-prolog-

1.2K 94 3
                                    

Pagi yang begitu cerah, angin musim semi menerpa pohon sakura yang kini mulai mekar dengan indahnya. Tidak hanya itu, angin musim semi itu juga menerbangkan beberapa helai rambut hitam milik seorang pemuda manis yang sedang berjalan dengan riangnya.

Suaranya yang merdu, ia keluarkan sembari berjalan dan menatap pepohonan sakura yang indah disekitarnya. Beberapa bunga itu berjatuhan sehingga menimbulkan kesan alam yang begitu indah dan cerah.

Langkah kakinya terus berjalan, matanya yang bulat terus menatap keindahan sekitarnya dengan terbinar-binar. Pemuda itu berjalan dengan tujuan ingin menuju bukit kecil yang selalu menjadi tempat favoritnya, dan disana juga terdapat pohon sakura yang begitu besar dan indah. Tempat itu sepi, dan hanya dirinya seorang yang menemukan tempat itu, biasanya pemuda itu akan menghabiskan waktunya disana untuk bernyanyi dan bersenang senang sendiri, Meski tidak ada orang yang menyaksikan suara indahnya, tetapi ia selalu terhibur dengan segala kegiatan yang ia lakukan.

Sesampainya di sana, pemuda manis itu mendudukkan dirinya dan bersandar dipohon sakura sejenak, tempat ini begitu indah dan ada beberapa bunga sakura yang rontok jatuh ketanah. Pemuda itu meletakan tasnya lalu mengeluarkan sebuah seruling.

Pemuda itu berdiri dan mulai meniup serulingnya, suara mulai terdengar akibat tiupan seruling itu. Jemari lentiknya menekan-nekan lubang yang bolong secara bergantian sehingga menimbulkan sebuah nada. Ia menyukai ini, meski sendiri ia menikmatinya hatinya terasa begitu senang.

_

Helaan napas terdengar dari bibir seorang pemuda yang tampan rupawan, kaki jenjangnya terus berjalan dengan punggung yang menenteng sebuah tas berisi gitar. Matanya menelisik sekitar, pohon sakura mulai bermekaran membuat jalanan yang ia pijak menjadi sebuah pemandangan indah.

Pemuda itu terus berjalan, kemudian ia berhenti sejenak kala telinganya menangkap sebuah suara seperti--

Seruling?.

Siapa yang memainkannya?, Suaranya terdengar begitu jelas, bahkan terdengar indah dan menyenangkan. Karena penasaran pemuda itu berjalan mencari asal suara tersebut.

Langkahnya terus berjalan mencari-cari suara seruling merdu itu, semakin ia berjalan suara itu mulai terdengar sangat jelas. Sampai dimana pemuda itu menemukan sebuah bukit dengan pohon sakura yang besar disana, ia berjalan menaiki bukit kecil itu sehingga suara seruling itu makin terdengar jelas, merdu, indah, dan sangat menyenangkan.

Saat ini pemuda tampan itu sudah mulai mencapai bukit kecil tersebut, matanya menangkap seorang pemuda manis yang dengan riangnya sedang memainkan sebuah seruling itu. Jemarinya tampak begitu lihai dalam menekan-nekan lubang serulingnya. Tubuhnya sedikit bergoyang menikmati irama yang ia buat, pemuda itu tampak senang.

Tanpa sadar pemuda rupawan itu, menatap pemuda manis itu. Tubuhnya terpaku, maniknya menatap kagum kepada sosok pemuda yang bermain seruling itu. Semua yang ia lihat, seperti sebuah pemandangan yang begitu indah, dimana pohon sakura yang berdiri kokoh disana, ditambah dengan pemuda manis memainkan seruling yang tampak sangat menghayati nadanya.

Puas dengan memainkan serulingnya, pemuda manis itu mulai menghentikan meniup seruling miliknya. Pemuda manis itu menghela napas dalam lalu terbatuk kecil.

"Sepertinya aku terlalu kuat meniupnya." Ujarnya kepada dirinya sendiri.

Pemuda manis itu berbalik, dan secara tidak sengaja manik bulat milik pemuda manis itu menangkap sesosok pemuda tampan yang berdiri tak jauh darinya dan pemuda itu juga menatapnya. Mereka saling bertatapan sehingga tak sadar, seolah-olah mereka berdua telah mendalami manik mereka satu sama lain.

Cukup lama mereka bertatapan, pemuda tampan itu mulai sadar, ia berdehem untuk menghilangkan suasana canggung yang menyelimuti mereka. Pemuda manis itu sedikit tersentak.

Hikaru nara -beomtae ✓Where stories live. Discover now