21.🥀

1.5K 135 11
                                    

Setiap matahari terbenam mengurangi suatu hari kehidupan kita. Tetapi, setiap sunrise memberikan kita satu hari lagi untuk berharap.

Hidup itu bagaikan siang dan malam. Kadang bersinar-sinar bagaikan cahaya matahari dan kadang redup bagaikan cahaya bulan.

Mungkin semalam adalah kehidupan yang redup bagaikan cahaya bulan bagi mereka. Tapi hari ini adalah harapan baru bagi mereka seperti hangatnya cahaya mentari pagi.

Karena disaat cahaya pagi mulai menyapa dan mengintip di sela" hordeng kamar ketiga pasang suami istri itu. Terdapat suami yang senantiasa memeluk erat istri mereka walau dalam keadaan terlelap mereka seolah tidak ingin melepaskan istri mereka.

Ketiga istri mereka sudah bangun terlebih dahulu. Awalnya mereka ingin melakukan kegiatan pagi seperti biasa. Cuman saat merasakan badan mereka yang masih lemah dengan infus yang tertancap di punggung tangan dan dekapan erat di perut mereka, mereka lebih memilih menikmati indahnya ciptaan tuhan yang ada disamping mereka sekarang ini.

~~~~~ Dikamar Hoonsuk ~~~~~

Sudah hampir sejam Hyunsuk masih betah memandangi wajah tampan sang suami yang tertidur dengan damai disampingnya saat ini.

Tak ada rasa bosan memandangi wajah sang suami. Hyunsuk berpikir jika saat ini dirinya sedang bermimpi dia tidak ingin bangun dari tidurnya.

Tangannya mulai bergerak menyentuh dahi, Mata, hidung, pipi bibir dan rahang wajah sang suami. Dia tersenyum "tampan" ucap Hyunsuk pelan sambil terkikik

"Aku memang tampan" Ucap Jihoon tiba-tiba membuka matanya. Sebenarnya saat tangan Hyunsuk mulai menyentuh wajahnya, Jihoon sudah bangun. Cuman dia memang sengaja mau lihat sampai dimana Hyunsuk berani menyentuhnya.

Hyunsuk terkejut, dirinya ketahuan diam-diam mengagumi ketampanan suaminya. Dia menarik tangannya, tapi tangan Jihoon menahannya.

Jihoon malah mengambil tangan Hyunsuk yang satunya dan meletakkan kedua tangan Hyunsuk di pipi nya "mulai sekarang, kamu bisa memegang dan memandangi wajahku setiap hari" ujar Jihoon menggenggam tangan Hyunsuk yang dia letakkan di pipi nya.

Blush

Hanya perkataan dan perlakuan Jihoon yang sederhana itu mampu membuat Hyunsuk merona.

"Lihat pipimu merona" goda Jihoon tertawa sambil menoel-noel pipi Hyunsuk

Hyunsuk semakin merona, dia memalingkan wajahnya supaya tidak menatap suaminya itu.

Jihoon menghentikan tawanya dan menghadapkan wajah Hyunsuk didepan wajahnya "dengar Hyunsuk" ucap Jihoon serius "maaf karena perkataan dan perbuatan ku semalam kamu jadinya begini. Maafkan aku suk" ucap Jihoon dengan penuh penyesalan

"Iya mas, gak apa. Aku ngerti kok mungkin mas lagi kecapean masalah kantor" ujar Hyunsuk

Jihoon menggelengkan kepalanya "sejujurnya aku cuman takut" ucap Jihoon pelan

"Takut? Takut Kenapa mas?" Tanya Hyunsuk bingung

"Aku takut kedekatan kamu sama papa anak angkat kamu bakalan jadi perbincangan orang-orang dan menganggap kalian buruk dimata orang. Aku juga takut kamu lebih memilih pergi daripada bertahan dengan pernikahan kita yang terpaksa ini"

Hyunsuk berpikir sejenak mencerna setiap ucapan sang suami. Kemudian die menghembuskan nafas sebelum menjelaskan dari sudut pandangnya "mas dengar ya, memang di awal pernikahan kita berat bagiku menerimanya. Siapa sih yang mau jadi istri kedua? Dan siapa juga yang mau di madu? Gak ada mas. Namun seiring berjalannya waktu pernikahan kita ini yang hampir setahun lamanya. Perlahan aku menerima nya, setidaknya aku harus bersyukur walau jadi istri kedua aku punya mertua yang memperlakukan aku dan saudara ku yang lainnya layaknya seperti anak. Jadi jangan pernah berpikir mas kalo aku dan saudaraku yang lainnya bakalan ninggalin kamu dan kedua mertua yang udah aku anggap seperti orang tua ku sendiri mas" jelas Hyunsuk pada Jihoon

Dua Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang