26 Cahaya Terakhir

38 16 4
                                    

Para gagak melintasi langit. Terbang menuju asal usul mereka. Sebuah hutan yang telah terbakar. Mencari sang gadis yang sering kesana sendirian. Meratapi nyawa yang hilang dalam kobaran api. Tanpa menyadari, bahwa itu adalah malam terakhirnya.

"Uh.." Sang gadis berambut pirang mulai sadar. "Dimana ini?"

"Putri?" Mantan ksatria suci yang menjadi tawanan monster, mendekati sang gadis dengan wajah penuh ketakutan. "Putri Genshi! apa kau sudah sadar?"

"Natalia, kaukah itu? Dari mana saja kau? Apa yang terjadi?" Gadis itu mulai memperhatikan sekitarnya. Dia dikelilingi oleh para Putri Monster. Dia kemudian menyadari ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Ada sesuatu yang hilang. Dia meraih bagian tubuhnya, dan melihat ada bekas lubang yang cukup besar. "Apa yang terjadi padaku?"

"Anda telah dibunuh, Putri. Jantung anda telah diambil."

"Eh? Tapi kenapa aku masih-"

"Aku mengubahmu menjadi Zombie." Akhirnya aku menampakkan diri kepada sang putri cahaya, atau lebih tepat dulunya.

"Apa kau Raja Monster yang baru?" Dia bertanya. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan takut ataupun gugup.

"Aku lebih suka disebut Ratu, tapi tak apa."

"Kau telah membunuh banyak orang. Kenapa cuman aku yang dihidupkan kembali. Apa karena aku Putri Schlain?"

"Tidak juga. Aku baru mendapatkan kekuatan ini dari Naga Hitam yang kumangsa. Zombie yang kuciptakan bisa kumanipulasi, layaknya familiar. Jadi aku menghidupkanmu karena kau sama sekali bukan ancaman."

"Naga Hitam? Maksudmu Hydra? Naga yang hampir menghancurkan dunia ini bersama lima Raja Naga lainnya? Bukankah mereka telah disegel?"

"Ah, aku membuka segel mereka, agar aku bisa memakan mereka."

"Kau sebenarnya berada di sisi mana?"

"Kebebasan. Tapi karena aku adalah monster, bisa dibilang aku berada di sisi gelap." Putri Genshi akhirnya terdiam. "Jadi, apa yang akan kau lakukan? Aku sudah selesai berurusan denganmu. Kau bisa tinggal disini, menjalani kehidupan baru sebagai Zombie, atau kubawa kau kembali ke tempatmu, walaupun mungkin kau akan bernasib sama denganku dulu. Tanpa kepala, hehe."

"Siapa namamu?"

"Nala."

"Beritahu aku, Ratu Nala. Apa kau berniat menghancurkan dan menguasai dunia ini?"

"Apa itu penting? Aku berencana membunuh kakakmu adalah bukti jika aku adalah orang jahat bukan?"

"Tapi aku tidak melihatnya."

"Apa maksudmu?"

"Putri Genshi memiliki kemampuan untuk melihat sifat asli seseorang."

"Oke, itu keren." Walaupun mungkin tidak terlalu berguna untukku.

"Kau tidak memiliki moralitas, tapi aku juga tidak melihat niatan buruk darimu. Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Aku diam sejenak. Bukan berarti aku marah. Tidak. Dia benar sekali. Aku bergerak bukan atas dasar moralitas. Tapi aku juga tidak berusaha menjadi penjahat. Aku hanya menjadi.. diriku sendiri. Kemampuannya ternyata agak menjengkelkan.

"Aku dulunya juga manusia." Semuanya nampak kaget. Aku memang tidak pernah menceritakannya. "Aku kemudian mati, dan bangkit kembali menjadi Zombie. Sayangnya dunia ini tidak menerima monster. Jadi aku berusaha untuk bertahan hidup, dengan menjadi yang terkuat. Dan aku akan melakukan apapun untuk mencapai itu, termasuk menyakiti orang lain."

"Begitu ya.. Kalau begitu kau sama seperti kakak." Aku tidak paham apa maksudnya. "Aku akan bergabung denganmu." Natalia nampak sangat kaget. Tapi sang putri adalah orang yang sangat keras kepala. Keputusannya tidak bisa diubah.

Selesai rapat mengenai penyerangan, aku pergi ke tempat Genshi. Aku mengangkatnya sebagai Putri ketujuh, sang Putri Cahaya, juga berencana membebaskan sepenuhnya Natalia. Melihat bagaimana sang ksatria sangat dekat dengan sang putri, dia pasti akan memilih untuk sekali lagi menjadi perisai sang putri. Walaupun kali ini berada di sisi seberang.

