-17-

161 35 3
                                    

"Stadium akhir."



Perkataan itu sontak membuat pemuda manis dihadapannya terkejut, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak. Kang Taehyun seolah dunianya merasa berhenti, hatinya sesak kala sang kakak mengucapkan hal itu tepat didepannya. Semangat hidupnya seakan berhenti begitu saja, ia menatap sang kakak seolah tak percaya apa yang ia katakan.

"I-itu tidak mungkin." Ujar taehyun terdengar lirih namun masih bisa terdengar oleh kakaknya.

"Kau bisa membaca sendiri hasil tesnya kalau tidak percaya." Sang kakak memberikan secarik kertas berisi hasil laporan terapi yang ia laksanakan tadi.

Dengan tangannya yang gemetar, Taehyun mengambil alih kertas tersebut dan ia membaca kertas tersebut dengan teliti, sorot matanya tampak tak percaya dengan apa yang ia lihat. Hatinya merasa seperti terhimpit oleh bebatuan besar.

Kanker dinyatakan sudah memasuki stadium akhir

Ia mendongak menatap sang kakak, matanya tampak berkaca-kaca seolah air mata dapat turun kapan saja. Semuanya terancam, terutama untuk masa depannya yang mungkin dapat berakhir kapan saja. Tidak! Taehyun tidak ingin semua itu terjadi!

Sang kakak merasa tak tega melihat adiknya seperti manusia yang kehilangan arah, ia beranjak mendekati Taehyun dan memeluk tubuh ringkih pemuda manis itu. Tanpa sadar air mata mengalir Dimata sang kakak, ia merasa gagal. Ia gagal untuk menyelamatkan adiknya dari penyakitnya, yang sekarang sudah memasuki tahap akhir yang dimana kanker itu akan sulit disembuhkan atau bahkan mustahil.

Taehyun mulai terisak dipelukan sang kakak, ia meremat kuat jas dokter putih milik kakaknya, jauh dilubuk hatinya ia merasa takut akan kehilangan masa depannya, Taehyun tidak ingin hal itu berakhir begitu saja.

Sang kakak paham apa adiknya rasakan, bahkan sangat. Ia tahu bahwa masa depan Taehyun masih panjang, ia tahu betapa sakitnya Taehyun yang masih muda menerima cobaan berat dengan penyakit ini. Dihatinya ia tidak ingin kehilangan adik satu-satunya.

"Jangan takut, kakak akan berusaha semaksimal mungkin untuk mu Taehyun. Kakak yakin kau akan sembuh." Ujar sang kakak lirih dan mencoba menahan Isak tangisnya.

"Aku lelah kak hiks."

Sang kakak melepaskan pelukannya, ia menatap sang adik yang terlihat sangat rapuh saat ini, ia menangkup kedua pipi tirus adiknya, sebisa mungkin sang kakak membuat sebuah senyuman diwajahnya.

"Jangan menyerah! Kakak yakin kau kuat Taehyun. Semangat lah kau pasti akan sembuh!" Ujar sang kakak dengan lembut, senyumnya yang cantik dan sorot matanya yang terlihat sangat yakin akan kesembuhan dirinya. Ibu jari sang kakak mengusap air mata Taehyun yang merosot membasahi pipinya.

Bukankah masih ada harapan? Taehyun yakin bahwa kakaknya akan berusaha keras untuk dirinya. Ada sebuah harapan dari sang kakak kepada dirinya, ia tidak mungkin membuat sang kakak kecewa nantinya. Kini sorot mata Taehyun berubah, terlihat yakin, ia mengangguk kepalanya mantap.

"Aku akan berusaha!"

_


Pagi yang segar hari ini, pemuda bernama Choi Beomgyu itu entah kenapa merasa bersemangat pagi ini. Ia berjalan menelusuri koridor menuju kelasnya, sesampainya beomgyu hanya meletakkan tasnya dibangku setelah itu pergi dari kelasnya. Tujuannya saat ini adalah ruang musik, mood beomgyu pagi ini sangatlah baik, ia ingin bermain gitar dan menciptakan nada-nada indah saat ini, dan juga...

Kang Taehyun.

Ah entah kenapa beomgyu sangat ingin bertemu dengan pemuda manis itu hari ini, apakah ia ada diruang musik? Entahlah. Beomgyu membuka pintu ruang musik itu, lalu matanya menangkap sesosok pemuda manis yang baru saja ia pikirkan.

Hikaru nara -beomtae ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora