02 Serikat Monster

128 80 9
                                    

Kronii mengajakku ke sebuah tempat di dalam hutan. Dia tidak mengatakan dimana maupun untuk apa, yang membuatku jadi agak gugup. Sudah seminggu semenjak kejadian itu. Kronii bilang jika dia tidak mempermasalahkannya, dan sikapnya kepadaku-pun tidak berubah. Awalnya aku juga mencoba untuk santai, tapi tiba-tiba dia mengajakku hari ini, membuatku berpikir jika dia sebenarnya kesal. Apapun yang akan dilakukannya, aku harap itu akan berakhir cepat. Aku akan pasrah saja terhadap apa yang akan menimpaku.

Kami berhenti di sebuah batu raksasa. Disinikah aku akan dieksekusi? Perlahan, cahaya-cahaya kecil muncul dan mulai menerangi area itu, menjadikan tempat itu sebagai tempat bercahaya semenjak aku tinggal di dalam hutan. Dan bersamaan dengan itu, berbagai macam monster mulai memasuki area yang bercahaya.

Di atas batu raksasa, sosok berjubah putih yang diikuti dengan seorang gadis berambut hijau dengan antena dan mata serangga muncul. Nampak jelas jika mereka adalah sosok penting dalam kelompok ini.

"Jadi aku akan dieksekusi dengan disaksikan oleh banyak orang, atau monster maksudku. Tidak buruk. Jadi bagaimana aku akan dieksekusi?"

"Apa maksudmu sayangku?"

"Hah? Kau membawaku kesini untuk menghukumku karena membunuh pemuda itu kan?"

"Eh? Tidak ada yang akan menghukummu. Malahan apa yang telah kau perbuat membuatmu diakui sebagai bagian dari kami. Kau tahu sayangku, sebenarnya aku tidak benar-benar mempercayaimu. Zombie yang masih waras, yang sangat manusiawi, dan tidak mau mengatakan siapa dirinya sebenarnya. Aku takut kau adalah mata-mata yang dikirim kerajaan untuk mencari tau keberadaan raja monster. Tapi perbuatanmu tersebut membuatku yakin jika kau memang seorang monster."

"Hm.." Aku tidak tahu apakah aku harus lega karena tidak jadi mati lagi, atau merasa tersinggung karena secara tidak langsung Kronii menyebutku sebagai monster sungguhan.

"Tunggu. Kau tadi bilang raja monster? Apa maksudmu yang berjubah putih itu?"

"Iya, Ratu Laba-laba Putih, Raja Monster saat ini."

Aku sudah dengar ceritanya. Tidak menyangka jika sang raja monster adalah perempuan, terlebih postur tubuhnya nampak kecil. Tidak terasa sebagai makhluk yang harusnya memegang kekuatan besar. Tapi kau tidak bisa menilai seseorang dari sampulnya saja. Khususnya di dunia dimana semuanya bisa terjadi. Fakta bahwa para monster menghormatinya berarti jika dia memang pemimpin monster saat ini.

"Jadi kenapa dia masih bersembunyi? Bukankah monster sedang terancam punah?"

"Anggap saja jika sang raja masih terluka semenjak pertarungannya dengan Raja Schlain sebelumnya. Tapi tenang saja, selama raja monster masih hidup, para monster masih memiliki harapan."

"Semoga." Aku sebenarnya tidak terlalu peduli dengan urusan manusia dan monster ini. Yang paling penting bagiku sekarang adalah bertahan hidup. Dan karena aku hidup sebagai monster, sudah seharusnya aku mendukung jenisku, walaupun itu berarti aku harus menjadi musuh manusia.

Sang gadis serangga di belakang raja monster maju ke depan. Antenanya menyala, lalu aku bisa mendengar suara.

"Jangan khawatir," ucap Kronii. "Ini adalah telepati. Dia akan menyampaikan informasi yang terjadi di luar sana kepada semua monster disini dengan bahasa yang bisa dipahami."

Mengagumkan. Dan semoga itu adalah kabar baik, atau setidaknya, itu yang kuharapkan, hingga sang gadis serangga selesai memberikan informasi.

Aku berjalan ke tempat dimana aku bisa duduk sendiri. Menenangkan diri setelah mendengar kabar yang semuanya.. tidak ada yang bagus. Semuanya tentang bagaimana para ksatria kerajaan menemukan persembunyian monster-monster lain dengan mudahnya, membuatku agak takut karena cepat atau lambat, mereka juga akan mengetahui kelompok ini.