"Kau masih bangun?"

"Ah, Ratu Nala. Selamat datang. Sepertinya menjadi Zombie membuatku tidak lagi merasa ngantuk." Yah, aku paham betul itu.

"Apa yang bisa kulakukan?"

"Aku ingin ngobrol sebentar. Bisa?"

"Tentu saja."

"Apa yang kau lakukan di Hutan Raven? Lamia berkata bahwa semenjak penyerangan, kau sering kesana."

"Sewaktu kecil, saat ayah berperang dengan Ratu Laba-Laba Putih. Aku diculik oleh sekelompok Bandit. Mereka membawaku ke hutan itu. Orang yang menyelamatkanku bukanlah ksatria, melainkan Werewolf. Dia membunuh para bandit itu. Pengalaman pertamaku melihat seseorang dibunuh di depan mata. Tapi aku tidak takut. Gadis tersebut sama sekali tidak mencoba menyerangku. Kami kemudian menjadi teman. Teman pertamaku. Sebelum kembali ke istana, aku memberikan gelang kakiku kepadanya. Berbohong kepada yang lain jika aku menjatuhkannya.

Semenjak itu, aku percaya jika manusia dan monster bisa hidup bersama. Sayangnya aku tidak memiliki kekuatan untuk mewujudkannya. Aku bahkan tidak bisa menghentikan kakak menyerang hutan tersebut. Aku tidak tahu bagaimana keadaannya. Jadi aku pergi kesana untuk mencari tahu, walaupun tidak pernah berhasil."

"Temanmu itu sudah mati."

"Kau mengenal-" Genshi sangat kaget saat aku menampakkan gelang di kakiku.

"Namanya Dora. Dia juga teman pertamaku. Gadis keras kepala yang selalu ceria. Dia telah mati sebelum penyerangan itu. Dibunuh dengan keji oleh seorang Eksekutor. Kematiannyalah yang mendorongku melakukan semua ini. Mendorongku untuk menjadi lebih kuat agar aku tidak perlu khawatir dengan nyawaku, dan nyawa orang lain."

"Begitu ya. Jadi namanya Dora." Genshi nampak sedih. Yah, aku juga.

"Kalau begitu apakah bisa dibilang pertemuan kita ini berkat Dora? Hehe." Dia memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Mungkin." Jadi aku berbohong. Tapi sekarang saatnya untuk serius.

"Genshi."

"Ya?"

"Kau bukan keturunan asli Jeanne Schlain kan?"

"Iya. Aku hanyalah korban perang yang kehilangan orang tuanya. Raja menemukan dan mengangkatku sebagai anak. Apa itu alasanmu membunuhku? Apa kau akan membuangku setelah mengetahui jika aku bukan keturunan sang Penyelamat?"

"Hm? Tidak. Aku tidak pernah berpikir begitu. Kau menjadi bagian dari kami sekarang."

Sudah kuduga. Saat aku memakan jantung Genshi, aku tidak mendapatkan apa-apa. Hydra bilang jika Naga Putih mengorbankan dirinya untuk memberi Jeanne Schlain kekuatan melawan Raja Naga. Dan kekuatannya itu menurun pada darah dagingnya, juga pada para Ksatria Schlain sejati. Itu sebabnya Natalia bisa melukaiku dengan pedang biasa.

Dengan kata lain, kekuatan Naga Putih saat ini hanya ada pada Julius Schlain. Keturunan dari Jeanne Schlain dengan lelaki lain. Musuh terakhirku. Ksatria terkuat yang bisa memanipulasi waktu dan takdir. Hydra bilang tanpa kekuatan dari Bahamut Putih, mustahil aku bisa menang melawan Julius karena takdir lebih memihak padanya.

"Genshi, aku ingin meminta bantuanmu. Mau atau tidaknya terserah padamu. Tapi ini menyangkut diriku. Dan untuk kau tahu, diriku adalah prioritas tertinggi dari apapun. Jadi jika kau melakukannya. Aku akan melakukan apapun untukmu."

"Apapun? Benarkah?"

"Ya. Aku berjanji."

Terompet perang sudah dibunyikan. Semua orang mempercayaiku. Aku tidak boleh gagal. Aku akan melakukan  apapun untuk menang, bahkan, jika itu berarti aku akan benar-benar mati.

-------

Lustesia's Fourth Story
Chapter 26 Cahaya Terakhir
1029 kata

24-08-2022
31-08-2022 (Revisi)
10-01-2022 (Revisi)

Dead Queen Nala (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang