15. TERIMAKASIH DAN MAAF

1.8K 100 17
                                    

"Tolong cek CCTV!" Perintah Clarita pada pegawainya di SPA. Setelah wajah dari perempuan yang tadi terlihat bersama Farel ia dapatkan. Clarita langsung mengirimkannya pada orang suruhannya untuk mencaritahu lebih lanjut terkait perempuan itu.

Ia ingin memastikan, apakah benar itu istri baru Devan? Meskipun Clarita sudah sangat yakin itu.

Tidak sampai lima jam, informasi terkait orang yang ia cari ditemukan.

"Perempuan tadi bernama Adistya Rivi Hardjoatria. Berusia 23 tahun dan lahir di sebuah desa di kawasan Jawa barat, detailnya belum diketahui. Pada tanggal 3 April baru saja melangsungkan pernikahan dengan pria bernama Dev-"

"Oke cukup. Informasi saya terima." Potong Clarita pada seseorang dibalik telepon. Clarita langsung mematikan sambungan telpon. Hanya itu alasan Clarita untuk mencaritahu soal perempuan bernama Adistya.

Clarita menghela nafasnya pelan. Devan yang ia pikir tak akan menikah lagi ternyata perkiraan itu salah. Setelah dua tahun Devan dan ia bercerai, pria itu menikah lagi. Dengan gadis yang lebih muda dari Clarita. Dan entahlah, tapi Clarita akui pilihan Devan tidak main-main. Istri barunya cantik. Clarita jadi merasa disaingi.

*****

Di sebuah club malam kawasan Central Pagardaya. Pesta kecil-kecilan sedang berlangsung. Banyak teman Clarita yang datang untuk memenuhi undangan. Pesta biasa yang bertujuan hanya untuk menjalin ikatan silaturrahmi, namun dengan cara menyatukan minuman beralkohol ke udara dan menghabiskan minuman bersama.

"CHIIIIIIIIIIRS!!"

"Clar, gila! Sering-sering deh bikin pesta begini!"

"Budaya Thailand nih." Tambah Margaret.

"Di Thailand lebih ngeri dari ini." Tambah Vaye dan Grace. Keduanya bahkan sudah akrab dengan beberapa teman Clarita yang juga datang ke pesta.

"Jangan deh kalo ngeri banget. Takut digosipin mak Lambe." Sahut Teresa di sudut meja.

"Apaan tuh mak Lambe?" Tamu Grace.

"Sejenis akun yang suka bully pelaku pelanggaran hukum. Apalagi kalo kasus mesum, gitu-gitu deh abis di bully sama admin dan netinjing Indo." Jawab Teresa.

Grace dan Vaye ikut tertawa. "Di Thailand juga ada tau, bahkan kalo sempet ketahuan siapa keluarga si pelaku. Bisa abis juga tu sumpahin sama warganet."

Perbincangan itu terus saja berlanjut hingga tanpa sadar Clarita merasakan ponselnya bergetar berkali-kali tanpa henti disebelah pahanya. Sekali dua kali Clarita abaikan, tapi jika sudah begini pasti Devan yang menelponnya. Dengan malas Clarita pergi menjauh untuk mengangkat telepon.

"Pasti Farel." Gumamnya.

*****

"Pak bu!! Gawat!!" Bi Ani tiba-tiba keluar dari kamar dengan wajah panik.

"Bi Ani?"

"Den Farel demam."

"Demam?" Disty langsung pergi dengan buru-buru ke kamar Farel. Dan benar saja, bibir Farel terlihat pucat dan tubuhnya panas serta lemas.

Devan berdiri disudut ranjang dengan tatapan datar. Kedua tangan terlipat di dada mengamati kepanikan Disty yang menurutnya, berlebihan.

"Cuma hangat suhu tubuh biasa kali bi."

"Lho, nggak pak. Beneran demam. Badannya panas."

Disty melirik Devan. "Mas, ini beneran demam. Kita bawa ke rumah sakit aja sekarang!"

Devan sangat malas jika harus malam-malam begini datang ke rumah sakit. Ia pun berkata akan menghubungi dokter yang biasa menangani keluarganya untuk datang ke rumah.

Disty and The BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang