Part 10 - Satu Permintaan

Mulai dari awal
                                    

Ternyata, manusia yang terlihat kuatpun menyimpan luka yang mendalam. Eldro terdiam sejenak. Sedang Dipta sedang mengabadikan momen untuk dibuat konten. Apapun itu, asal wajah Eldro tidak terikut dalam tangkapan layar.

Dering panggilan membuatnya mencari handphone di dalam tas laptopnya. "Hallo,,,"

"Gue nginep di apartemen lo ya. Beliin gue nasi padang kalau mau pulang. Lo di WhatsApp kok gak balas-balas sih."

"Sibuk, Kak. Lagi ada kerjaan."

"Kerja mulu. Balik jam berapa? Gue kelaparan nih."

"Kalau lapar, beli sendiri sana. Ngapain harus nunggu gue."

"Mager, Eldro. Lo tahu mager gak?"

"Ya udah, tunggu aja."balas Eldro singkat. Dia menarik nafas panjang.

"Kak Selma?"tanya Dipta sambil menggerakkan alisnya. Eldro mengangguk. Siapa lagi yang mengganggunya kecuali cewek galak itu? Punya kakak kayak bos besar. Nyuruh ini dan itu. Gak punya empati.

"Jangan bilang Kak Selma kalau kita ketemu."

"Kenapa sih?"

"Dulu dia pernah nge-DM gue. Katanya dia pengen ikut touring ke Papua. Dan lo tahu apa yang terjadi?"

Eldro menggeleng. Bahkan dia gak tahu kalau Selma pernah pergi ke Papua. Dia itu manusia paling mager. Rasa-rasanya pergi bareng Dipta seperti kemustahilan.

"Dia gak jadi ikut setelah gue dan yang lainnya udah nungguin sampe berjam-jam. Dia udah minta maaf, tapi gue masih kesal."

"Ya, lo tinggal tolak aja kalau dia ngajak lagi. Simpel, Dip."

"Gak simpel. Bahkan dia pengen ikut gue jadi konten kreator. Gue cuekin aja DM-nya."ujar Dipta menjelaskan. "Jadi kapan lo nikah?"Lanjut Dipta dengan segala rasa penasarannya. Eldro hanya bereaksi datar. Tidak ada ekspresi yang gimana-gimana. "Jangan bilang, lo masih stay single?"

Eldro masih diam.

"El, jadi selama ini lo gak pernah punya pacar?"

"Ribet lo. Emang kenapa kalau gak pernah pacaran?"

"Artinya ada yang salah sama lo. Mau gue temenin ke dokter atau lo pergi sendiri?"ucap Dipta memberikan tawaran. Yang Dipta tahu, Eldro itu disukai banyak orang. Sejak SMA sudah demikian. Tapi tak pernah ia menganggap serius perempuan yang mengejarnya. Bahkan, sebagian besar ditolak mentah-mentah. Cuma satu cewek yang pernah bikin dia berjuang. Tapi sayang, dia mendapat penolakan.

Yah, kadang dunia menampilkan sesuatu yang berkebalikan. Kayak kata pepatah, we fall in love with people we can't have. Semesta bikin semuanya jadi rumit.

"Daripada itu, gue punya permintaan lain."ucap Eldro serius.

***

Cewek berambut keriting itu menunggu sambil mengecek jam tangannya. Dia memperhatikan sekitar. Dia sedang menunggu seseorang. Tak berapa lama, orang tersebut datang. Cewek yang mengenakan dress santai dengan sepatu kets. Rambut pendeknya dikuncir setengah. Bagaimanapun juga, orang-orang pasti mengira dia anak SMA yang lagi ngemall. Padahal usia sudah sangat matang.

Puja langsung memukul pundaknya keras. Bikin Mindy meringis kesakitan. "Lo kenapa sih?"

"Lo yang kenapa. Apa yang lo lakukan sampai cowok bernama Dipta itu menolak elo?"

"Ah, dia menolak gue? Padahal gue berharap ada pertemuan kedua."dusta Mindy dengan rasa senang di dalam dada. Emang sih, pertemuan mereka cukup seru. Tapi itu gak bikin Mindy jatuh hati pada cowok itu.

Jatuh hatinya orang yang tersakiti sangatlah sulit.

"Lo sebenarnya niat gak sih? Kalau begini terus, sia-sia perjuangan gue."ucap Puja sambil mendengus kesal. Mindy merangkulnya sambil naik eskalator. Nge-mall di jam kerja sangatlah menyenangkan. Tak ada orang rese.

"Gue gak niat pake banget. Tapi kan demi janji yang udah gue buat sama lo."

"Demi janji atau imbalan perjanjian itu?"

"Dua-duanya. Udah ih, gue mau fokus nyari dress buat kondangan besok."tegas Mindy sambil mengarahkan matanya mencari setelan yang cocok.

"Tapi lo yakin kan mau pergi kesana? Bukannya teman-teman lo iblis semua? Entar lo ditanya-tanya soal itu gimana?"tanya Puja perhatian. Dia gak mau to the point soal gagal nikah. Tapi teman-teman kuliah Mindy, mungkin akan blak-blakan soal itu. Candaan yang bikin salah satu pihak tersakiti.

"Pengennya sih gak pergi. Tapi Diana cukup dekat sama gue. Dan dia udah ngirim undangan secara private sama gue. Rasanya, gak sopan kalau menolak padahal gue bisa datang."

Mereka sampai di butik. Brand yang akhir-akhir ini terkenal banget di Indonesia. Apalagi dibumbui embel-embel, karya anak bangsa. Kalau dari segi kualitas, gak kalah sama brand dari luar negeri. Bukannya sok nasionalis, tapi Mindy dan Puja punya prinsip yang sama. Selagi memang bagus, tidak ada salahnya mencoba brand lokal.

Mindy memilih dress brokat berwarna biru gelap. Nantinya akan disandingkan dengan high heels hitamnya. Sedang Puja membeli beberapa setelan untuk dikoleksi. Cewek itu jauh lebih konsumtif dibanding Mindy. Ya, background keluarga saja sudah beda. Baginya, uang sejuta bukan apa-apa.

"Gue tuh jadi ragu sama Billdate apps. Kenapa tiap cowok yang lo temui gak ada yang beres?"ujar Puja sambil menikmati ramen yang baru saja dihidangkan oleh pramusaji.

"Nggak kok. Yang terakhir gue suka."

"Terus kenapa dia nolak lo?"

"Ya itu kan gara-gara gue bukan tipenya aja. Katanya, dia sering ngetrip gitu ke luar kota. Mungkin dia merasa gak cocok sama orang yang sibuk kerja kayak gue."

"Gak mungkin. Orang pekerjaan lo gue taruh di biodata kok. Kalau dari awal gak komitmen, ya mending gak usah ketemuan."ucap Puja mengandalkan logikanya. Masa sih cowok itu ketemu cuma buat bersenang-senang. Memangnya dia gak rugi waktu?

"Udah ah, gak usah dipikirin. Cariin satu cowok lagi, setelah itu, gue siap menerima kenaikan gaji dari Bang Jo."ucap Mindy percaya diri. Jauh di lubuk hatinya, dia udah gak sabar. Ketemu saja sebentar, setelah itu akhiri. Sebab sampai sekarang, prinsipnya belum berubah.



——UBI—-

Kekasih Buat KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang