1. HARI-HARI SETELAHNYA

6.7K 447 44
                                    

Disty and The Baby juga tersedia gratis di Karyakarsa!

Selamat membaca.

Perempuan yang terus mengurung diri di dalam kamar itu tidak tahu takdir terburuk apa lagi yang akan diterimanya setelah ia gagal menjadi sukses di perantauan, ditambah pulang ke kampung dengan membawa aib.

"Disty, sudahlah nak. Jangan nangis terus... Ini semua kan terjadi karena kecelakaan, kamu korbannya." Murni, tidak tahu harus bagaimana lagi membujuk putrinya untuk makan.

Perempuan cantik jelita dengan rambut panjang itu bernama Disty. Beberapa tahun yang lalu ia datang ke kota besar untuk kuliah lalu setelah lulus ia bekerja. Niatnya ingin bisa memberikan kehidupan yang layak untuk ayah dan ibunya di kampung. Namun, gaji yang pas-pasan, biaya sewa kos yang mahal pada akhirnya menghimpit niat mulianya menjadi angan.

"Udah, nggak papa Disty. Nggak perlu mikirin gimana caranya kirim uang buat ayah sama ibu di kampung. Kami kan masih bisa berkebun disini. Lagian juga ada bang Tio yang selalu bisa bantuin ayah sama ibu. Disty mikirin buat Disty aja dulu."

Jika mengingat kalimat ibu di telpon saat Disty masih diperantauan, rasanya ia ingin menangis karena tidak bisa mengirim uang untuk ayah dan ibu di kampung. Malu pada dirinya sendiri, malu juga pada ayah, ibu dan bang Tio karena gagal. Jangankan mengirim uang untuk keluarga, sendirinya hidup susah di kota. Disty tersenyum kecut.

Mungkin masalah peliknya ekonomi masih bisa di terima sebagai takdir. Tapi, bagaimana dengan dirinya yang pulang ke kampung dengan membawa aib?

"Hamil? Disty kamu gila?!"
Kalimat itu keluar dari bibir ayah. Raut wajahnya terlihat kaget, marah dan kecewa berbaur jadi satu kesatuan yang komplit membuat Disty makin terpuruk.

"Maafin Disty ayah, ini terjadi karena nggak di sengaja. Disty di perkosa, ayah."

Disty ingat betul bagaimana ia menangis hingga bersimpuh di kaki sang ayah. Keadaan keluarganya saat itu hancur. Ibu menangis, bang Tio yang tidak pernah Disty lihat menangis, hari itu menangis dan terlihat frustasi disudut ruang tamu yang menyatu dengan ruang tengah rumah mereka yang sederhana.

"Masa bodo Disty! Jangan-jangan kamu selama ini hidup bebas di kota? Malam keluyuran, bersenang-senang kesana kesini. Dan alasan kamu nggak ngirim apa-apa ke kampung itu karena gajimu habis semua untuk kehidupanmu yang nakal dan bebas!!" Suara ayah meninggi, tuduhan ayah membuat Disty semakin menangis.

"Demi tuhan, nggak gitu ayah. Disty-"
"Adistya, ayahmu ini pernah muda. Nggak bodoh!" Ayah memukul kepala Disty hingga perempuan itu terjatuh kesamping dan kepalanya nyaris mengenai sudut meja. "Sekarang katakan, siapa ayah dari bayi dalam kandunganmu!"

Ayah melangkah menuju pintu. "Suruh pacarmu datang kesini atau ayah yang akan mendatanginya ke kota!"

Ayah yang Disty kenal sebagai pribadi yang hangat dan baik, berubah di hari Disty memberikan kabar kehamilannya. Orang yang paling pertama mengetahui kehamilan Disty adalah ibu. Ibu terus mendesak Disty untuk berkata kebenarannya pada ayah dan bang Tio.

Di dalam kamarnya Disty terus menangis. Entah sudah berapa kali ia menyumpahi pria yang telah menghamilinya. Dan entah sudah berapa kali juga ia meminta tuhan membantunya menyelesaikan masalah ini.

Perlahan Disty melangkah menuju pintu dan membukanya, ibu masih berdiri disana dengan senyuman menenangkan. Setelah ibu masuk, keduanya duduk di atas ranjang.
"Ayah, masih nggak percaya ya bu, sama Disty?" Tatapan nanar itu terus mengarah kearah jendela yang terbuka. "Ayah, masih mengira bayi dalam kandungan Disty ini anak pacar Disty? Ayah nggak percaya Disty di perkosa?" Disty menitikan air matanya lagi.

"Disty.." Panggil ibu dengan pelan.

"Disty udah lapor ke polisi bu. Tapi ibu tau apa tanggapan mereka? Mereka malah nanya, pakaian seperti apa yang waktu itu Disty pake. Mereka malah tanya hal-hal lain yang makin menyudutkan Disty." Disty meremas rambut panjangnya yang berantakan. "Disty nggak tau bu, habis ini gimana dengan hidup Disty. Gimana kalo tetangga tau Disty hamil. Hidup Disty makin hancur bu." Isak tangis Disty semakin menjadi dalam pelukan sang ibu. Tangis kencangnya membuat ia semakin takut pada hal buruk di depan sana.

Disty and The BabyWhere stories live. Discover now