Part 8 - Dibalik Aplikasi Billdate

Start bij het begin
                                    

"Masuk aja! Mau makan kan?"ucap Mindy ramah.

Audrin berjalan ke arah Mindy. "Kalau lo gak nyaman, gue sama yang lain bisa pindah kok. Kami juga paham perasaanmu."

"Ayolah, gue gak ada masalah sama kalian. Lagian, cuma lo doang yang gue kenal."

Audrin mengangguk. Emang sih, cuma Audrin yang berkenalan langsung sama Mindy. Kalau yang lain, hanya melihat fotonya di Instagram. Gak ada yang gak kepo waktu Syafril mengumumkan pertunangannya secara official. Potret pertunangan itu pernah di-share ke grup kampus sebagai topik pembicaraan.

"Oke, thanks Mindy. By the way, gue terjebak disini sama yang lain karena gak mau kena macet di Sudirman. Ada konser Westlife di GBK. Jadi, kami benar-benar gak tahu lo kerja disini."Ucap Audrin. Sebenarnya gak dijelaskan juga gak apa-apa.

"Ya, it's ok. Dan - ini menunya."

Mindy kembali ke meja kasir. Melihat cowok yang sedang menikmati ikan kakap honje itu. Kayaknya, cowok itu suka deh. Terlihat dari anggukan kepalanya beberapa kali saat makanan itu masuk ke dalam mulutnya. Tak disangka, mata cowok itu bertemu dengan matanya. Mindy langsung mengalihkan pandangan. Customer pasti tidak suka diliatin seorang pramusaji saat sedang makan.

Suara Audrin membuatnya berjalan ke arah mereka. Menulis pesanan dan segera membuatnya. Cukup singkat, sebab mereka hanya memesan nasi goreng. Menu yang tidak terlalu rumit untuk dibuat.

Lagi, Mindy duduk di meja kasir. Tidak melakukan apa-apa selain membalas pesan dari Puja. Curhatan cewek itu tentang Om-nya yang galak. Tatapan Mindy kembali pada teman-temannya Syafril.

Agak sulit diterima, tapi Syafril punya circle pertemanan yang sehat. Mereka baik, berhati-hati bicara dan asik. Sangat positive vibes kalau kata anak muda jaman sekarang. Hal tentang Syafril memang cenderung sempurna. Kecuali soal dia selingkuh dua kali. Meski perselingkuhan itu tak serius, tapi Mindy sangat membenci hal itu. Sungguh!

"Totalnya 240 ribu ya. Mau bayar pakai apa?"tanya Mindy sambil menaruh bill-nya.

"Debit aja deh. By the way, lo belum kenal mereka kan? Ini Poppy sama Arri."kata Audrin sambil mengenalkan dua orang itu. Setelah perkenalan singkat, Audrin melakukan pembayaran. Berterima kasih dan segera pergi. Pembicaraan mereka tak lepas dari macet yang mungkin akan awet sampai tengah malam.

Mindy mengecek jam tangannya. Masih satu jam lagi. Harapan terbesarnya, jangan ada lagi pelanggan yang datang. Capek cuy! Bukan soal masaknya, tapi ngebersihin mejanya dan cuci piring.

Sampai pukul 21.45 WIB, tidak ada tanda pelanggan. Kayaknya, doa dan harapan Mindy langsung terkabul. Dia menunggu dengan tenang, sampai pelanggan terakhirnya pergi.

"Permisi! Boleh minta bill-nya?"tanya cowok itu sambil mengangkat tanganya. Mindy yang hampir tertidur langsung mencari kertasnya. Pembayaran ini tidak akan tercatat di mesin kasir. Soalnya, menunya tidak ada dalam aplikasi. Mindy menghitung berdasarkan harga bahan baku.

"Maaf ya, Mas. Karena menunya gak ada di daftar, jadinya saya tulis tangan saja."

"Ya, no problem."

"Makanan ini enak banget. Lain kali, saya pasti akan datang kesini."komentarnya setelah pembayaran berhasil. Satu kalimat biasa yang bikin Mindy kegirangan. Senang sekali ketika masakannya mendapatkan pujian.

"Ah, terima kasih atas pujiannya."

Cowok itu mengangguk singkat. Ia segera pergi dengan buru-buru. Manusia di Kota Jakarta kebanyakan workaholic. Sibuk kerja sampai lupa menikmati hidup. Sudah bukan hal aneh bagi Mindy yang sering jadi pengamat. Dia sendiri kesulitan mencari kesibukan. Setelah berpindah ke shift malam, ia berhenti jadi sukarelawan di panti. Dia gak dikasih izin sama ibu yang mengurus disana. Katanya kasihan kalau Mindy sampai kelelahan. Hey, sumber penyakitnya itu bukanlah fisik tetapi psikis.

Kekasih Buat KekasihkuWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu