah lagi, pikirnya.

"Hmm."

"Pak Devan, den Farel nggak mau pulang sama saya nih. Dia nungguin ibu Clarita, padahal kan pak, ibu di Thailand. Katanya, ibu udah bilang bakal jemput makanya aden nungguin. Saya nggak tega nih pak, mana den Farel belum makan siang, kasian."

"Kasih hp-nya sama Farel."

"Daddy?" Suara imut menyapa.

"Farel kamu nunggu mommy kamu?" Suara Devan terdengar meredam kekesalam saat berbicara.

"Iya, Farel maunya pulang sama mommy, daddy."

"Mommy kamu masih di Thailand, nggak ada disini. Pulang sama pak Guntur aja."

"Tapi mommy bilang akan jemput Farel. Mommy sudah janji, daddy." Suara imut itu terdengar sedikit sedih. Devan pastikan pasti diseberang sana ia sudah bersiap untuk menangis.

Devan memejamkan matanya lama. Clarita berkata ia akan menjemput itu karena Clarita tidak sanggup terus mendengar rengekan Farel yang minta di jemput berkali-kali. Padahal memang benar ia di Thailand. Clarita tak pernah memikirkan Farel karena ia sudah tau jika Devan mengutus pak Guntur untuk menjaganya setiap waktu. Clarita tau Farel selalu aman. Jadi ia tak pernah khawatir jika Farel menunggunya, ada pak Guntur. Pastinya.

"Mommy kamu di Thailand. Nggak akan jemput kamu. Pulang sama pak Guntur, listen to daddy!"

Devan tak lagi mendengar sahutan, yang terdengar hanya tangis pilu Farel diseberang sana. Telepon diambil alih oleh pak Guntur.

"Den farel nangis, pak. Sekarang udah lari masuk ke mobil. Yaudah, saya susul den Farel dulu ya pak. Saya tutup telponnya."

Devan membuang nafas kasar. Anak dengan sikap seperti ini, bagaimana tanggapannya jika tahu sang daddy akan menikah dengan wanita lain, parahnya wanita tersebut sedang hamil yang artinya Farel akan segera berubah status dari anak tunggal menjadi si sulung putra Devan Hardjoatria.

Disty and The BabyWhere stories live. Discover now