Aku menutup mata dan mencoba lebih tenang. Aku harus melakukan sesuatu. Hanya karena aku terlahir kembali sebagai monster di dunia ini, bukan berarti aku harus menyerah. Aku akan mulai menggunakan waktuku untuk memikirkan cara memperbesar peluang untuk hidup.

Saat aku membuka mata, seorang gadis berambut coklat dengan kuping dan ekor anjing, atau lebih tepatnya disebut seekor gadis serigala berada tepat di depan mukaku dengan menunjukkan senyum lebar. Sebuah gelang emang di kakinya menarik perhatianku.

Aku mencoba bicara dengannya dan dia membalasku dengan bicara seperti seekor anjing. Tidak ada dari kami yang paham bahasa satu sama lain.

"Namanya Dora. Dia bilang ingin berteman denganmu." Sang gadis serangga berjalan mendekati kami. "Oh, dan namaku Pufu, senang bertemu denganmu, Nala."

"Ah.. Iya." Cara bicaranya sangat sopan. Mengingatkanku akan seorang teman sekolahku. "Sepertinya kalian sudah mengenalku ya?"

"Ya. Nona Kronii sudah memberitahu kami di hari yang sama kau pertama kali dibawa kesini, tapi kami tidak tahu alasannya kenapa dia tidak langsung memperkenalkanmu. Maksudku, bahkan di kalangan monster-pun, zombie yang masih mempertahankan kewarasannya belum pernah ada sebelumnya."

"Yah.. Aku memang agak spesial." Aku tidak bermaksud menyombong, serius.

"Jadi, apakah kau mau menerima ajakan pertemanannya?" Si gadis serigala, Dora, masih belum mengubah senyumannya kepadaku.

"Aku tidak tahu. Aku tidak yakin kita berada di masa dimana kita bisa bermain-main. Kau sendiri yang mengatakannya kan? Saat ini monster berada di ambang kehancuran. Kupikir seharusnya kita memanfaatkan waktu kita dengan mulai memikirkan rencana untuk mempertahankan diri."

Pufu entah kenapa lebih tersenyum mendengar perkataanku. "Kau seperti yang Kronii katakan."

"Memangnya dia mengatakan apa?"

"Dia bilang kau tidak hanya zombie yang menjaga kewarasannya, tapi kau juga berpikir seperti manusia."

"Eh? Benarkah? Bukankah itu adalah suatu hal yang wajar untuk dipikirkan? Ini tentang nyawa."

"Sepertinya tidak ada yang berpikir sejauh itu. Kami lebih mengandalkan insting daripada pikiran. Coba lihatlah mereka. Mereka terlihat biasa-biasa saja, kau tahu kenapa? Karena kita adalah monster. Bagi para manusia, kita adalah hama yang harus langsung dibasmi. Grand Order ataupun tidak, selama manusia menganggap kita sebagai musuh, hidup kita akan selalu berdekatan dengan kematian."

"Apa kau tidak ingin hidup lebih lama?"

"Tentu saja ingin. Disitulah tugas sang raja monster, mengatur kami untuk bertahan lebih lama."

"Tapi Kronii bilang jika dia sedang.."

"Iya, tapi selama dia ada, harapan kita bertahan masih ada. Karena itulah kupikir tidak apa jika lebih santai dan berteman."

"Berteman ya?" Aku hampir tidak ingat kenangan tentang aku yang berteman dengan orang lain. Bahkan aku ragu apa aku punya seseorang yang bisa kuanggap teman. Tapi jika teman adalah seseorang yang ada untuk membantu kita, maka kupikir tidak ada salahnya untuk berteman.

"Katakan padanya jika aku mau berteman dengannya."

Pufu menyampaikan jawabanku dan Dora langsung melompat kegirangan kearahku.

Aku sadar jika ini mungkin sia-sia dan hanya menghabiskan waktuku yang harusnya kugunakan untuk berpikir. Tapi aku juga sama sekali tidak melupakan tentang bencana yang sedang kuhadapi saat ini. Karena saat ini-pun..

"Pufu, aku menghargai pemikiranmu. Tapi maaf saja, aku bukan tipe monster yang diam saja menunggu kepalaku dipenggal dan tubuhku dibakar. Akan kupastikan jika aku akan bertahan, dengan atau tanpa bantuan orang lain."

Aku sedang meningkatkan keberhasilanku bertahan hidup.

-------

Lustesia's Fourth Story
Chapter 02 Serikat Monster
1060 kata

31-08-2022 (Revisi)

Dead Queen Nala (END) Where stories live. Discover now