7. MELUNAKKAN HATI ANAK SAMBUNG

1.8K 127 12
                                    

Selamat membaca

"Daddy antar Farel sekolah kan?" Pintanya dengan wajah penuh harap.

Jawaban Devan adalah menggeleng pelan seraya membenarkan dasi yang kini sudah melilit rapi di lehernya. "Nggak, kamu diantar sama pak Guntur. Daddy sibuk, nggak sempat nganter-nganter kamu ke TK."

"Yahh.."

Devan hendak melangkah pergi dari ruang makan. Tapi dengan segera Farel turun dari kursi meja makan itu dengan kedua kaki kecilnya dan mengejar sang daddy.

"Daddy, tapi Farel maunya diantar daddy." Wajahnya terlihat sedih.

"Lain kali aja." Sahut Devan yang kini menaiki tangga menuju kembali ke kamarnya. Hingga ucapan Farel berikutnya menghentikan langkah Devan. Keduanya bicara ditengah-tengah tangga dan hal itu tak luput dari pandangan Disty.

"Teman-teman Farel selalu diantar ke sekolah dengan daddy-nya. Kenapa daddy nggak antar Farel ke sekolah, sekali aja. Padahal Farel juga pengen. Mommy juga nggak mau antar Farel sekolah." Air mata Farel jatuh ke pipi. Melihat itu Devan hanya mendengus dan berkacak pinggang lelah menatap putranya.

"Kan daddy bilang lain kali. Itu tandanya nanti, nggak detik ini juga. Paham kan?" Devan langsung melangkah naik ke kamarnya meninggalkan Farel dengan asa kecewanya seorang diri.

Kedua mata berair Farel tak sengaja menatap Disty yang memandanginya dari dekat ruang makan. Farel langsung membuang wajah dan pergi ke lantai atas yang jelas bukan kamarnya.

Disty datang ke dapur dan menatap bi Ani yang sedang mengecek bahan dapur yang harus di belanja lagi.

"Bi Ani."

"Ya, bu?"

"Mas Devan, jarang nganter Farel ke sekolah ya bi?" Tanya Disty dengan suara pelan.

Bi Ani yang kembali sibuk mengecek bahan dapur dengan kertas dan pulpen ditangan pun menjawab. "Iya bu, Den Farel biasa diantar jemput pak Guntur."

"Hmm." Disty mengangguk. "Tapi kenapa?"

"Bapak kan sibuk kerja di kantor bu. Makanya pak Guntur yang jadi supir untuk den Farel." Jelas bi Ani. "Pak Guntur pernah bu cerita sama saya kalo Den Farel itu suka nangis diam-diam di mobil. Kalo ditanya nggak pernah mau jawab nangisnya kenapa. Sampe pada akhirnya pak Guntur.."

"Den Farel kalo ada yang jahatin di sekolah, ngadu ke bapak. Biar bapak hadapin itu anak-anak bandel yang jahatin Den Farel di sekolah." Ujar pak Guntur yang sedang menyetir mobil.
Sementara yang diajak bicara di kursi penumpang belakang hanya diam dengan suara isak tangis yang sesekali terdengar.

"Wah siang-siang duduk di taman ini kayanya seru nih!" Pak Guntur memarkirkan mobil dan membantu Farel turun dari mobil.

Pak Guntur dan Farel akhirnya duduk disebuah kursi taman. Pak Guntur tak mengatakan apapun. Ia memilih membiarkan Farel mengamati keindahan bunga-bunga yang tumbuh di taman ini dan mainan-mainan yang ada di taman. Hingga wajah Farel terlihat sudah lebih baik dari sebelumnya, barulah pak Guntur buka suara.

Pak Guntur meletakkan tangannya dibahu mungil kiri Farel. Farel melirik tangan pak Guntur dibahunya sejenak dan kembali menunduk. "Kenapa nangis?"

Disty and The BabyWhere stories live. Discover now