e n a m b e l a s

Start from the beginning
                                    

"Menyedihkan? Bian aja punya banyak cewek-"

"AW! MI!" Bian mengelus perutnya yang di cubit oleh Mami dengan kuat.

"Dasar sadboy berkedok badboy!" ledek Mami, membuat Bian terkekeh.

"Bian masih hidup, tandanya Bian baik baik saja." Lanjutnya.

Joilin yang sedang memeluk boneka king bob di balik pintu pun menunduk. Ia lantas berbalik dan memilih menunggu di kursi ruang tamu. Kepalanya sempat menoleh, menatap punggung Anya, tapi kemudian dia memilih diam.

"Oh, ini calon mantu Mami ya?"  Tanya Mami dengan sumringah.

"Ha-halo tante," Sapa Anya gugup.

"Pi! Sini dong! Malah sibuk sama telfon mulu!" Panggil Mami sembari mengomeli.

"Halo," Pria yang masih nampak gagah, dengan rambut putih yang muncul di beberapa helai rambutnya itu menyapa Anya dengan penuh wibawa.

"Ini Papinya Bian." Mami mengelus punggung Anya, setelah memeluk perempuan itu.

"Saya Fian." Papi Fian mengulurkan tangannya, yang langsung di jabat oleh Anya. 

"Anya." Anya memperkenalkan diri dengan senyum mengembang.

"Gimana? Cantik kan calon Bian?" Goda Bian.

Papi Fian menatap Anya dengan pandangan lekat, seolah mengamati, membuat Bian berdecak.

"Mi, suaminya tolong disuruh berhenti mandangin calon istri Bian dong." Tutur Bian dengan nada setengah kesal.

"Papi! Apa mami masih kurang cantik?!" Wanita paruh baya itu mencolek paha suaminya, membuat sang suami tersenyum lembut.

Fian memberikan senyum hangatnya. "Mami yang paling cantik." 

Bian yang melihat ke romantisan kedua orang tuanya hanya menghembuskan nafas kesal.

"Udah ayo masuk. Tadi Bian masak, Mi." Bian menuntun langkah, disusul Anya yang berjalan di belakangnya, baru kemudian kedua pasang suami istri itu.

Joilin yang kebetulan duduk manis di ruang tamu tersenyum lebar, melihat Oma dan Opa sudah datang dan berjalan masuk ke dalam.

"Celamat datang!" Sapanya dengan ceria, sembari memeluk king bob dengan erat di dadanya.

Senyum lebar tercetak jelas di wajah manisnya, matanya bahkan sampai menyipit.

"Oma!! Opa!!" Pekik Joilin dengan riang.

Dian dan Fian seketika menoleh ke arah Joilin yang nyengir dan menyambutnya di dekat sofa ruang tamu.

"Halo anak kecil," Mami mendekat ke arah Joilin. Ia menepuk dua kali kepala Joilin dengan lembut.

"Jangan nakal ya. Kasihan anak Oma nanti capek.

"Mi!" Nada suara Bian terdengar lebih tinggi, membuat Anya terheran heran.

Dengan langkah besarnya Bian menghampiri Joilin yang hanya hanya mengangguk dengan senyuman lebar, masih terpatri di wajahnya.

Bian berjongkok, menatap anaknya. Ia menangkup kedua pipi Joilin, agar mau menatapnya, memastikan dia tidak paham dengan maksud dari Maminya yang selalu berkata judes pada Joilin.

"Anak Papabi jangan pinter pinter, nanti Papabi susah jawab pertanyaan kamu." cetus Bian dengan mata mengernyit, seolah sedang kesal.

Joilin mengangguk, mengerti. 

"Kata papabi, Joilin jadi ninion aja! Bial gak paham cama kata kata olang dewaca!" Kata Joilin yang di akhiri dengan senyum yang menampilkan gigi gigi kecilnya.

Bad Duda [END]Where stories live. Discover now