Part 14 - Red Flag

Magsimula sa umpisa
                                    

"Ah, I-iya."balas Puja sambil pergi meninggalkan dapur.

Setelah selesai dengan masakannya, Mindy keluar untuk menyajikannya kepada pelanggan. Ia melihat Eldro yang sedang memperhatikannya. Disapanya dengan senyuman tipis lalu pergi.

Eldro lega diikuti rasa kecewa. How to handle this feeling? Entahlah, tapi Eldro tidak ingin menyerah. Setelah selesai makan, ia berjalan keluar. Menelpon Dipta dengan sesuatu yang masih bergejolak di dadanya. Demi apapun, dia tidak ingin melepaskan Mindy. After a long time, dia jatuh cinta lagi. Dia tak akan menyerah secepat ini.

"Woy, bro! Tumben banget nelfon duluan."

"Ah, Dip, apa kabar?"

"Baik-baik. Ini gue lagi di Batam. Abis dari sini mau langsung ke Singapura. Nanti kita ketemu kalau gue udah balik Jakarta."

"Ah, ya, Dip. Have fun disana."

"Sip! By the way, ada apa nih?"

"Ingat cewek yang dari aplikasi Billdate kan ya? I really need help."ucap Eldro serius. Dia ngasih tahu betapa sulitnya menembus hati cewek itu. Ditambah masalah duka yang belum usai. Setidaknya Eldro butuh informasi tentang cewek itu. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengannya sampai sebegininya.

"Deep condolence, El. I remember when mom passed away two years ago."ucap Dipta dengan helaan nafas yang putus asa. Eldro tidak tahu bagaimana rasanya. Sebab ia kehilangan kedua orang tuanya saat masih kecil. Hal yang tak ia ingat lagi. Ia hanya ingat wajah om dan tante-nya yang penuh dengan air mata. Sedang ia dan Selma sibuk mencari ice cream sebab penjual ice cream di sebelah rumah tutup. Tentu saja, mereka pasti ikut melayat.

"Argh, gue kirimin lo kontak admin Billdate aja ya. Mungkin itu bisa bantu lo."

"Emang bisa?"tanya Eldro ragu.

"Coba dulu, El. Ngomong-ngomong, udah dulu ya. Gue harus ngumpulin massa lagi."

"Iya. Thanks Dip."

Saat tiba di rumah, ia mengirim pesan kepada kontak yang diberikan Dipta.

Eldro : Kasih tahu saya tentang Mindy. What's going on with her?
Admin B : Tentang mamanya yang baru saja meninggal?
Eldro : I know that. Yang mau saya tahu, masa lalu yang bikin dia jadi kayak sekarang
Admin B : Itu gak terlalu penting. Secara garis besar, anda sudah tahu kan?
Eldro : Saya ingin tahu secara detail. I think she is still trapped in the past.

***

Billy melempar handphonenya ke atas kasur. Damn! Apa yang harus ia katakan pada Eldro? Setelah diam-diam merahasiakan itu dari Syafril, kini dia tidak tahu menghadapinya. Billy benar-benar jengah. Ketika Dipta menawarkan pria dengan poin 100, tentu Billy menyanggupinya. Sengaja dia gak ngasih tahu Syafril, sebab Syafril pasti tidak akan setuju.  Cowok itu terlalu mendewakan dirinya. Dia berusaha keras mencari pria yang seperti dirinya. Dia kira, itu akan membuat Mindy jatuh hati.

Nyatanya, sudah terbukti. Tiga cowok pilihan Syafril tak berjalan baik.

Dering handphone pertanda panggilan telepon membuatnya melonjak kaget. Ia kira dari Eldro, ternyata bukan.

"Halo,,"

"Bil, gue butuh bantuan lo. Error mulu nih koding gue. Gue ke apartemen lo ya. Ini gue udah beli ayam geprek dua porsi."ucap Poppy dari seberang. Kenapa harus sekarang sih?

"Ehm, oke. Gue di rumah kok."balasnya singkat. Setelah bicara dengan Poppy, dia melihat pesan dari Eldro. Demi apapun, apa ini sebuah kesalahan? Dari awal, Billdate  dibuat untuk membantu Syafril. Tapi Billy melakukan semuanya sendiri. Dia benar-benar sudah bersalah.

"Help me!"ucap Poppy sambil menyodorkan laptopnya. Billy menaruh handphonenya di atas meja. Masih dengan layar terbuka. Dia langsung fokus pada masalah yang dialami Poppy. Cowok itu memang maniak program. Satu hari tidak ngoding, seperti satu hari tidak makan. Bagi Poppy, dialah orang gila yang sesungguhnya.

"Gue ke toilet bentar ya, Bil."

"Okay."balas Billy singkat. Saat Poppy kembali, ia tak sengaja melihat layar handphone Billy.  Sungguh, ia sangat kaget sampai mengernyitkan dahi. Setahunya, belum ada peningkatan dari aplikasi itu.

"Pop, lo harus traktir gue kopi. Semua sudah bere——"ucap Billy dengan bersemangat. Dia terdiam saat melihat handphonenya ada di tangan Poppy. Demi apapun, rasanya seperti ketahuan mencuri emas di toko emas yang dijaga oleh satpam BCA.

"Gu-gue bisa jelasin."

"Mas Syafril  tahu ini?"

Billy menelan ludah. Lalu dia menggeleng. Poppy berjalan ke arahnya dan memukulnya keras.

"Gue punya alasan, Pop."

"Apa? Apa? Udah gila ya lo. Kalau Mas Syafril tahu, dia bisa marah."

"Makanya jangan kasih tahu. Ini semua demi kebaikan. Dari awal gue udah curiga. Mindy sesakit itu sampai benci dengan cowok yang sama kayak Syafril. Tapi lo tahu, Syafril gak pernah sadar."

"Hmm, terus lo mau apa?"

"Gue juga bingung sama cowok itu."ucap Billy sambil menaruh laptop itu di atas meja. "But I know, dia bukan orang sembarangan."

"Yakin?"

Billy mengangguk. Dia ngasih tahu soal latar belakang Eldro. Cowok yang tak pernah menjalin cinta dengan wanita manapun. Jadi bisa dijaminlah kalau dia gak bakal selingkuh. Ditambah dia punya pekerjaan yang menjamin masa depan cerah. Dia juga dosen di Universitas IND.

He's perfect. Really!

"Biasanya yang kayak gitu malah dapat red flag buat gue."

"Ha?"respon Billy heran. Cewek jaman sekarang doyan banget ngasih red flag sama cowok. Ada kurangnya dikit, dikasih red flag. Terlalu sempurna juga dikasih red flag. Maunya apa sih?

"Logika aja ya, Bil. Dia gak pernah pacaran padahal punya segudang prestasi. Aneh kan?"

"Udah diem. Semua aja lo anggap aneh."ucap Billy mendengus kesal. "Sekarang gue bingung harus bagaimana."

Poppy membaca lagi chattingan itu. "Ajak dia ketemuan."ucapnya setelah beberapa saat.




—-UBI—-

Kekasih Buat KekasihkuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon