dua -his character

95 15 0
                                    

Pertama, untuk seukuran dua orang yang belum terlalu dekat Rafael mungkin sedikit terlalu perhatian.

Sudah menjadi rutinitas Tyas berangkat ke sekolah pagi sekali, dan lagi-lagi dia bertemu Rafael begitu menyusuri koridor utama.

Tapi kali ini Rafael berjalan sendirian membelakanginya. Laki-laki itu tidak memakai hoodie hitam seperti biasa. Tyas sedikit berlari untuk mengejar langkah panjangnya.

"Oi, Raf." Tyas menepuk pundaknya, Rafael menoleh sebatas bahu. "Tumben nggak pake hoodie kebanggaan lo." ujar Tyas setengah meledek.

Mereka meneruskan langkah yang sempat terhenti. Rafael mendengus. "Ini kan gara-gara lo yang jatohin ke kubangan air."

"Ya, sorry. Lagian lo juga naik motornya ngebut banget. Ya terbanglah hoodie nya."

"Lo yang nggak niat megangnya."

"Apaan? Nggak ya. Lo yang kesetanan kemarin naik motornya."

"Jadi lo nyalahin gue?" Rafael berhenti untuk menghadapkan badan ke Tyas. "Denger, kalo hoodie nya lo biarin aja nggak lo pegang, mau gue naik motornya pelan juga bakalan bisa jatoh."

"Gue pegang, astaga."

"Enggak."

"Gue pegang, Raf!"

"Nggak mungkin. Kalo lo pegang kenapa gue bisa ngerasain ada yang nyengkrem pinggang gue waktu itu."

"Ya, itu karena gue takut. Lo sih kenceng-kenceng. Tapi beneran, gue sekalian megangin ujung hoodie lo kok."

Rafael menaikkan sudut bibir. "Jadi kesimpulannya lo lengah kan?"

Tyas mendengus. "Lo yang ngebut kenapa gue yang disalahin sih!? Kemarin lo tau sendiri hujan deres angin kenceng ya nggak heran hoodie lo bisa terbang walaupun gue megangnya kuat."

"Udah dikasih bukannya dijaga malah dijatohin." Rafael mengomel.

Tyas berkacak pinggang. "Lagian siapa suruh lo ngasih hoodie lo ke gue padahal gue kan nggak minta. Lo sendiri yang salah kenapa jadi gue yang lo omelin. Harusnya-"

"Paha lo kelihatan, Yas! Gue nggak mau ada orang lain yang lihat."

Tyas cuma bisa melongo, terlalu terkejut.

Sementara Rafael memejamkan mata dan mengatur napas untuk menahan emosi. Hanya gadis ini yang bisa membuat mulut malasnya berbicara.

Laki-laki itu membuang napas kasar sembari memalingkan muka. "Udahlah debat sama cewek tuh nggak akan bisa menang, suka nggak mau kalah."

"Dih, kok bawa-bawa gender sih? Curang."

"Terserah lo."

Rafael akhirnya berjalan mendahului Tyas dengan langkah lebar-lebar. Terlanjur kesal dengan gadis itu.

"Heh, mau kemana lo? Cuma mau bilang kalo mandi jangan buru-buru masih ada sisa sabun di belakang telinga lo!" seru si gadis di kejauhan.

Rafael yang akan berbelok di tikungan otomatis menyentuh belakang telinganya, dan benar saja terasa licin. Laki-laki itu terdiam sedikit lebih lama.

Tapi untuk seukuran dua orang yang tidak terlalu mengenal, Tyas terlalu memerhatikan detil-detil kecil seseorang.

.

Yang kedua, mereka sama-sama mengejutkan untuk masing-masing.

Tyas berkedip dua kali sewaktu berdiri di depan Rafael yang tengah duduk di bangunan semen yang melingkari pohon beringin taman sekolah.

He Is BrokenWhere stories live. Discover now